Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tanaman perkebunan terdiri atas sejumlah komoditas


dengan keragaman yang besar.   Ragam dan jenisnya
sangat banyak, mulai dari tanaman semusim,  tanaman
setahun (annual  crops) hingga tanaman berumur
tahunan atau tanaman keras (perenial crops) Sebagian
besar produk tanaman perkebunan berorientasi ekspor
dan diperdagangkan dipasar internasional, sebagai
sumber devisa. 
Disamping sebagai sumber devisa, beberapa
komoditas tanaman perkebunan merupakan bahan
baku sejumlah industri dalam negeri yang juga
berorientasi ekspor dan banyak menyerap tenaga
kerja.  Dengan peranan seperti diatas, maka masalah
kualitas dan kontinuitas penyediaan bahan baku
menjadi sangat penting.  Disamping memberikan
benefit ekonomi, tidak bisa diabaikan tuntutan agar
usaha perkebunan dapat memelihara bahkan
meningkatkan kelestarian lingkungan.
Tujuan

1. Untuk mengetahui perkembangan


komoditas perkebunan pada era
perdagagang bebas.

2. Untuk mengetahui jenis komoditas


perkebunan.
 Perkembangan Komoditas Perkebunan di Era
Perdagagan Bebas
Mulai tahun 2003 Indonesia sudah memasuki era
perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara
(AFTA) dan pada tahun 2010 memasuki era
perdagangan bebas di kawasan Asia Pasifik
(APEC).   Dengan era perdagangan bebas tersebut,
posisi daya saing menjadi sangat penting.    Dalam
meningkatkan posisi daya saing, kita harus
mengembangkan produk-produk yang mempunyai
keunggulan komparatif. Salah satu pendekatannya
adalah memprioritaskan pengembangan produk
komplementer dibanding dengan produk substitusi
di pasar internasional.
Daya saing saat ini lebih ditentukan oleh harga dan
kualitas, di masa yang akan datang konsumen akan
menuntut persyaratan yang lebih lengkap dan rinci,
meliputi : standar kualitas, komposisi nutrisi,
keselamatan konsumen, lingkungan hidup dan
kemanusiaan. Perubahan preferensi konsumen
tersebut berimplikasi terhadap pengembangan
produk perkebunan yang dominan untuk ekspor dan
memenuhi bahan baku industri. Di masa yang akan
datang, keterkaitan sektor pertanian dengan sektor
industri tetap menjadi model pembangunan,
mengingat lima (5) peran sektor pertanian dalam
pembangunan ekonomi yang masih relevan.
Kelima peran tersebut meliputi :
sektor pertanian menghasilkan pangan dan bahan
baku untuk sektor industri dan jasa.
sektor  pertanian dapat menghasilkan devisa yang
berasal dari ekspor atau produk substitusi impor .
sektor pertanian merupakan pasar potensial bagi
produk-produk sektor industri.
transfer surplus tenaga kerja sektor pertanian ke
sektor industri merupakan salah satu sumber
pertumbuhan ekonomi.
surplus yang dihasilkan sektor pertanian menjadi
modal investasi sektor lain khususnya industri.   
Jenis Komoditas Perkebunan :
1. Kelapa
Dengan menurunnya harga minyak nabati di pasar
internasional, yaitu US $ 700 – 800/ton (pada
tahun 1998/1999), menjadi US $ 270/ton (pada
tahun 2001) mengakibatkan harga kopra dalam
negeri menurun, yaitu dari Rp. 1.450/kg menjadi Rp
700 – 1.000/kg.    Nilai ekspor kelapa sebesar US $
226,3 juta.    Untuk mengatasi masalah tersebut
strategi yang ditempuh adalah : pengembangan
industri minyak klentik, intensifikasi pemanfaatan
lahan, penganekaragaman produk dan
pengembangan produk derivasi. 
2. Lada
Lada merupakan salah satu komoditas yang
berorientasi ekspor, dengan pangsa pasar 25 – 30 %
yang nilai ekspornya nya mencapai US $ 160 – 210
juta.    Dari ekspor tersebut, diantaranya dalam bentuk
lada putih  dengan nilai ekspor sekitar  US $ 127 juta,
dan pangsa pasarnya mencapai 75%.

3. Tembakau
Komoditas tembakau sangat tergantung dan terkait
langsung dengan industri rokok.   Kontribusi industri
rokok dalam bentuk cukai mencapai nilai Rp 15 – 16
trilyun pertahun dan menyerap tenaga kerja tidak
kurang dari 4,6 juta tenaga.  
4. Jambu Mente 
Saat ini areal jambu mete mencapai  535 ribu
hektar,  pangsa pasar sekitar 10,3 %. 

5. Sagu
Sagu sangat potensial untuk dijadikan sumber
substitusi karbonhidrat.    Permasalahan dalam
mengangkat peranan sagu tersebut adalah
rendaman tepung, kerusakan hutan sagu akibat
ekploitasi berlebihan sehinga memerlukan
budidaya untuk rehabilitasi.
8. Minyak Atsiri
Pangsa minyak atsiri Indonesia dipasar
internasional mencapai 80 %.  Permasalahan
utama adalah mutu minyak sebagai akibat dari
prosesing yang tidak sepenuhnya memenuhi
standar, antara lain penggunaan alat penyuling
tradisional. Nilai ekspor  pertahun mencapai US $
74,26 juta.

9. Kayu Manis
Nilai ekspor tahun 1998 sebesar US $ 31,721 juta
dengan negara tujuan Amerika, Eropa dan
Jepang.   Indonesia memenuhi 60 % kebutuhan
dunia dan 93 % disupply dari Sumatera Barat.
10. Gambir
Merupakan jenis tanaman potensial di Kabupaten
Lima Puluh Kota, Pesisir Selatan dan Kerinci
Sumatera Barat dan Jambi.    Ekspor gambir pada
tahun 2000 menghasilkan devisa sebesar US $
15,6453 juta yang sebagian besar berasal dari
Sumatera Barat.
Penyerapan tenaga kerja paling banyak ada di komoditas perkebunan karet, kelapa, kelapa
sawit, dan kopi.
Tabel 2. PENYERAPAN TENAGA KERJA DAN LUAS AREA
KOMODITAS ON FARM (ORANG) OFF FARM (ORANG)
  PERKEBUNAN PERKEBUNAN JUMLAH INDUSTRI LUAS AREAL
  RAKYAT BESAR   PROSESING (ribu ha)
Karet 1.565.885 265.351 1.831.236 97.865 3.662.472
Kelapa 1.434.108 50.720 1.484.828 6.337 3.712.071
Kelapa sawit 486.373 992.167 1.478.540 15.715 2.967.079
Kopi 949.351 190.000 1.139.351 23.401 1.140.159
Lada 65.352 6.236 71.588 0 131.193
Cengkeh 294.595 3.770 298.365 196.943 429.758
Jambu mete 210.528 286 210.814 0 535.745
Pala 23.684 192 23.876 0 59.925
Kayumanis 49.572 316.790 366.362 0 123.979
Tebu 364.814 316.790 681.604 0 340.800
Tembakau 556.174 13.104 569.278 559.931 158.133
Kapas 0 34.888 34.888 0 19.382
Jahe 0 18.398 18.398 0 10.220
Kakao 356.545 109.179 465.724 0 582.155
Kapolaga 0 67.772 67.772 0 5.643
Panili 6.842 18 6.860 0 17.241
Gambir 0 0 0 0 0
Nilam 0 10.601 10.601 0 10.501
Seraiwangi 0 0 0 0 2.859
Jarak 0 0 0 0 18.817
Kontribusi terhadap Produk Nasional yang paling tinggi ada di komoditas
perkebunan karet, kopi, kakao, dan lada.
Tabel 1. Kontribusi terhadap Produk Nasional
KOMODITAS KEBUTUHAN EKSPOR
  DALAM NEGERI (TON)
  BAHAN BAKU PRODUK PRIMER PRODUK OLAHAN JUMLAH NILAI
  INDUSTRI (TON) (TON) (TON) (000 US $)
Karet 3.662.472 1.647.808 76.430 1.724.238 1.268.911
Kelapa 3.712.071 25.593 6.054 31.647 24.628
Kelapa sawit 2.967.079 0   0  
Kopi 1.140.159 355.781 645 356.426 582.390
Lada 131.193 37.419 579 37.998 187.732
Cengkeh 429.758 20.157   20.157 14.114
Jambu mete 535.745 28.603 1.683 30.286 34.996
Pala 59.925 7.550 2.020 9.570 36.767
Kayumanis 123.979 35.784   35.784 31.392
Tebu 340.800 0 7.398 7.398 3.747
Tembakau 158.133 7.057 1.058 8.115 18.007
Kapas 19.382 48 95 143 96
Jahe 10.220 32.807 508 33.315 9.895
Kakao 582.155 387 52.083 52.470 110.988
Kapolaga 5.643 264 0,3 264,3 1.299
Panili 17.241 729 0 729 8.764
Gambir 0 6.022 0 6.022 8.234
Nilam 10.501 0 1.355 1.355 53.117
Seraiwangi 2.859 0 0 0 0
Jarak 18.817 1.751 0 1.751 270
Tabel 3. INDEKS EFISIENSI EKONOMI
KOMODITAS INDEKS EFISIENSI NILAI PRODUKSI INDEKS PERLUASAN INDEKS EFISIENSI
  TEKNIS NASIONAL AREAL EKONOMI
    (RP. JUTA)    
         

1. Kapas 209520 11.420.000 110 Rp 11.629.630

2. Tembakau :   2.993.830 104 Rp 3.268.384

-Temanggung 46650      
-Madura 92000      
-Virginia 86400      
-C. Besuki 49400      
3. Kenaf 161616 4.980.000 119 Rp 5.141.735

4. Rami 126852 27.530.000 115 Rp 27.656.967

5. Kapuk 31825 334.000.000 110 Rp 334.031.935

6. Abaca 328300 37.000.000 170 Rp 37.328.470


7. Agave 130944 2.100.000 110 Rp 2.231.054

8. Jarak 57120 15.100.000 134 Rp 15.157.254

9. Wijen 65520 63.700.000 120 Rp 63.765.640

Anda mungkin juga menyukai