Anda di halaman 1dari 4

 Identifikasi jarak

Identifikasi Senyawa Aktif yang Berpotensi sebagai Larvasida Aedes aegyti


Identifikasi senyawa aktif sebagai larvasida pada minyak minyak jarak pagar dengan
menggunakan GC-MS QP2010 Shimadzu. Kolom yang digunakan Rtx-1MS (Fused
Silica) dengan bahan pengisi 100% dimethyl polysiloxane, yang bersifat non polar sesuai
untuk analisis minyak jarak pagar yang bersifat non polar. Analisis minyak jarak pagar
dilakukan dengan menggunakan gas pembawa Helium dan pelarut n-Hexane karena
minyak jarak pagar bersifat non polar, maka pelarut yang digunakan adalah pelarut non
polar. Analisis minyak jarak pagar dilakukan pada berbagai kondisi pengaturan
temperatur pada alat GC-MS (Colom, Injection, Ion Source dan Interface) agar diperoleh
pemisahan yang baik sehingga senyawa yang terdapat dalam minyak jarak pagar dapat
diindentifikasi dengan MS dan hasil spektra massanya dibandingkan dengan data base
National Institute Standar and Tecnology (NIST) yaitu NIST 27 dan NIST 147 selain itu
dibandingkan juga dengan database WILEY 7.

Minyak jarak pagar mengandung banyak komponen atau senyawa yang memiliki
sifat fisika yang berbeda-beda, oleh sebab itu sulit sekali mencari kondisi yang optimum
dimana semua komponen yang terkandung didalamnya dapat teridentifikasi semua.
Selain itu komponen kimia yang terkandung didalam minyak jarak pagar, sebagian besar
merupakan senyawa karbon yang berantai panjang yang memiliki beberapa isomer, hal
ini dapat menyulitkan ketika identifikasi MS karena pola fragmentasi molekulnya hampir
sama. Pada penelitian ini ditampilkan hasil identifikasi MS dengan persen kimiripan dua
terbesar dengan data base. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kemungkinan-
kemungkinan atau prediksi senyawa apa yang sebenarnya ada didalam minyak jarak
pagar.

 Manfaat dan kandungan

Menurut Oyi (2007), jarak pagar (Jatropha curcas) memiliki aktivitas antimikroba
yang baik untuk bakteri gram-negatif maupun bakteri grampositif. Jarak pagar (Jatropha
curcas) mengandung beberapa kandungan kimia, yaitu tanins, flavonoid, dan saponins
yang terdapat di dalam getah tanaman jarak pagar (Jatropha curcas). Zat tanin dapat
menyebabkan kompleksasi terhadap enzim atau substrat yang terdapat pada dinding sel
bakteri sehingga menyebabkan koagulasi protein pada dinding sel bakteri dengan
konsentrasi tanin yang tinggi. Pada suatu penelitian, zat tanin efektif menghambat
pertumbuhan bakteri di saluran pencernaan, seperti Acteroides fragilis, Clostridium
perfringens, Escherichia coli and Enterobacter cloacae, dan bakteri lainnya (Akiyama,
2001).

Flavonoid mempunyai aktivitas antijamur, antivirus, dan antibakteri. Flavonoid


dapat menghambat sintesis asam nukleat pada Staphylococcus aureus, menghambat
fungsi membran sitoplasma pada MRSA, Streptococcus, dan S. mutans, serta
menghambat metabolisme energi pada beberapa macam bakteri (Cushnie et al, 2005).

Saponin merupakan glikosid aktif dengan karakteristik berbusa. Saponin banyak


dihasilkan dari tanaman, dan sedikit dihasilkan pada hewan laut dan beberapa bakteri.
Sama halnya dengan flavonoid, saponin mempunyai aktivitas virusidal, antijamur, dan
antibakteri. Saponin dapat menghambat petumbuhan bakteri gram negatif maupun bakteri
gram positif. Tetapi beberapa saponin juga ada yang tidak efektif mampu menembus ke
dalam selaput sel dari mikroorganisme tersebut (Desai, 2009).

 Identifikasi karet

Identifikasi Kandungan Senyawa Melalui GC-MS

Untuk mengidentifikasi senyawa terpena yang terdapat di dalam minyak karet


hasil pirolisis, dilanjutkan dengan GC-MS berdasarkan library reference compound yaitu
Wiley dan National Institut of Standardization and Technology (NIST). Spesifikasi alat
yang digunakan untuk GC-MS adalah kolom Rastex Rxi-5MS (95% Methylpolysiloxane
5% Phenyl polysiloxane), panjang 30 meter, ID: 0,25 mm, gas pembawanya helium dan
pengion EI. Temperatur oven kolom 60 °C dan suhu akhir 310 °C dengan total aliran
81,5 mL / min, dan tekanan 12,0 kPa. Suhu awal 60 °C dan suhu akhir 305 °C dengan
kenaikan suhu 10 °C per menit.
Hasil analisis yang dihasilkan berupa gambar profil kromato-gram, senyawa
teridentifikasi, indeks retensi dan struktur tiap senyawa.Pada pirolisis getah karet Hevea
brasiliensis menghasilkan lima senyawa yang tergolong dalam kelompok monoterpena
yaitu isolimonena, l-limonena, β-felandrena, d-limonena (puncak dominan dengan
kelimpahan 61,72%) dan kamfena kelima senyawa monoterpena ini terbentuk lewat
proses pemanasan dengan suhu yang tinggi menyebabkan terputusnya 2 kerangka
isoprena secara langsung dari poliisoprena dan menghasilkan suatu karbokation yang
memungkinkan terjadinya reaksi siklisasi seperti yang terjadi pada senyawa terpena di
alam melalui beberapa reaksi kimia organik.

Pembentukan kerangka monoterpena lainnya melibatkan penataan ulang Wagner-


Meerwein membentuk kerangka fenchyl dari kation pinil. Siklisasi lainnya dari kation
terpinil adalah penutupan siklik pada C5 dan C7 untuk membentuk cincin cyclopropil
yang mengarah untuk membentuk car-3-ene. Monoterpen dengan cincin cyclopropil
terjadi juga melalui rute pergeseran 1,2 hidrida dari kation terpenyl diikuti dengan
penutupan pada C2 dan C6 dan menghasilkan kation sabinil dan senyawa monoterpena.
(Degenhardt. et al, 2009)

 Manfaat

Karet alam adalah bahan baku dasar penting dari banyak produk yang digunakan
dalam industri transportasi, konsumen, kesehatan dan sektor medis karena ketahanan dan
ketangguhan elastisitasnya. Diantara sektor-sektor tersebut, transportasi merupakan
sektor tunggal terbesar dimana industri manufaktur ban sendiri mengkonsumsi lebih dari
60% dari pasokan karet alam (Clément-Demange et al., 2007). Sisa dari produksi tersebut
digunakan sebagai bahan dasar umum seperti contoh : dalam industri konstruktif (sabuk
transmisi lift, selang, dan tabung), dalam industri biomedis (alat bedah, sarung tangan,
kondom), dalam industri peralatan olahraga dan rekreasi (bola golf, sepakbola, basket,
dan lain sebagainya), dalam peralatan sehari-hari (penghapus, sepatu, lem, perekat, dan
lain sebagainya).

 Kandungan
Karet alam (cis-1, 4-polyisoprene) diperoleh dari lateks yang diproduksi sel
latisifer di kulit batang tanaman karet (Kush, 1994 ; d'Auzac et al., 1995). Lateks adalah
sitoplasma latisifer atau sel pembuluh lateks di bagian dalam floem yang berkembang
secara spesifik dalam sintesis karet alam (d'Auzac & Jacob, 1989). Aliran lateks
terdorong keluar dari latisifer pada saat dilakukan penyadapan kulit kayu. Karet alam
dalam prakteknya diproduksi dengan penyadapan dan dengan stimulasi hormonal (etilen)
(Compagnon, 1986).

Anda mungkin juga menyukai