Anda di halaman 1dari 46

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 90% DAUN KELOR


(Moringa oleifera LAM) TERHADAP MOTILITAS SPERMATOZOA,
KONSENTRASI SPERMATOZOA, DIAMETER TUBULUS SEMINIFERUS,
INTROMISSION FREQUENCY DAN INTROMISSION LATENCY TIKUS
SPRAGUE DAWLEY JANTAN SECARA IN VIVO
RATIH DARA SYADILLAH
1113102000003

Pembimbing I : Dr. Azrifitria M.Si., Apt


Pembimbing II : Lani Hashina Mailawani, M.Si., Apt

SEMINAR PROPOSAL
KAMIS, 13 APRIL 2017
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Rumusan Masalah

Tujuan Penelitian

Hipotesa

Manfaat Penelitian
60-80 juta pasangan (8-12%
infertil)
Latar Belakang

Definisi klinis yang digunakan


WHO (World Health
Organization) mengenai
Infertilitas adalah suatu
Faktor Penyebab Infertilitas gangguan sistem reproduksi
yang digambarkan dengan
kegagalan untuk memperoleh
20% kehamilan setelah 12 bulan
40% Laki-laki atau lebih secara teratur
Wanita melakukan hubungan seksual
Laki-laki dan tanpa menggunakan alat
40% Wanita kontrasepsi.

(Zegers-Hochschild et al., 2009;


Kumar & Singh, 2015 )
ROS ANTIOKSIDAN ida
nts
ti ox
an
iv ed
vitamin C, tokoferol er
t-d
dan vitamin E, en
utri s
H2O2 karotenoid N
y me
z
Stress Oksidatif en
a nt
superoksida oxid
ti
dismutase, glutation An
i n s
peroksidase te
Spermatozoa mudah p ro
g
diserang oleh ROS karena nd in
bi
mengandung sejumlah etal
feritin, laktoferin, M
besar polyunsaturated e nts
albumin, ri
fatty acid (asam lemak tak n ut
y to
jenuh ganda) pada bagian ph
ant
membran plasma dan oxid
ti
sitoplasmanya. An
senyawa flavonoid
INFERTILITAS PRIA
(Sharma et al, 2004; Agarwal, 2005; Sheweita et al, 2005)
Latar
Belakang Moringa
Meningkatkan kadar hormon oleifera
testosteron dan mendorong
perilaku seksual pada pria
(Ahdini, 2014). Flavonoid, Tannin, Alkaloid,
Antrakuinon, Glikosida
jantung, Saponin, Terpen

Berpotensi sebagai agen


fertilitas dan sangat berguna
dalam pengobatan impotensi antimikroba
(Khalifa et al, 2016). anti-diabetes antipiretik
antioksidan anti-helmintik anti-inflamasi
hepatoprotektor analgesik
anti-karsinogenik
(Dalei et al., 2016; Bassey et al, 2013)
Dafaalla et al (2015)
Ekstrak etOH 30 hari, 100, 200,
400 (mg/kg BB) ↑ bobot testis, Priyadarshani & Varma (2014)
epididimis, hormon testosteron, FSH, kelor 21 hari 200 mg/kg BB ↑ bobot
LH, motilitas & jumlah serta ↓ testis, bobot epididimis, mobilitas dan
abnormalitas spermatozoa. jumlah spermatozoa.

Ofolabi et al (2013)
Ekstrak methanol Cajuday dan Poscidio (2010)
2 minggu 200 mg/kg BB ↑ Ekstrak heksan 21 hari 0,5, 5, 50 (mg/30 g
jumlah sperma dan jumlah BB) ↑ bobot testis dan diameter tubulus
sel germinal testis secara seminiferus secara signifikan
signifikan pada
cryptorchidism. AGEN FERTILITAS

AGEN ANTIFERTILITAS Owolabi & Ogunnaike (2014)


Ekstrak etOH 28 hari 200 mg/kg
Bachtiar dan Ghasani (2016) BB menimbulkan kerusakan pada
Ekstrak etOH 90% 15 hari 200, 400, 600 histologi testis dan epididimis tikus
mg/kg BB ↓ konsentrasi sperma, diameter jantan, namun tidak terlihat kerusakan
tubulus seminiferus, motilitas, jumlah pada organ vital lain seperti otak,
spermatosit pakiten dan ↑ abnormalitas. ginjal dan hati
Ekstrak tidak mempengaruhi kadar hormon
testosteron dan bobot testis.
Latar Belakang
Dafaalla et al 2015
Priyadarshani & Varma (2014) 50, 200, 800 mg/kg/ BB
Ofolabi et al 2013
Cajuday & Poscidio (2010) P Motilitas, Morfologi,
A Konsentrasi, Jumlah
R spermatozoa
Owolabi & Ogunnaike A
(2014) Hormonal
Bachtiar dan Ghasani M (Testosteron, FSH &
(2016) E LH)
T
E Bobot Testis, Bobot
Epididimis, Diameter
R Tubulus Seminiferus
Rumusan Masalah
Apakah terdapat pengaruh pemberian ekstrak etanol 90% daun
kelor (Moringa oleifera Lam) terhadap motilitas spermatozoa,
konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus seminiferus,
intromission frequency dan intromission latency pada tikus
Sprague-Dawley jantan secara in vivo?

Tujuan Tujuan Umum :

Peneliti Untuk menguji aktivitas ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera Lam)
pada tikus Sprague-Dawley jantan secara in vivo.
an
Tujuan Khusus :
Untuk menguji aktivitas pemberian ekstrak etanol 90% daun kelor (Moringa oleifera
Lam) terhadap motilitas spermatozoa, konsentrasi spermatozoa, diameter tubulus
seminiferus, intromission frequency dan intromission latency pada tikus Sprague-
Dawley jantan secara in vivo.
Hipotesis Penelitian
Meningkatkan motilitas
spermatozoa tikus
Spargue-Dawley jantan

Meningkatkan konsentrasi
Ekstrak etanol spermatozoa tikus
90% daun kelor Spargue-Dawley jantan
(Moringa oleifera
Lam) mempunyai
aktivitas Meningkatkan diameter
tubulus seminiferus pada
tikus Spargue-Dawley
jantan

Meningkatkan aktivitas seksual


(intromission ferquency dan
intromission latency) tikus Spargue-
Dawley jantan.
Manfaat penelitian

Memberikan informasi terhadap masyarakat luas bahwa


daun kelor (Moringa oleifera Lam) berpotensi sebagai
peningkat kesuburan yang berasal dari bahan alam.

Memberikan sumbangsih dalam pengembangan agen


fertilitas dari bahan alam.

Memperbanyak referensi dalam penelitian aktifitas


fertilitas dari daun kelor (Moringa oleifera Lam)
BAB III
METODOLOGI
PENELITIAN
Waktu dan Tempat

Alat dan Bahan

Hewan Uji

Rancangan Penelitian

Prosedur Kerja
Metodologi Penelitian

Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016 hingga Juni


2017

Tempat Penelitian
Laboratorium Penelitian I, Laboratorium Kimia Obat dan Laboratorium
Penelitian II, Laboratorium Animal House (AH) FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Laboratorium Patologi Klinik Universitas Indonesia, Salemba, Jakarta.
Metodologi Penelitian
Blender (Philips), timbangan analitik
(AND GH-202 dan Wiggen Hauser),
alkohol meter, botol maserasi, vacuum
rotary evaporator (EYELA), labu ukur,
gelas ukur, corong gelas, pipet tetes,
erlenmeyer, beaker glass, batang
pengaduk, spatula, kapas, kertas saring,
aluminium foil, tabung reaksi, freeze
dryer, botol timbang, kurs silikat, oven
(Memmert), tanur (Thermo Scientific),
timbangan hewan, kandang hewan,
tempat makan dan minum hewan, sonde
oral, alat bedah minor hewan, syringe,
mortar, alu, wadah pembiusan, kaca
objek dan cover glass, mikropipet
(Eppendorf Research Plus),
Hemositometer Improved Neubauer
(NESCO), mikroskop cahaya (Motic dan
Alat yang digunakan dalam Penelitian Epson), Freezer, water bath, desikator.
Metodologi Penelitian
Bahan Penelitian
Bahan Uji :
Daun kelor (Moringa oleifera Lam) yang diperoleh dari daerah Tegal
Waru, Kelurahan Cinangneng, Kecamatan Ciampea, Bogor pada 30
November 2016, pukul 03.45 WIB di ketinggian 800 mdpl

Bahan Kimia :
Etanol 90%, aquadest, etanol 70%, HCl 2N, reagen dragendorf,
pereaksi Mayer, serbuk Mg, asam asetat anhidrat; asam sulfat pekat,
FeCl3 0,1%, reagen Libermen-Burchard, Kloroform, NA CMC, bahan
untuk preparasi analisis sperma (Normal Saline Water, larutan
George, formalin, eosin Y 1%)

Hewan Uji :
Tikus putih jantan strain Sprague Dawley yang sehat berumur 3,5-4
bulan dengan berat badan 250-350 gram diperoleh dari Animal
Facility and Modeling Provider Institut Pertanian Bogor (IPB)
Rancangan Perlakuan
• Na CMC 0,5% selama 15 • Ekstrak etanol 90%
hari daun kelor (Moringa
oleifera) dengan dosis
50 mg/kg BB dalam
Kelompok Na CMC 0,5 % selama
Kelompok I
II : Dosis
: Kontrol
Rendah 15 hari

Kelompok Kelompok
III : Dosis IV : Dosis
Sedang Tinggi
• Ekstrak etanol 90% daun kelor • Ekstrak etanol 90%
(Moringa oleifera ) dengan dosis daun kelor (Moringa
200 mg/kg BB dalam Na CMC oleifera ) dengan dosis
0,5% selama 15 hari 800 mg/kg BB dalam
Na CMC 0,5% selama
15 hari
Jumlah Hewan Uji
• 5 ekor tikus putih jantan Sprague Dawley merujuk pada General
Guidelines for Methodologies on Research and Evaluation of Traditional
Medicine (WHO, 2000).

Dosis
• Mengacu pada Bachtiar & Ghasani (2016) terhadap ekstrak etanol
90% daun kelor dosis 200 mg/kg dengan penurunan dan peningkatan
dosis menjadi empat kalinya (50 mg/kgBB, 200 mg/kg/BB dan 800
mg/kg/BB).

Lama Perlakuan
• Perlakuan dilakukan selama 15 hari merujuk pada guideline WHO
protocol MB-50 (A methode for Examining The Effect of The Plant
Extract Administration Orally On The Fertility Of Male Rats) dalam
jurnal Deghan et al (2005)
Alur Pembuatan Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa oleifera)

Determinasi
Daun kelor
daun Kelor Daun kelor
(Moringa
segar Sortasi Basah dicuci
dikumpulkan
oleifera Lam)

Daun kelor Daun kelor Diperoleh


dikering Sortasi Kering dihaluskan serbuk simplisia
anginkan dengan Blender daun kelor

Serbuk daun Pelarut


Maserat disaring
kelor dimaserasi Diperoleh diuapkan
dengan kertas
dengan etanol Maserat dengan rotary
saring dan kapas
90% evaporator

Jika belum diperoleh Ekstrak kental Penapisan fitokimia serta


ekstrak kental, yang diperoleh uji parameter spesifik dan
digunakan freeze dryer ditimbang non spesifik
Alur Kerja Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa oleifera)

20 ekor tikus jantan Sprague


Dawley 

Aklimatisasi 2 minggu 

Dikelompokkan secara acak (masing-masing


5 ekor setiap perlakuan) 

Kelompok dosis rendah 50 mg/kgBB


Kelompok Kontrol  Kelompok dosis sedang 200 mg/kgBB
Kelompok dosis tinggi 800 mg/kgBB

Pemberian Na CMC
Pemberian ekstrak dalam Na CMC
0,5% per oral selama
15 hari 0,5% per oral selama 15 hari 

Pada hari ke-15 dilakukan uji aktivitas seksual intromission frequency


dan intromission latency

Pada hari ke-16 tikus dikorbankan dan diambil organ reproduksi nya
Kauda
Testis Epididimis 

Dibuat Preparat Perhitungan


Perhitungan Motilitas
Histologi Konsentrasi
Spermatozoa 
Spermatozoa

Pengukuran Diameter
Tubulus Seminiferus

Analisis Data 
Motilitas Spermatozoa (Yotarlai et al. 2011)

Diambil Letakkan Teteskan Amati pada


spermatozoa dalam cawan pada kaca mikroskop
dari kauda porselen objek cahaya pada
epididimis berisi NaCl perbesaran
kanan 0,9% 40x

Perhitungan motilitas dilakukan terhadap 100 sperma dengan 6 lapang pandang secara
berurutan.
①Diambil Konsentrasi Spermatozoa
spermatozoa
dari kauda (Ilyas, 2007)
epididimis

②Diletakkan
pada cawan
porselen berisi
NaCl 500 µl

③Masukkan
sperma ke
dalam kamar
Neubauer hingga
rata

④Hitung
jumlah sperma
pada salah satu
kamar hitung
Neubauer
Pengenceran
Kotak kecil yang
No Jumlah Spermatozoa dalam 1 kotak Faktor Pengenceran
dihitung

1 >40 50 kali 5

2 15-40 20 kali 10

3 ≤15 10 kali 25

Dari sejumlah spermatozoa yang diketahui, maka dilakukan pengenceran spermatozoa


berdasarkan jumlah yang terhitung.
No Pengenceran Pembuatan Pengenceran
1 50 kali a. 980 µL larutan George + 20 µL Spermatozoa
b. 2.450 µL larutan George + 50 µL Spermatozoa

2 20 kali 950 µL larutan George + 50 µL Spermatozoa


3 10 kali a. 900 µL larutan George + 100 µL Spermatozoa
b. 450 µL larutan George + 50 µL Spermatozoa

 Kosentrasi spermatozoa
Diameter Tubulus Seminiferus (Turk, 2007;
Wahyuni, 2012; Cholifah dkk, 2014)

Ukur diameter
tubulus seminiferus
Amati preparat dengan mikrometer
histologi testis di okuler (tiap preparat
Buat preparat bawah mikroskop minimal 10 tubulus)
histologi testis
Uji Parameter Aktivitas Seksual (Desmukh & Baghat, 2016)

❹Pengamatan dilakukan pukul


20.00 WIB hari ke 15 selama 30
menit

❶Tikus betina dibuat estrus


dengan ethynil estradiol 100
ug/tikus dan progesteron 1 ❸Amati intromission frequency
mg/tikus secara oral 48 jam dan intromission latency
sebelum percobaan

❷Dimasukkan seekor tikus


jantan dan seekor tikus betina dari
tiap-tiap kelompok ke dalam
kandang
LSD
(Least
ANALISIS Uji Non-
Significant
Different)

DATA Parametrik
(Kruskal
Uji -Walis)
Parametrik
(one way
ANOVA)
Uji
Homogenit
as

Uji
Normalitas
(Shapiro-
Wilk
Daftar Pustaka
Agarwal, Ashok. 2005. Role of Oxdative Stress in Male Infertility and Antioksidan Supplementation. Business Briefing: Us
Kidney and Urological Disease 2005.
Bachtiar, Denny. 2016. Uji Aktivitas Antifertilitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) Pada Tikus Jantan
Galur Sprague Dawley Secara InVivo. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Bassey et al,. 2013. The effect of ethanolic extract of Moringa oleifera on alcohol-induced testicular histopathologies in
pre-pubertal albino Wistar rats. Nigeria : Biology and Medicine, 5: 40–45, 2013
Cajuday, Lilibeth A. 2010. Effect of Moringa oleifera Lam. (Moringaceae) on The Reproduction of Male Mice (Mus
musculus). Filipina: Biology Department, ColIege of Science, Bicol University. Journal of Medicinal Plants Research Vol.
4(12), pp. 1115-1121.
Dafaalla et al. 2015. Effect of Ethanol Extract of Moringa Oleifera Leaves on Fertilitty Hormone and Sperm Quality of
Male Albino Rats. Sudan : World Journal of Pharmaceutical Research Volume 5, Issue 1, 01-11.
Dalei et al, 2016. Review on Nutritional and Pharmacological Potencies of Moringa Oleifera. India : European Journal of
Pharmaceutical and Medical Research ISSN 3294-3211
Deshmukh, C.K & Bhagat, S.K. 2016. Butea monosperma (Lam.) induces sexual activity in male albino rat, Rattus rattus
(Wistar). International Journal in Physical & Applied Sciences Vol.03 Issue-04, (April, 2016)
Ferial, E.W. 2012. Kajian Infertilitas Pria dan Usaha Penanganannya. Prosiding SNSMAIP III. ISBN No. 978-602-98559-1-3
Ghasani, Afina A. 2016. Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi
Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague Dawley .
Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ilyas, S. 2007. Azoospermis dan pemulihannya melalui regulasi apoptosis sel spermatogenik tikus (Rattus sp) pada
penyuntikan kombinasi TU & MPA. Disertasi. Program Doktor Ilmu Biomedik FKUI.
Kumar, N dan Singh, A.K. 2015. Trends of male factor infertility, an important cause of infertility: A review of literature. J
Hum Reprod Sci. 2015 Oct-Dec; 8(4): 191-196
Ofolabi et al. 2013. Effect of Methanolic Extract of Moringa oleifera Leaves on Semen and Biochemical
Parameters in Cryptorchid Rats. Nigeria: Afr J Tradit Complement Altern Med. (2013) 10(5):230-235.
Priyadarshani dan Varma. 2014. Effec of Moringa oleifera Leaf powder on Sperm Count, histology of
Testis, and Epididymis of hyperglicaemic Mice (Mus musculus). India: American International Journal of
Research in Formal, Applied and Natural Science.
Sharma, R., Said, T., & Agarwal, A. (2004). Sperm DNA Damage and Its Clinical Relevance in Assessing
Reproductive Outcome. Asian J Androl, 6, 139-148.
Sheweita et al. 2005. Mechanisms of Male Infertility: Role of Antioxidants. Saudi Arabia : Current Drug
Metabolism, 2005, 6, 000-000
Turk, Gaffari. 2007. Effects of Pomegranate Juice Consumption on Sperm quality, Spermatogenic Cell
Density, Antioxidant Activity and Testosterone Level in Male Rats. Clinical Nutrition (2008)27, pp. 289-296
Wahyuni, Rika Sri. 2012. Pengaruh Isoflavon Kedelai Terhadap Kadar Hormon Testosteron Berat Testis
Diameter Tubulus Smeiniferus Dan Spermatogenesis Tikus Putih Jantan (Rattus Norvegicus). Testis.
Padang: Program Studi Ilmu Biomedik: Universitas Andalas.
WHO. (2010). WHO Laboratory Manual For The Examination and Processing of Human Semen (5th ed.).
Geneva: World Health Organization.
Yotarlai, Sudawadee et al. 2011. Effects of boesenbergia rotunda juice on sperm qualities in male rats.
Thailand: Chiang Mai University. Journal of Medicinal Plants Research Vol. 5(16), pp. 3861-3867,
Zegers-Hochschild et al. 2009. International Committee for Monitoring Assisted Reproductive Technology
(ICMART) and the World Health Organization (WHO) revised glossary of ART terminology, 2009*. Glossary
of ART Terminology. Vol. 92, No. 5, November 2009.
TERIMAKASIH
• INTROMISSION FREQUENCY :
• JUMLAH INTROMISI DARI WAKTU
PERKENALAN PADA HEWAN BETINA SAMPAI
EJAKULASI

• INTROMISSION FREQUENCY :
• Interval waktu dari perkenalan hewan betina
sampai intromissi pertama hewan jantan.
Maserasi
Dilakukan dengan cara merendam 1 bagian serbuk kering
dengan 10 bagian pelarut, diamkan selama 3 hari (6 jam
pertama sambil diaduk sesekali). Proses penyarian diulang
sekurang-kurangnya 2 kali (Depkes RI, 2008)

Prinsip: Air masuk ke dalam sel melalui dinding sel -> isi sel
akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi di dalam
sel dan di luar sel. Larutan dengan konsentrasi tinggi akan
terdesak keluar dan diganti oleh pelarut dengan konsentrasi
rendah, berulang sampai tercapai kesetimbangan
Penapisan Fitokimia Alkaloid dan Steroid
1. Identifikasi Golongan Alkaloid (Depkes RI, 1995)
• Ekstrak sebanyak 100 mg dimasukkan ke dalam tabung rekasi, lalu
ditambahkan 1 mL etanol 70%. Ekstrak kemudian ditambahkan 1 mL
asam klorida 2N dan 9 mL aquadest. Selanjutnya dipanaskan di atas
penangas air selama 2 menit, dan didinginkan. Kemudian disaring dan
filtratnya ditampung. Filtrat digunakan sebagai larutan percoban
selanjutnya:
• Larutan percobaan ditambahkan 2 tetes 2 tetes dragendrof,
terbentuknya endapan jingga coklat menandakan bahwa ekstrak
mengandung alkaloid
• Larutan percobaan ditambahkan 2 tetes Mayer LP, terbentuknya
endapan menggumpal putih atau kuning yang larut dalam metanol
menandakan bahwa ekstrak mengandung alkaloid.
2. Identifikasi Golongan Steroid (Fransworth,
1996)
Ekstrak sebanyak 100 mg dimasukkan ke dalam
tabung reaksi lalu ditambahkan 1 ml etanol 70%.
Ekstrak kemudian ditambahkan pereaksi
Lieberman-Buchard. Terbentuknya warna biru-
kehijauan menandakan bahwa ekstrak
mengandung steroid
SUSUT PENGERINGAN (Depkes RI, 2000)
• Pengukuran sisa zat setelah pengeringan pada
temperatur 105C selama 30 menit atau sampai
berat konstan. Dalam hal khusus (jika bahan
tidak mengandung minyak atsiri dan sisa pelarut
organik menguap identik dengan kadar air

• Tujuan: Memberikan batasan maksimal


(rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang
pada proses pengeringan
KADAR AIR (Depkes RI, 2000)
• Prinsip: pengukuran kandungan air yang
berada di dalam bahan
• Tujuan: Memberikan rentang tentang
besarnya kandungan air di dalam bahan
KADAR ABU (Depkes RI, 2000)
• Prinsip: Bahan dipaaskan pada temperatur
dimana senyawa organik dan turunannya
terdestruksi dan menguap. Sehingga tingga
unsur mineral dan anorganik
• Tujuan: Memberikan gambaran kandungan
mineral yang berasal dari awal sampai
terbentuknya ekstrak
Tahapan siklus spermatogenesis tikus
dimulai dari kiri bawah searah jarum
jam. A, spermatogonium tipe A;
In,spermatogonium tipe intermediet; B,
spermatogonium tipe B; R, spermatosit
primer resting, L, spermatosit leptoten;
Z, spermatosit zigoten; P(I), P(VII), P(XII),
spermatosit pakiten awal,
pertengahanm dan akhir. Angka romawi
menunjukkan tahapan pada siklus; Di,
diploten; II, spermatosit sekunder; 1-19,
tahapan spermiogenesis. Tabel di tengah
memberikan komposisi selular dari
tahapan siklus pada epitelium
seminiferus (I-XIV). Superskrip m
menunjukkan terjadinya mitosis.
Sumber: Clermont, 1962
• Di dalam lobuli testis terdapat banyak saluran berliku, yaitu tubulus seminiferus, tempat
berlangsung nya spermatogenesis. Saluran yang keluar dari testis menuju rete testis,
kemudian saluran ini berlanjut menjadi epididimis, yang terbagi atas 3 bagian yakni bagian
kepala (caput), bagian badan (corpus) dan ekor (cauda). Saluran ini menuju saluran di
bawahnya yakni saluran vas deferen, vesika seminalis dan berakhir di uretra (Chemes, 2001).
Sumber: Hernawati, 2007
Indikator Sperma Tikus Normal
• Konsentrasi spermatozoa: 35,4 x 10^6 /ml
(Krinke, 2000)
• Karakteristik morfologi pada tikus normal
memiliki abnormalitas yaitu 10-20% (Davies,
2014).
• Tubulus seminiferus normal: diameter 150-
300 um dan panjang 30-80 cm (Sokhri, 2012)
Abnormalitas Morfologi
• Karakteristik morfologi pada tikus normal memiliki abnormalitas
yaitu 10-20% (Davies, 2014).
• Morfologi spermatozoa dikatakan abnormal apabila preparat yang
dlihat di bawah mikroskop terdiri dari tanpa kepala, leher patah,
kepala pipih (flattened head), dan ekor patah (Inversk, 2000).
• Menurut Saba (2009);Widiyani (2006), peningkatan abnormalitas
morfologi spermatozoa dapat disebabkan adanya kerusakan di
dalam tubulus seminiferus serta pada saat spermatozoa
meninggalkan tubulus seminiferus dan selama perjalannya melalui
epididimis.
• Setiap sperma yang mempunyai morfologi spermatozoa abnormal
tidak dapat membuahi ovum (Widiyani, 2006).
Diameter Tubulus Seminiferus
• Tubulus seminiferus normal: diameter 150-300 um dan panjang
30-80 cm (Sokhri, 2012)
• Tubulus seminiferus merupakan bagian utama dari masa testis
(80%) yang merupakan tempat berlangsungnya spermatogenesis
(Sherwood, 2001).
• Berkurangnya diameter tubulus seminiferus mencerminkan
adanya penurunan jumlah sel sertoli atau hambatan
spermatogenesis (Kovacevic et.al., 2006) dan juga kemungkinan
disebabkan banyaknya sel germinal yang mengalami apoptosis.
Dalam epitel seminiferus, apoptosis dapat terjadi secara spontan
atau sebagai respon terhadap beberapa faktor-faktor seperti agen
kemoterapi, suhu tinggi dan hormonal (Costa and Silva, 2006).
Pemilihan Kauda Epididimis
• Kauda epididimis merupakan tempat
pematangan spermatozoa sebelum siap
diejakulasikan. Diperkirakan spermatozoa
yang telah matang paling banyak dibagian
kauda epidimis (Suckow, 2006)
Pemilihan NaCl 0,9%
• Larutan NaCl 0,9% berfungsi untuk
mempertahankan daya hidup (viabilitas)
spermatozoa di luar tubuh tikus. Larutan NaCl
fisiologis digolongkan sebagai bahan pengencer
(extender) yang sering digunakan karena larutan ini
dapat memberikan sifat buffer, mempertahankan
pH semen dalam suhu kamar, bersifat isotonis
dengan cairan sel, melindungi spermatozoa
terhadap cold shock dan penyeimbang elektron
yang sesuai (Simbolon, 2013).
Pembuatan Preparat Histologis dan Pewarnaan Menggunakan
Hematoksilin dan Eosin
• Jaringan testis yang telah diambil melalui proses pembedahan direndam ke dalam larutan
formalin 10% untuk mengawetkan jaringan agar terhindar dari pencernaan oleh enzim-enzim
atau bakteri. Proses selanjutnya adalah pemotongan jaringan organ menggunakan pisau
skalpel dan disusun ke dalam sejumlah tissue cassette. Preparasi preparat dilanjutkan dengan
proses dehidrasi di mana jaringan organ yang telah disusun ke dalam tissue cassette
dimasukkan ke dalam mesin prosesor untuk didehidrasi bertahap dengan putaran etanol 70%
2 jam, etanol 80% 2 jam, etanol 90% 2 jam, etanol absolut 2 jam, xylol 2 jam, xylol 2 jam,
parafin cair 2 jam dan parafin cair 2 jam. Proses dehidrasi dilanjutkan dengan proses vakum
dan pencetakan blok paraffin lalu penyimpanan pada suhu -20°C. Blok paraffin kemudian
dipotong dengan mesin mikrotom dengan ketebalan 3-4 μm (Muntiha, 2001). Sediaan
direndam dalam xilol selama 5 menit sebanyak 2 kali sebelum diwarnai. Hal tersebut
bertujuan agar sisa parafin yang masih merekat pada jaringan dapat dihilangkan. Xilol
dihilangkan dengan merendam jaringan pada larutan alkohol bertingkat dari konsentrasi
tinggi turun secara bertahap (100%, 90%, 80%, dan 70%) masing-masing selama 3 menit.
Untuk pewarnaan dilakukan dengan hematoksilin dan eosin (HE). Jaringan yang telah
diwarnai dijernihkan dengan xilol selama 5 menit agar jaringan tampak lebih cerah. Pada
tahap akhir, jaringan testis pada kaca objek diberi entelan dan ditutup dengan kaca penutup
sehingga dapat dilakukan pengamatan. Dihitung sel germinal dan diameter tubulus
seminiferus pada preparat histologi testis tikus dengan mikroskop optic (Ilyas, 2007).

Anda mungkin juga menyukai