Anda di halaman 1dari 66

FARMAKOTERAPI III

ANSIETAS DAN DEPRESI

Dini Fitriyani 1113102000012


Ummum Nada 1113102000044
Ratih Dara Syadillah 1113102000003
SOAL 1
Pria 78 th, dibawa ke IGD karena mengemudi dan
berbicara tidak jelas. Pasien sudah mulai bergejala
seperti itu sejak 3 hari SMRS. Saat pemeriksaan fisik
pasien gaduh, gelisah, mudah digoyahkan
konsentrasinya dan atensi kurang.
a. Terapi apakah yang tepat untuk diberikan pada
pasien?
b. Jelaskan regimen Pengobatan!
c. Informasi yang harus diberikan terkait pengobatan
pasien!
Keluhan
• Gaduh
• Gelisah
• Konsentrasinya mudah digoyahkan
• Atensinya berkurang
• Cenderung bersifat tak terkontrol/berlebihan
Agitasi (keresahan atau kegelisahan) adalah suatu bentuk
gangguan yang menunjukkan aktivitas motorik berlebihan
dan tak bertujuan atau kelelahan, biasanya dihubungkan
dengan keadaan tegang dan ansietas.
Pasien
mengalami
salah satu
atau lebih
gejala yang
merujuk pada
kondisi GAD
(generalized
anxiety
disorder) :
Terapi Farmakologi
Berdasarkan keluhan yang pasien alami,
terapi yang tepat diberikan adalah terapi untuk
melawan agitasi akut pasien. Menurut
tatalaksana terapi, pilihan yang paling tepat dan
dinilai aman adalah :
Kombinasi Haloperidol (Anti Psychotic Agent )
dengan Lorazepam (Benzodiapin) dalam bentuk
IM.
Sumber : Applied Therapeutics :The Clinical
Use of Drugs 9th edition.
Sumber : Medscape
Benzodiazepin dan antipsikotik berguna dalam mengobati
agitasi, iritabilitas, dan hiperaktif yang berhubungan dengan
kondisi episode manic akut. Pasien yang tidak koorperatif
(tidak memungkinkan meminum obat) maka diberikan injeksi
intramuskular (IM) benzodiazepin (Lorazepam) atau
antipsychotics (Haloperidol). Kombinasi IM haloperidol dan IM
lorazepam telah banyak digunakan. Penggunaan bersama
benzodiazepine dengan antipsikotik umumnya aman dan
berpotensi lebih efektif dibandingkan penggunaan sendiri.

Suatu studi mencatat bahwa gejala EPS (ekstrapiramidal)


terjadi pada 20% pasien yang diobati dengan haloperidol saja
tetapi hanya 6% dari pasien psikotik yang mendapat kombinasi
terapi haloperidol dan lorazepam.
Berdasarkan studi The Psychopharmacology of Agitation:
Consensus Statement of the American Association for
Emergency Psychiatry Project BETA Psychopharmacology
Workgroup, jika dosis awal antipsikotik tidak cukup untuk
mengendalikan agitasi, penambahan benzodiazepin seperti
lorazepam lebih disukai untuk dosis tambahan dari antipsikotik
yang sama atau ke antipsikotik kedua.

Menurut artikel Agitated Patient in the Emergency


Department. Kombinasi haloperidol dan lorazepam lebih
efektif mengurangi agitasi jika dibandingkan dengan
haloperidol sendiri atau lorazepam saja.
Haloperidol, lorazepam, or both for psychotic agitation? A
multicenter, prospective, double-blind, emergency department
study.
98 pasien psikotik, dengan keluhan gelisah dan agresif (73
laki-laki dan 25 perempuan) secara acak menerima injeksi
intramuskular lorazepam (2 mg), haloperidol (5 mg), atau
keduanya dalam kombinasi. Penilaian efikasi dilihat pada Skala
Gelisah Perilaku (ABS), yang dimodifikasi Brief Psychiatric Rating
Scale (MBPRS), Clinical Global Indeks(CGI), dan Skala
Kewaspadaan.
Pasien yang menerima haloperidol sendiri cenderung
memperlihatkan gejala berlebih pada sistem ekstrapiramidal.
Hasil yang diperlihatkan oleh kombinasi obat (Haloperidol +
Lorazepam) merupakan pengobatan pilihan untuk agitasi psikotik
akut.
Regimen Pengobatan
Nama Obat MK Dosis Cara Pakai
Haloperidol Blokade dopamin pada I.M. (as IM setiap 4 sampai 8
(Anti reseptor pasca sinaptik lactate): jam sesuai kebutuhan.
Psikotik) neuron di otak, khususnya 0,5 -10 mg
di sistem limbik dan
sistem ekstrapiramidal
(Dopamin D2 reseptor
antagonists). Memberikan
ketenangan dan
mengurangi agresivitas
dengan hilangnya
halusinasi dan delusi.
Lorazepam Meningkatkan efek 0,5 – 2 mg IM
(Benzodiaze inhibitor post sinaptik
pin) neurotransmitter GABA.
Sumber : MIMS
Efek Samping
• Haloperidol dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal.
Kecemasan, mengantuk, depresi, anoreksia, takikardia
sementara, hipotensi postural, leukopenia; efek
samping antikolinergik. Berpotensi Fatal: Neuroleptic
sindrom ganas.
• Lorazepam menyebabkan sedasi, mengantuk, ataksia,
pusing, kebingungan, depresi, hipotensi, kelelahan,
kelemahan otot, asthenia, gangguan memori,
perubahan tanda-tanda vital (misalnya BP).
Trombositopenia, agranulositosis, pansitopenia,
hiponatremia, rasa malu, euforia, keinginan bunuh diri,
mual, sembelit, perubahan libido, impotensi,
penurunan orgasme. Peningkatan bilirubin,
transaminase hati atau alkali fosfatase.
Interaksi HALOPERIDOL
• Carbamazepine : Dapat meningkatkan metabolisme
Haloperidol.
• Klorpromazin : Haloperidol dapat meningkatkan efek QTc-
dari klorpromazin. Klorpromazin dapat menurunkan
metabolisme Haloperidol.
• Herbal (CYP3A4) : Dapat meningkatkan metabolisme Substrat
CYP3A4.
• Ethanol: Avoid ethanol (may increase CNS depression).
• Herb/Nutraceutical: Avoid valerian, St John's wort, kava kava,
gotu kola (may increase CNS depression).

Sumber : Drug Information Handbook


Interaksi Lorazepam
• Alkohol (Ethyl) : CNS depressants dapat meningkatkan efek
depresan SSP dari alkohol (Ethyl).
• Probenesid : Menurunkan metabolisme lorazepam.
• Etanol : Hindari atau membatasi etanol (dapat meningkatkan
depresi SSP).
• Herbal : Hindari sayur-sayuran, St John wort, kava kava,
pegagan (dapat meningkatkan depresi SSP).
• Derivat Teofilin : Mengurangi efek terapi dari Benzodiazepin.
• Asam Valproat : Menurunkan metabolisme Lorazepam.
• Clozapine : Benzodiazepin dapat meningkatkan / efek toksik
yang merugikan dari clozapine.

Sumber : Drug Information Handbook


Informasi terkait pengobatan Pasien
- Pasien didorong untuk berada di lingkungan yang tenang,
cukup penerangan.
- Pasien harus memiliki tidur yang berkualitas dan
mengurangi stress.
- Keluarga pasien disarankan jangan menahan kemauan
pasien agitasi secara berlebihan karena dapat meperburuk
keadaannya.
- Selain itu, dalam menghadapi pasien agitasi bertindaklah
secara bijak dan wajar karena dengan bersikap demikian
pasien akan mudah mengungkapkan perasaanya,
memperbaiki mood dan keparahan agitasi.
SOAL 2
Seorang ibu berumur 48 th datang dengan keluhan merasa
ketakutan saat berada di tempat keramaian. Pasien merasa
jantung berdebar, nyeri dada, tercekik dan terasa mau mati.
Keluhan ini timbul tiba-tiba dan berlangsung hingga
beberapa menit. Dari pemeriksaan jantung tidak ditemukan
kelainan. Pasien didiagnosa anxietas, jenis Panic Disorder.
a. Jelaskan manajemen terapi pada pasien tersebut
b. Jelaskan regimen pengobatan pada pasien
c. Efek samping apa saja yang harus diperhatikan pada saat
penggunaan obat tersebut?
Keluhan
- Jantung berdebar,
- Nyeri dada,
- Tercekik
- Terasa mau mati.

Diagnosa : Panic Disorder


Panic Disorder  periode
ketakutan yang intens atau
ketidaknyamanan, disertai
oleh setidaknya empat gejala
somatik dan psikis (palpitasi,
berkeringat, gemetar,
dyspnoea, nyeri dada, mual,
distress abdominal, pusing,
perasaan tidak nyata, takut
mati, dll). Sebuah serangan
panik mencapai puncaknya
dalam 10 menit dan
berlangsung rata-rata 30 – 45
min.
ALGORITHMA PANIC
DISORDER
Manajemen Terapi
Terapi yang dapat digunakan untuk Panic
Disorder :
- SSRi
- Benzodiazepin
- TCA
- MAOi
Antidepressan
TCA/obat antidepresan telah terbukti mengurangi
kepanikan parah, menghilangkan serangan, dan
meningkatkan kualitas hidup pada pasien panik disorder.
Dua meta-analyses, mengungkapkan bahwa selective
serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dan antidepresan
trisiklik (TCA ) sama-sama efektif dalam mengurangi
serangan dan kepanikan parah. Pilihan antidepresan harus
didasarkan pada profil efek samping dan preferensi pasien.
Inhibitor monoamine oxidase juga efektif dalam
pengobatan gangguan panik, tetapi penggunaannya
dibatasi oleh masalah keamanan.
Keuntungan SSRI dibanding TCA
• Afinitas rendah untuk muscarinic, α1-adrenergik dan
reseptor histaminergic dan karena itu jarang menyebabkan
penglihatan kabur, mulut kering, peningkatan denyut
jantung, sembelit, keraguan kemih, hipotensi ortostatik,
sedasi dan berat badan;
• Aman untuk efek jantung yang serius (Roose dan Miyazaki
2005);
• Risiko rendah setelah overdosis (Barbey dan Roose 1998).
Selain itu, SSRI tidak membuat ketergantungan fisik
meskipun sindrom penarikan telah diamati ketika SSRI tiba-
tiba dihentikan.
Benzodiazepin
Benzodiazepin efektif sebagai anti-depresan
dalam mengurangi gejala panik dan frekuensi
serangan, ditoleransi dengan baik, dan memiliki
onset singkat. Namun, benzodiazepin dapat
menyebabkan depresi dan berkaitan dengan
efek samping selama penggunaan setelah
terapinya dihentikan.
Mengapa SSRi?
Banyak uji klinis menunjukkan bahwa masing-masing obat
golongan SSRi efektif untuk gangguan panik, dan tiga diantaranya
yaitu fluoxetine, sertraline, dan paroxetine telah mendapat
persetujuan FDA. Tidak ada bukti khasiat yang berbeda antara
agen di kelas ini, meskipun terdapat perbedaan profil efek
samping (misalnya, kenaikan berat badan, gejala yang
berhubungan dengan penghentian), waktu paruh obat,
kecenderungan adanya interaksi obat, dan ketersediaan
formulasi generik yang mungkin relevan secara klinis.
Penggunaan obat-obat golongan SSRi disarankan mulai dari
dosis yang kecil, kemudian meningkat secara bertahap (misalnya,
per minggu) untuk dosis harian lebih dari standar, menyesuaikan
waktu titrasi dengan tolerabilitas individu pasien, karena
eliminasi SSRI melibatkan metabolisme hati, dosis mungkin perlu
disesuaikan untuk pasien dengan penyakit hati.
Dalam hal efek samping yang signifikan, SSRI lebih aman
daripada TCA dan MAOIs. Jarang memeiliki dosis letal pada
kondisi overdosis dan memiliki sedikit efek serius pada fungsi
kardiovaskular. Karena tidak ada efek antikolinergik yang
signifikan secara klinis, SSRI dapat diresepkan untuk pasien
dengan prostatic hipertrofi atau glaukoma sudut sempit.
Efek samping yang paling umum dari SSRI adalah sakit
kepala, lekas marah, mual dan masalah pencernaan lainnya,
insomnia, disfungsi seksual, berat badan, meningkatkan
kecemasan, mengantuk, dan tremor. Beberapa dari efek ini
(misalnya, mual) biasanya sementara, yang berlangsung 1-2
minggu. Lain (misalnya, disfungsi seksual) umumnya berlangsung
selama masa pengobatan. Efek samping SSRI yang sangat
individual.
Dari ke enam jenis obat
Gol. SSRI, yang paling
tepat diberikan kepada
pasien adalah
Fluoxetine dengan
dosis awal rendah
sebesar 10 mg/hari dan
sudah disetujui oleh
FDA.
Fluoxetine, Sertraline dan Paroxetine memiliki efikasi yang tidak jauh berbeda dalam
menangani PD, namun dalam hal efek samping yang ditimbulkan, hanya Fluoxetine yang
tidak umum menyebabkan insomnia (gangguan tidur).
Regimen Terapi
• Fluoxetin
• Panic disorder: starting dosage 5 mg, 10 mg po daily, may
increase to 60 mg po daily
• Diminum sesudah makan.
• Increased risk of serotonin syndrome w/ St John's wort.
(Interaksi)
• MK : Fluoxetine selectively inhibits serotonin reuptake at the
presynaptic neuronal membrane leading to increased
synaptic concentrations of serotonin, resulting in numerous
functional changes associated w/ enhanced serotonergic
neurotransmission.
Terapi Non-Farmakologi
Aspek kognitif antara lain mengubah cara
berpikir, kepercayaan, sikap, asumsi,
imajinasi dan memfasilitasi konseling
belajar mengenali dan
mengubah kesalahan dalam aspek kognitif.
Aspek behavioral yaitu mengubah
hubungan yang salah antara situasi
permasalahan dengan kebiasaan mereaksi
permasalahan, belajar mengubah perilaku,
menenangkan pikiran dan tubuh sehingga
merasa lebih baik, serta berpikir lebih
jelas.
Efek Samping Fluoxetine
Umum terjadi >10 % :
Diare, sakit kepala, pusing, mengantuk, bergetar, xerostomia

Kurang Umum (1-10%) :


Anxietas, asthenia, pendarahan, gangguan ejakulasi, fatigue,
insomnia, ruam, disfungsi seksusal, kenaikan berat badan.

Jarang tapi serius <1% :


Perpanjangan interval QT, syndrome serotonin, berpikiran
untuk bunuh diri.

Sumber : Top 300 Pharmacy Drugs 2016


SOAL 3
• Seorang pria 45 th datang ke poliklinik dengan keluhan
sejak 1 bulan yang lalu hanya tidur sebentar dan sering
terbangun dan tidak dapat tidur kembali. Usaha pria
tersebut mengalami kebangkrutan dikarenakan ditipu
teman. Pemeriksaan fisik TD 140/90 mmHg, HR
80x/m, RR 20x/m, S 37oC. Pemeriksaan psikiatri dalam
batas normal.
A. Jelaskan tatalaksana pada pasien tersebut.
B. Jelaskan regimen pengobatan.
C. Informasi yang diberikan kepada pasien terkait obat
yang diberikan.
Keluhan  Sejak 1 bulan lalu hanya tidur
sebentar dan sering terbangun dan tidak dapat
tidur kembali
• Pasien mengalami PTSD
Gejala pasien PTSD
(posttraumatic stress - Less interest
disorder) berdasarkan - Estrangement from
gejala yang dialami oleh
others,
pasien  Sejak 1 bulan - Sleep disturbances,
lalu hanya tidur - irritability,
sebentar dan sering - Difficulty
terbangun dan tidak
concentrating,
dapat tidur kembali - Hypervigilance,
- Exaggerated startle
response.
- The full symptom
picture must be
present for more
than 1 month.
Algoritma PTSD
(Posttraumatic Stress Disorder )
PTSD

SSRI
(fluoxetin/sertaline)

Tidak ada respon : Ada Respon : teruskan pengobatan


Ganti ke TCA selama 12-24 bulan

Tidak ada respon : Ada respon :


ganti ke fenilzin atau teruskan selama 12-
lamotridin 24 bulan
PTSD
• PTSD adalah gangguan kecemasan yang parah dan kronis,
dengan penurunan fungsi sehari-hari, perilaku bunuh diri
sering, dan tingginya tingkat komorbiditas.
• SSRI dianggap terapi lini pertama untuk PTSD, dalam
pandangan pengobatan rekomendasi pedoman dan hasil
berbagai uji klinis. Sertraline dan paroxetine adalah satu-
satunya antidepresan disetujui oleh FDA untuk pengobatan
PTSD dan SSRI paling ekstensif dipelajari untuk indikasi ini.
• Selain sertraline dan paroxetine, fluoxetine SSRI telah
direkomendasikan sebagai pengobatan lini pertama untuk
pasien dengan PTSD.
• Jika SSRI tidak ditoleransi atau tidak efektif, SNRIs harus
dipertimbangkan sebagai pengobatan lini kedua. The SNRI
venlafaxine telah terbukti bermanfaat dalam pengobatan
PTSD.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3278188/
PAROXETINE
• Paroxetine, the other SSRI approved for the treatment of
PTSD, was evaluated in 551 patients with chronic PTSD.27
• Posttraumatic stress disorder can develop after individual’s
exposure or witnessing of life threatening events. It is
characterized by three clusters of symptoms. The course of
PTSD is often chronic and impedes individual’s functioning.
Studies of PTSD treatment with paroxetine provide evidence
for its efficacy in reducing symptoms and its favorable profi le
of side effects.
• Paroxetine was well tolerated. The most commonly reported
adverse events associated with paroxetine were asthenia,
diarrhea, abnormal ejaculation, impotence, nausea, and
somnolence.
• Total score of PTSD symptoms on Mississippi Scale showed a
significant reduction, as well as a reduction in diagnosis of
PTSD (caseness) after six months of treatment with
paroxetine.
• Adverse effects of treatment with paroxetine were recorded
in 16,7 of the subjects and they were of mild intensity. This
indicates good tolerability of treatment with paroxetine,

Sumber : http://www.bjbms.org/archives/2008-1/76-79.pdf
Sertraline (Zoloft)
• Sertraline was associated with significantly higher rates of insomnia,
diarrhea, nausea, and decreased appetite compared with placebo.
Discontinuation rates were 39% for sertraline and 27% for placebo.
Withdrawals attributed to adverse events occurred in 9.1% of
sertraline-treated patients and in 4.7% of placebo-treated patients.
The corresponding rates of withdrawal resulting from an insufficient
therapeutic response were 0% and 4.7%, respectively.
• A double-blind placebo-controlled study evaluated sertraline in 42
Israeli military veterans with combat-induced PTSD.26 The subjects
received either sertraline (50 to 200 mg/day) or placebo for 10 weeks.
Treatment efficacy was determined by CAPS-2 and by CGI–S and CGI–I
ratings. Therapy with sertraline resulted in numeric, but not
statistically significant, improvements in CAPS-2 total severity and
symptom-cluster scores versus placebo. CGI–I responder rates were
53% for sertraline and 20% for placebo (P = 0.057).
• Thirteen percent of the sertraline group discontinued treatment
because of adverse events.
Kesimpulan
• Terapi yang sesuai untuk pasien mengalami
PTSD dengan gejala gangguan tidur sebaiknya
diberikan paroxetin karena lebih efektif dan
aman. Selain itu juga tidak memiliki efek
samping insomnia.
• Apabila diberikan sertralin yang memiliki efek
samping insomnia akan memperparah kondisi
pasien.
Terapi Non-Farmakologi
• Beberapa jenis terapi psikososial dapat
digunakan pada pengobatan PTSD
mencakup manajemen ansietas untuk
membantu pasien menghadapi stress
yang dideritanya
• CBT (cognitive behaviour therapy) fokus
pada identifikasi, memahami, dan
merubah pola berfikir dan juga perilaku
pasien. Efek terapi dapa terlihat 12
sampai 16 minggu tergantung dengan
individu
• CBT diindikasikan hanya untuk
beberapa bulan setelah mengalami
kejadian traumatik pada pasien yang
menderita PTSD
CBT (Cognitive Behavioral Therapy)

Aspek kognitif antara lain mengubah cara berpikir,


kepercayaan, sikap, asumsi, imajinasi dan memfasilitasi
konseling belajar mengenali dan mengubah kesalahan dalam
aspek kognitif.
Aspek behavioral yaitu mengubah hubungan yang salah
antara situasi permasalahan dengan kebiasaan mereaksi
permasalahan, belajar mengubah perilaku, menenangkan
pikiran dan tubuh sehingga merasa lebih baik, serta berpikir
lebih jelas.
Informasi yang diberikan kepada pasien terkait obat
yang diberikan!
- Alkohol dapat meningkatkan efek samping sistem saraf
paroxetine seperti pusing, mengantuk, dan kesulitan
berkonsentrasi.
- Jangan menggunakan paroxetine lebih dari dosis yang
dianjurkan.
- Hindari kegiatan yang membutuhkan kewaspadaan
mental seperti mengemudi atau mengoperasikan mesin
berbahaya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan Pasien
• Hindari penghentian obat secara tiba-tiba, karena dapat
memicu Withdrawal symptoms.
• Hindari kegiatan yang memerlukan kewaspadaan mental.
• Hubungi dokter apabila mengalami depresi yang memburuk,
keinginan untuk bunuh diri, perubahan perilaku yang tidak
biasa, atau pendarahan.
• Jangan mengonsumsi NSAID atau aspirin saat menggunakan
Sertraline karena dapat menyebabkan pendarahan.
• Jangan mengonsumsi alkohol karena dapat meningkatkan
efek samping sistem saraf sertraline seperti pusing,
mengantuk, dan kesulitan berkonsentrasi. Beberapa orang
mungkin juga mengalami gangguan dalam berpikir.
• Selama menjalani terapi, keluarga sangat memegang peranan
penting untuk keberhasilan perawatan.
• Pasien didorong untuk berbicara dengan keluarga dan teman-
temannya mengenai trauma yang ia alami karena
menceritakan kembali peristiwa traumatik berulang adalah
terapi yang dapat membantu pemulihan.
• Orang lain yang berada disekitar pasien perlu memahami,
mendengarkan dan toleran terhadap reaksi emosional pasien.
• Pasien didorong agar banyak bersosialisai dengan teman
sebayanya, hal ini mampu memulihkan trauma yang dialami
pasien.
• Pasien perlu mencoba untuk tidak menghindar dari hal-hal
yang mengingatkannya pada trauma, tetapi ia harus meng-
ekspos diri.
SOAL 4
Seorang pria 58 th datang ke RSUD dibawa oleh
tetangganya. Pasien sering merasa ada yang
mengikutinya, setelah melihat ada sekelompok
orang. Pasien merasa kelompok tersebut sedang
membicarakannya.
• A. Bagaimanakah terapi yang tepat pada
pasien?
• B. Jelaskan efek samping obat yang harus
diinformasikan kepada pasien.
Sumber
dipiro, 2005.
Terapi Schizophrenia
dipiro, 2005
- Non farmakologi
Tipe-tipe skizofrenia
1. Delusi/ waham
• Delusi tuduhan, merasa bahwa adanya orang yang ingin
menjebak dan berusaha melukai dirinya.
• Delusi referensi, di mana terdapat kejadian alam atau kejadian
sekitar dan sifatnya sehari-hari yang dianggap sebagai suatu
pertanda atau pesannya yang sama sekali tidak ada
hubungannya dengan dirinya.
• Delusi grandeur, di mana penderita merasa adanya tokoh
penting yang memiliki kekuatan yang tidak biasa atau merasa
bahwa dirinya adalah inkarnasi tokoh penting.
• Delusi kontrol, di mana penderita merasa pikiran atau sikapnya
dikontrol oleh pihak luar, bahkan makhluk asing berupa alien. 
2. Halusinasi
3. Cara bicara yang tidak teratur, sikap yang tidak beraturan
Kesimpulan obat yang digunakan
• Berdasarkan gejala yang pasien alami, pasien
mengalami schizofrenia stage 2 fase akut
dengan terapi pengobatan menggunakan
atipical antipsikotik
• Obat atipical antipsikotik lini pertama yang
memiliki antipsikotik yang kuat dengan
potensi yang rendah untuk menyebabkan
gejala ekstrapiramidal adalah amisulpride
Interaksi obat
Daftar Pustaka
• International Journal of Psychiatry in Clinical Practice, 2012. Guidelines for the
pharmacological treatment of anxiety disorders, obsessive– compulsive disorder
and posttraumatic stress disorder in primary care. Informa healtcare.
• Dipiro pharmacotherapt handbook. Ed 7.
• Anxiety and Depression Association of America.
https://www.adaa.org/finding-help/treatment diakses pada Minggu, 11
September 2016, 11:36 AM
• Bandelow, Borwin, et al. 2012. Review Article : Guidelines for the pharmacological
treatment of anxiety disorders, obsessive–compulsive disorder and posttraumatic
stress disorder in primary care. International Journal of Psychiatry in Clinical
Practice, 2012; 16: 77–84
• Dipiro, J.T., et al. 2008. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach, Seventh
Edition. Mc-Graw Hill
• Koda-Kimble, Mary Anne, et al .2009. Applied Therapeutics :The Clinical Use of
Drugs 9th edition. USA: Lippincot William and Wilkins
• Top 300 Pharmacy Drug 2016
• Kamus Kedokteran Dorland ed.29.EGC:Jakarta
• Chevroled, Jean Cloud, Joliet, Phillip. 2007. Clinical
review :Agitation and delirium in the critically-Significance
and Management. Journal of Critical Care, 11:214
• Moore DP, Jefferson JW. Handbook of Medical Psychiatry.
2nd ed. Philadelphia, Pa: Mosby; 2004:chap 155.
• Pharmachoterapy Panic Disorder
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2536545 /
• PRACTICE GUIDELINE FOR THE Treatment of Patients
With Panic Disorder
• What to Do When SSRIs Fail: Eight Strategies for
Optimizing Treatment of Panic Disorder

Anda mungkin juga menyukai