Anda di halaman 1dari 45

TRAUMA THORAKS

Latar Belakang

Trauma thoraks merupakan trauma yang mengenai dinding thoraks dan secara langsung atau tidak
mempengaruhi organ di dalamnya. Berdasarkan penyebab trauma dibagi menjadi trauma tumpul dan tajam
dengan jumlah insiden terbanyak adalah trauma tumpul. Pada trauma thoraks, sebayak 90% merupakan
trauma tumpul dan 10% diantaranya memerlukan tindakan pembedahan. Tingkat mortalitas trauma thoraks
merupakan terbesar kedua setelah trauma kepala, sehingga memerlukan tindakan yang tepat.
Trauma toraks adalah penyebab morbiditas dan mortalitas yang signifikan pada orang dewasa dan anak-
anak. Ini adalah penyebab utama kematian pada sekitar 25% pasien trauma multipel dan, bila dikaitkan
dengan cedera lain, menyebabkan kematian pada tambahan 50% pasien trauma multipel, biasanya sebagai
akibat hipoksia dan hipovolemia. Ketika trauma jantung tidak terlibat, angka kematian dari cedera toraks
tembus terisolasi rendah (<1%), tetapi jika trauma jantung hadir, mortalitas meningkat menjadi sekitar 20%.
Angka mortalitas dapat dicegah dengan penegakan diagnosis dan tindakan yang baik.

Source:
1.Sibuea D.A (2019) Thoracci Trauma Seveyrti Score (Tst) Sebagai Predkiotr Ouctome Pasein Dengan Trauma Tumpul Toraks Di Rsup H.
Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Agung, I.G.B.D.R., Semadi, I.N., GdeRakaWidiana, I. 2019. Efek pemberian antibiotika profilaksis terhadap hasil kultur tube thoracostomy pada pasien
pneumothoraks akibat ttrauma tumpul thoraks di RSUP Sanglah Denpasar periode September 2018. Medicina.
Pendahuluan

 Insiden dari trauma toraks di Amerika adalah 12 orang bagi setiap 1000 orang penduduk tiap harinya,
dan 20-25% kematian yang disebabkan oleh trauma adalah disebabkan oleh trauma toraks. Trauma toraks
diperkirakan bertanggung jawab atas 16.000 kematian tiap tahunnya di Amerika. Di Indonesia sendiri
kejadian kecelakaan lalu lintas dengan trauma thoraks meningkat dalam jumlah maupun jenisnya dari
tahun 1990 sampai tahun 2020 meningkat sebanyak 65%.
Menurut etiologi, cedera toraks dibagi menjadi: trauma tumpul dan luka toraks tembus. Cedera spesifik
adalah: barotraumas paru, luka pangkal dari pohon trakeobronkial yang dihasilkan dari aspirasi, cedera
paru-paru, kerusakan parenkim paru dari aspirasi, dan cedera iatrogenik. Fraktur yang berhubungan
dengan dinding toraks dapat disebabkan oleh kekuatan langsung, dan jaringan dan organ toraks mungkin
rusak termasuk pada keadaan kontusio, laserasi atau ruptur. Selain itu, kekuatan-kekuatan traumatik dapat
berefek secara tidak langsung.
Dalam kasus seperti itu efek kekuatan traumatik dimanifestasikan setelah disintegrasi jaringan (emboli
udara yang dihasilkan dari masuknya udara ke vena pulmonal setelah laserasi paru).
Source:
1.Sibuea D.A (2019) Thoracci Trauma Seveyrti Score (Tst) Sebagai Predkiotr Ouctome Pasein Dengan Trauma Tumpul Toraks Di Rsup H.
Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Milisavljević, S., Spasić, M. and Arsenijević, M. (2012) „Thoracic trauma‟, InTec, 11(April), pp. 23–36. doi: 10.1201/9781315113777.
Trauma tajam toraks

Luka tusuk di toraks dapat terjadi oleh benda tajam seperti pisau, belati, potongan kaca
atau logam lainnya. Bentuk luka ini tidak khas, karena elastisitas kulit yang biasanya akan
mengecilkan luka tembus.
Manifestasi klinis dari luka tembus adalah nyeri pada titik penusukan, batuk akibat iritasi
dinsing toraks dan nafas pendek. Saat pengangkatan benda yang menusuk dari luka,
pendarahan yang banyak biasanya muncul. Bekuan darah dan jaringan yang menutupi
dinding toraks dapat menutupi luka tikaman yang mengubah pneumotoraks terbuka menjadi
tension pneumotoraks. Pendarahan dari luka biasanya berasal dari pembuluh darah
interkostal, karena mereka adalah bagian dari sirkulasi sistemik.

Source:
1. Kuhajda, I. et al. (2014) „Penetrating Trauma‟, Journal of thoracic disease, 6(Suppl 4), pp. S461-5. doi: 10.3978/j.issn.2072-1439.2014.08.51.
Trauma tumpul toraks

Cedera toraks tumpul termasuk kontusio dan hematoma di dinding toraks, fraktur tulang rusuk,
cedera tumpul ke parenkim paru, cedera traumatis pada trakea dan bronkus mayor, pneumotoraks
traumatik, dan haemothoraks traumatik.
Dinding toraks yang mengalami memar dan hematoma adalah cedera toraks yang paling umum.
Sebagai akibat dari trauma tumpul ke dinding toraks, perdarahan masif dapat terjadi karena pembuluh
darah yang terluka di kulit, jaringan subkutan, otot, dan pembuluh darah interkostal. Hematoma
perdarahan atau ekstrapleural, terlihat pada X-ray sebagai model setengah lingkaran yang tumbuh dari
pleura, dapat muncul di dinding toraks, otot-otot dinding toraks, di sekitar tulang rusuk dan di ruang sub-
pleura. Kebanyakan haematoma ekstrapleural tidak memerlukan pembedahan karena perdarahan tidak
signifikan. Hanya hematoma yang besar atau infeksi hematoma yang memerlukan intervensi bedah.

Source:
1. Milisavljević, S., Spasić, M. and Arsenijević, M. (2012) „Thoracic trauma‟, InTec, 11(April), pp. 23–36. doi: 10.1201/9781315113777.
Anatomi

Rongga toraks adalah rongga tubuh, dikelilingi oleh tulang rusuk tulang, yang berisi
jantung dan paru-paru, pembuluh darah besar, kerongkongan dan trakea, duktus toraks, dan
persarafan otonom. Batas inferior dari rongga toraks adalah otot diafragma, yang memisahkan
rongga toraks dan abdomen. Pada bagian superior, toraks berdekatan dengan pangkal leher
dan ekstremitas atas. Dinding toraks berisi otot-otot respirasi dan yang menghubungkan
ekstremitas atas ke tulang aksial. Dinding toraks bertanggung jawab untuk melindungi isi
rongga toraks dan untuk menghasilkan tekanan negatif yang diperlukan untuk respirasi. Toraks
ditutupi oleh kulit dan fasia superfisial, yang berisi jaringan mamaria.

Source:
1. Roberts, K. P. and Weinhaus, A. J. (2015) „Pulmonary Cavities , and Mediastinum‟, Handbook of Cardiac Anatomy, Physiology, and Devices, 1(1), pp. 25–50.
2.Sibuea D.A (2019) Thoraci Trauma Sevyetri Score (Tst) Sebagai Predkiotr Ouctome Paesin Dengan Trauma Tumpul Toraks Di Rsup H.
Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
Anatomi

Secara anatomis, toraks dibagi menjadi


beberapa kompartemen; ada dua rongga paru
bilateral; masing-masing berisi paru-paru
dengan selaput pleura. Ruang antara rongga
pleura adalah mediastinum,. Mediastinum
dibagi menjadi kompartemen superior dan
inferior oleh yang disebut sebagai " transverse
thoracic plane"; melewati mediastinum pada
tingkat sudut sternum dan sambungan vertebra
T4 dan T5. (Ombregt, 2013)

Source:
1.Ombregt, L. (2013) „Applied anatomy of the toraks and abdomen‟, A System of Orthopaedic Medicine, 1(1), pp. e239–e249. doi:
10.1016/B978-0-7020- 3145-8.00084-3.
Anatomi

Representasi diagram dari rongga paru, satu di setiap sisi toraks dengan
mediastinum (Kiri) dan gambaran rongga mediastinum (kanan).

Pada mediastinum superior terdapat pembuluh darah utama yang memasok darah ke ekstremitas
atas, leher, dan kepala. Mediastinum inferior, ruang antara bidang torakus transversa dan
diafragma, dibagi lagi menjadi mediastinum anterior, tengah, dan posterior. Mediastinum tengah
adalah ruang yang berisi jantung dan perikardium. Mediastinum anterior adalah ruang antara
perikardium dan sternum. Mediastinum posterior memanjang dari perikardium ke dinding posterior
toraks.(Roberts and Weinhaus, 2015)

Source:
1. Roberts, K. P. and Weinhaus, A. J. (2015) „Pulmonary Cavities , and Mediastinum‟, Handbook of Cardiac Anatomy, Physiology, and Devices, 1(1), pp. 25–50.
Advance Trauma Life Support (ATLS)

1 . P R I M A RY S U RV E Y

P R I M A RY S U RV E Y M E R U PA K A N T I N DA K A N YA N G D I L A KU K A N D E N G A N
C E PAT U N T U K M E N I L A I K EA DA A N PA S I E N DA N M E N G E N A L I KON D I S I
M AU P U N C E D E R A PA DA PA S I E N YA N G M E N G A N C A M J I WA .

a. A I RWAY A N D C - S P I N E C O N T RO L

b. B R EAT H I N G

c. C I RC U L AT I O N A N D H E M O R R H AG E CO N T RO L

d. D I SA B I L I T Y

e. E X P O S U R E W I T H E N V I RO N M E N TA L C ON T RO L
ETIOLOGI

Trauma Bukan Trauma

Trauma Tumpul Trauma Tembus


FRAKRUR COSTA

DEFINISI

Patahnya tulang iga, baik disebabkan oleh benturan langsung (pukulan atau
jatuh pada dada) atau oleh benturan tidak langsung pada luka remuk.
A . A I RWAY A N D C - S P I N E C O N T R O L

PA D A K O R BA N K EC ELA K A A N /K E K E RA SA N K H U S U S N YA
YA N G ME N G A LA M I PE N U RU N A N K E SA D A R A N P ER LU D I N I LA I
A PA K A H JA L A N N A FA S D A LA M K EA D A A N BE BA S TA N PA A D A
H A MB ATA N , ATA U T ERD A PAT BE N D A C A I R ( D A R A H , M U N TA H A N )
MA U P U N PA D AT ( M A K A N A N PA D AT, G I G I PA L S U , LI D A H ) YA N G
MEN G H A MB AT J A LA N N A FA S . S U A R A N A FA S YA N G TI D A K
N O R MA L S E PE RT I S N O R I N G ( S U A RA ME N D EN G K U R ) , S TR I D O R,
G A R G L I N G ( SE P ERT I BE RK U MU R) PA D A PA S I E N .
Sumbatan jalan nafas (+) :

Head tilt/chin lift technique Jaw thrust maneuver


maneuver
B. Breathing
Setelah dipastikan jalan nafas bebas, maka dinilai apakah oksigenisasi pasien sudah
cukup baik atau belum dengan cara:
1.inspeksi (apakah pasien bernafas spontan/tidak, simetris gerakan dinding dada saat
bernafas, adanya retraksi dan penggunaan otot tambahan saat bernafas, tanda cedera
yang mengenai jalan nafas seperti luka ataupun jejas di daerah dada)
2.palpasi (adakah krepitasi daerah dada)
3.auskultasi (dengarkan suara nafas di kedua dinding dada, adakah bunyi nafas
tambahan, apakah suara nafas melemah).
4.perkusi (sonor/hipersonor, apakah redup atau tidak).
Jika terdapat kecurigaan cidera di dinding dada yang menyebabkan pneumothorax,lakukan
dekompresi rongga pleura dan lakukan penutupan luka dengan verband tiga sisi apabila terdapat luka
terbuka di daerah dada. Berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan untuk memberikan kecukupan
oksigen pada pasien. Jika terjadi henti nafas, maka berikan nafas buatan pada pasien (cara memberikan
nafas buatan dapat dilihat pada executive summary basic life support).
C . C I R C U L AT I O N A N D H E M O R R H A G E C O N T R O L
P R I N S I P PA D A TA H A P I N I A D A L A H M E N J A G A S I R K U L A S I D A R A H D A N
MENGONTROL PERDARAHAN A G A R K O R B A N T I D A K J AT U H D A L A M
K E A D A A N S Y O K YA N G D I A N TA R A N YA D I TA N D A I D E N G A N P E N U R U N A N
K E S A D A R A N , M E N U R U N N YA T E K A N A N D A R A H , M E N I N G K AT N YA D E N Y U T
J A N T U N G D A N B E R K U R A N G N YA P R O D U K S I U R I N E . P R O D U K S I U R I N E
YA N G N O R M A L A D A L A H 1 C C / K G B B / J A M . PA D A PA S I E N YA N G D I D U G A
M E N G A L A M I S Y O K , S E B A I K N YA L A N G S U N G D I PA S A N G K AT E T E R U R I N E ,
S E H I N G G A D A PAT D I PA N TA U S E C A R A O B Y E K T I F P R O D U K S I U R I N E PA S I E N .
A PA B I L A T E R D A PAT L U K A T E R B U K A S E B A G A I S U M B E R P E R D A R A H A N ,
M A K A D I L A K U K A N P E N E K A N A N PA D A D A E R A H T E R S E B U T S E B A G A I U PAYA
EMERGENCY UNTUK MENGURANGI/MENGHENTIKAN PERDARAHAN.
CA I RA N K R I STA LO I D YA N G D I BE RI K A N S EP E RT I N A C L 0, 9 %
D I H A N G AT K A N TE RL EB I H DAHULU UNTUK M EN G H I N D A R I
TE RJ A D I N YA H I P O T E RMI A . KEADAAN H I P O T ER MI A D A PAT
MEN Y EB A BK A N T ER J A D I N YA GANGGUAN PE M BE K U A N
DARAH. S E BE LU M D I BE RI K A N CA I RA N INFUS D I A M BI L
S A MPE L D A RA H U N T U K P EM E RI K SA A N LA BO RATO RI U M D A N
CR O S S MAT CH G O LO N G A N D A RA H .
D . D IS A BIL ITY

P EN I LA I A N D I S A BI LI TY D I TU J U K A N U N T U K M E N I L A I
K E S A D A RA N PA S I EN S E CA R A CE PAT, A PA K A H PA S I E N S A D A R D A N
D A PAT B ER K O M U N I K A SI D E N G A N B A I K , H A N YA RE S P O N D EN G A N
R A N G SA N G A N N Y E RI ATA U S A M A S E K A L I T I D A K SA D A R. P ER LU
D I LA K U K A N P EM ER I K S A A N P U P I L U N TU K M EN I LA I A D A TI D A K N YA
D I LATA S I . PA D A K O RB A N J U G A D I LA K U K A N P EM E RI K S A A N U N T U K
M EN I L A I A D A T I D A K N YA LATE RA LI S A S I YA N G ME N U N J U K K A N
A D A N YA D E FI S I T N EU R O L O G I S PA D A S AT U S I SI TU BU H
E. EXPOSURE

PERLU DILAKUKAN PENILAIAN SECARA MENYELURUH


T E R H A D A P T U B U H PA S I E N U N T U K M E L I H AT C E D E R A YA N G
M U N G K I N B E L U M T E R D E T E K S I K A R E N A T E RT U T U P PA K A I A N .
S E L U R U H PA K A I A N PA S I E N D I L E PA S K A N , S E H I N G G A S E L U R U H
P E R M U K A A N T U B U H S I S I D E PA N D A N B E L A K A N G T E R E K S P O S E
U N T U K D I P E R I K S A . S E G E R A T U T U P I T U B U H PA S I E N D E N G A N
S E L I M U T U N T U K M E N G H I N D A R I T E R J A D I N YA H I P O T E R M I A . H AT I -
H AT I K E T I K A M E L A K U K A N P E M E R I K S A A N S I S I B E L A K A N G PA S I E N
YA N G D I C U R I G A I M E N G A L A M I C E D E R A L E H E R .
PA S TI K A N MO BI L I S A S I YA N G D I L A K U K A N TE RH A D A P PA S I E N
TI D A K ME MP E RBE RAT C I D E RA S E RV I CA L YA N G ADA.
U MU MN YA D I P ER LU K A N 3 O RA N G U N T U K T ETA P
MEMP ERTA H A N K A N P O S I S I I MO BI L I S A S I I N - L I N E S ES U A I
P RO S ED U R PA D A PA S I EN D EN G A N CI D E RA S ERV I CA L .
P EMER I K S A A N P EN U N J A N G ( A D J U N C TS TO P R I M A RY
S U RV E Y ) S E PE RT I EL E CTR O CA RD I O G RA P H I CM O N I TO RI N G D A N
P EMER I K S A A N RA D I O LO G I TE RM A S U K FA S T ( FO CU S E D
A S S ES S ME N T S O N O G RA P H Y IN T RA U MA ) U N TU K
MEN D ET EK SI A D A N YA P ER D A R A H A N D A RI
RO N G G A D A LA M D A PAT D I LA K U K A N S A MBI LM EN J A G A
K O N D I SI V I TA L PA SI EN T ETA PD A L A M K E A D A A N S TA BI L
DAN S EL A N J U TN YA D A PAT D I P E RTI M BA N G K A N UNTUK
MERU JU K PA S I E N K E FA S I LI TA S K E S EH ATA N YA N G LE BI H
TI N G G I JI K A ME M A N G D I P ERL U K A N .
S E C ON D A RY S U RV E Y

H A N YA D I L A K U K A N S E T E L A H K O N D IS I A B C ( A IRWAY –
B R E AT H I N G D A N C IR C U L AT I O N ) PA S I E N S TA B I L . J I K A S A AT
ME L A K U K A N S E C O N D A RY S U RV E Y K O N D I S I PA S I E N ME M B U R U K ,
MA K A P E N O L O N G H A R U S M E N G U L A N G K E TA H A P P R I MA RY
S U RV E Y K E M B A L I. PA D A S E C O N D A RY S U RV E Y D I L A K U K A N
P E M E R I K S A A N M E N Y E L U R U H D A R I A N A M N E SI S , P E M E R IK S A A N
F IS I K ( H E A D TO TO E E X A M I N AT I O N ) D A N P E M E R IK S A A N
P E N U N J A N G U N T U K M E N E G A K K A N D IA G N O S I S PA S IE N .
Open Pneumothoraks
Definisi:

Open Pneumothoraks yang terjadi akibat terdapatnya hubungan antara rongga pleura dengan bronkus yang
merupakan bagian dari luar.

Source: American Collage of Surgeon. 2012. ATLS 9th ed: Advanced Trauma Life Support for Doctor. Jakarta: IKABI
Open Pneumothoraks
Manifestasi Klinis: Pemeriksaan Fisik:

1. Sesak nafas 1. Inspeksi:


 saat respirasi bagian dada yang sakit gerakannya tertinggal
2. Nyeri dada
 Dapat terjadi pencembungan pada sisi yang sakit (hiperekspansi dinding dada)
3. Denyut jantung meningkat
1. Palpasi: fremitus suara melemah atau menghilang pada sisi yang sakit
4. Warna kulit menjadi kebiruan
2. Perkusi: pada sisi yang sakit perkusi terdengar hipersonor
5. Luka dada nyata 3. Auskultasi: pada bagian yang sakit suara nafas melemah bahkan
menghilang

Source: Buku Ajar: Ilmu Penyakit Paru / Hood Alsagaff, M. Jusuf Wibisono, Winariani
Open Pneumothoraks
Pemeriksaan Penunjang:
1. Foto Thoraks
2. Analisis gas darah
3. CT – Scan Thoraks

Tatalaksana:
1. Suplementasi oksigen
2. Pasang plester 3 sisi
3. Drainase (chest tube)

Source: Buku Ajar: Ilmu Penyakit Paru / Hood Alsagaff, M. Jusuf Wibisono, Winariani
Tension Pneumothoraks
Definis :

Tension pneumothorax adalah keadaan yang mengancam nyawa. Tension pneumothorax terjadi melalui mekanisme kebocoran udara “katup satu
arah” dari paru-paru atau melalui dinding dada. Udara terperangkap dalam kavum pleura dan dengan cepat membuat paru-paru kolaps.
Mediastinum terdorong ke sisi yang berlawanan dari sisi pneumothorax.

Source :
 Sutton D, Jonas M. The Management of Major Injuries. In: Apley & Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma 10th Ed
ACS “American College of Surgeons.” Thoracic Trauma. In: Advanced Trauma Life Support Student Course Manual 10th Ed
Tension Pneumothoraks
Gejala Klinis :
Nyeri dada

Air hunger

Takipnea

Distres respirasi

Takikardi

Hipotensi

 Distensi vena jugularis

Perkusi didapatkan hiperresonan/hipersonor

Sianosis (manifestasi terlambat)

 Hipoksemia dan hiperkapnia terjadi pada kasus berat

Source : ACS “American College of Surgeons.” Thoracic Trauma. In: Advanced Trauma Life Support Student Course Manual 10th Ed. ; :65-66.
Tension Pneumothoraks
 Bagian pneumotoraks akan tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan tampak garis yang merupakan tepi paru

 Paru yang mengalami kolaps hanya tampak seperti massa radio opaque yang berada di daerah hilus. Keadaan ini menunjukan kolaps paru yang luas

 Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, spatium intercostals melebar,diafragma mendatar dan tertekan ke bawah

Source : Alsagaff, Hood Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru Surabaya:Airlangga University Press; 2009
Tension Pneumothoraks
Tatalaksana

Oksigenasi

Needle thorakosintesis ( dilakukan di ICS II Mid clavicular atau di ICS V anterior axilla line)

 Chest tube

Source : Alsagaff, Hood Mukty, H. Abdul. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru Surabaya:Airlangga University Press; 2009
Tension Pneumothoraks
• Tindakan dekompresi akan menyebabkan tercapai perubahan dari keadaan tension pneumothorax menjadi simple pneumothorax.

• Bersihkan area tindakan dengan larutan betadin dan kapas alkohol kemudian beri anestesia lokal dengan lidokain sebelum insersi jarum

• Jarum yang digunakan berupa jarum khusus yaitu tension pneumotoraks needle atau menggunakan kateter intravena dengan plastic cannula (venflon) ukuran 14 sampai 16 Gauge

• Setelah tension pneumotoraks needle atau kateter intravena tersebut ditusukkan ke dinding dada sampai mencapai ke dalam kavum pleura, jarum dikeluarkan perlahan dan kanul
plastik kateter tersebut dipertahankan

• Udara akan terasa keluar dari dalam kanul. Segera fiksasi ujung kanul untuk membantu stabilisasi kanul dan mencegah pergeseran posisi/terlepas. Plester khusus yang dapat
digunakan yaitu Asherman chest seal. Ketika darurat dan tidak ada Asherman chest seal dapat menggunakan kassa, plester, disposable syringe 10 cc yang dipotong bagian ujungnya,
dan penahan buatan menggunakan potongan plastik cukup tebal (dapat menggunakan kemasan flabot infus) yang dipotong ukuran 10 x 10 cm

Source: Currie GP, Alluri R, Christie GL, Legg JS.Pneumothorax: an update. Postgrad Med J. 2007;83:461-5
Tension Pneumothoraks
Water sealed drainage dengan 1 botol merupakan sistem drainase yang paling sederhana dan sering digunakan. Sistem WSD berupa 1 botol dengan penutup segel yang
memiliki 2 lubang selang yaitu 1 selang untuk ventilasi dan 1 lubang lagi menghubungkan selang dada masuk menuju ke dalam botol. Cairan steril dimasukan ke dalam
botol sampai ujung selang terendam sekitar 2 cm untuk mencegah masuknya udara ke dalam tabung yang bisa menyebabkan kolaps paru. Selang untuk ventilasi dalam
botol dibiarkan terbuka untuk memfasilitasi udara dari rongga pleura keluar.

Undulasi akan tampak pada selang mengikuti irama pernapasan, bergerak naik saat inspirasi dan bergerak turun saat ekspirasi. Fistula pada pleura akan menyebabkan
munculnya Bubble atau gelembung udara pada botol.

Source: Jain DG, Gosavi SN, Jain DD. Understanding and managing tension pneumothorax.JIACM. 2008;9(1):42-50
MASSIVE
HEMOTHORAKS
▪ Hematotoraks adalah adanya darah dalam rongga pleura dan
dapat disebabkan karena trauma tumpul atau tajam, juga
mungkin merupakan komplikasi dari beberapa penyakit.
Hematotoraks dapat bersifat simptomatik namun dapat juga
asimptomatik.

Broderick SR. Hematotoraks:etiology, diagnosis, and management. Thorac SurgClin.2013;23(1)


Terjadinya hematotoraks biasanya merupakan konsekuensi dari trauma
tumpul, tajam dan kemungkinan komplikasi dari beberapa penyakit.
Trauma dada tumpul dapat mengakibatkan hematotoraks oleh karena
terjadinya laserasi pembuluh darah internal. Hematotoraks juga dapat
terjadi, ketika adanya trauma pada dinding dada yang awalnya berakibat
terjadinya hematom pada dinding dada kemudian terjadi ruptur masuk
kedalam cavitas pleura, atau ketika terjadinya laserasi pembuluh darah
akibat fraktur costae, yang diakibatkan karena adanya pergerakan atau
pada saat pasien batuk.

Broderick SR. Hematotoraks:etiology, diagnosis, and management. Thorac SurgClin.2013;23(1)


Penegakkan diagnosis hematotoraks berdasarkan pada data yang diperoleh dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang sesuai
dengan kriteria yang terdapat pada Management of Haemothorax. Adapun tanda dan gejala adanya hematotoraks dapat bersifat simptomatik
namun dapat juga asimptomatik. Asimptomatik didapatkan pada pasien dengan hematotoraks yang sangat minimal sedangkan kebanyakan pasien
akan menunjukan simptom, diantaranya:
▪ Nyeri dada yang berkaitan dengan trauma dinding dada
▪ tanda-tanda shok seperti hipotensi
▪ dan nadi cepat
▪ pucat
▪ akral dingin
▪ tachycardia
▪ dyspnea
▪ hypoxemia
▪ anxiety (gelisah)
▪ cyanosis
▪ anemia
▪ deviasi trakea ke sisi yang tidak terkena
▪ gerak dan pengembangan rongga dada tidak sama (paradoxical)
▪ penurunan suara napas atau menghilang pada sisi yang terkena
▪ dullness pada perkusi
▪ adanya krepitasi saat palpasi

Broderick SR. Hematotoraks:etiology, diagnosis, and management. Thorac SurgClin.2013;23(1)


▪ Foto thoraks
▪ Pada foto toraks juga tampak seperti efusi
pleura. Pada kasus trauma tumpul,
hemotoraks sering dihubungkan dengan
cedera toraks lainnya yang dapat terlihat pada
foto toraks, seperti fraktur kosta atau
pneumotoraks.

▪ CT scan
▪ CT Scan menunjukkan hemotoraks kiri dengan
artefak lintasan bulu terbang (panah)
Tujuan utama tatalaksana dari hematotoraks adalah untuk menstabilkan hemodinamik pasien,
menghentikan perdarahan dan mengeluarkan darah serta udara dari rongga pleura. Langkah
pertama untuk menstabilkan hemodinamik adalah dengan resusitasi seperti diberikan :
▪ oksigenasi
▪ cairan infus
▪ transfusi darah
▪ dilanjutkan pemberian analgetik dan antibiotik

Broderick SR. Hematotoraks:etiology, diagnosis, and management. Thorac SurgClin.2013;23(1)


▪ Tindakan

Merupakan prosedur pilihan untuk operasi eksplorasi rongga


dada Ketika hemothoraks massif atau terjadi perdarahan
persisten. Thoracotomy juga dilakukan Ketika hemothoraks
parah dan chest tube sendiri tidak dapat mengontrol
perdarahan sehingga operasi (thoracotomy) diperlukan untuk
menghentikan perdarahan

Indikasi

1. Pasien dengan perdarahan ± 1500cc dan terus berdarah

2. Perdarahan persisten, sebanyak 150-200cc/jam selama 2-4


jam

Light R. Pleural Diseases. 6th ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins; 2013.
Flail Chest
Definisi:

Flail chest adalah kondisi medis ketika beberapa tulang rusuk yang berdekatan mengalami fraktur segmental secara
unilateral atau bilateral terjadi di area costo-chondral yang dapat berhubungan dengan / tanpa fraktur sternum. Frekuensi flail
chest sekitar 5%, dan kecelakaan di jalan raya. Pada kelainan ini, segmen dinding toraks bergerak secara paradoks, selama
fase inspirasi tertarik ke dalam, sedangkan fase ekspirasi terdorong keluar, mencegah aliran udara ke sisi yang terluka.

Source:
1.Sibuea D.A (2019) Thoraci Trauma Sevyetri Score (Tst) Sebagai Predkiotr Ouctome Paesin Dengan Trauma Tumpul Toraks Di Rsup H.
Program Pendidikan Dokter Spesialis Departemen Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan.
FLAIL CHEST

CT scan toraks lebih sensitif dari pada toraks foto polos untuk mengetahui fraktur costa. Jika ada
komplikasi dari fraktur costa pada pemeriksaan foto polos toraks, CT scan toraks dapat dilakukan untuk
mengetahui cedera yang spesifik sehingga dapat membantu penanganan selanjutnya. Foto torak polos dapat
menjadi tidak efektif pada beberapa kondisi yang diperlukan CT scan toraks yang dapat mencegah dari
kondisi yang serius.

The Management of Flail Chest. Pettiford, Brian L., Luketich, James D. and Landreneau, Rodney J. Pittsburgh : Thorac Surg Clin, 2007, Vol. 17, pp. 25-33.
▪ CT scan dengan flail chest yang menunjukkan frakturtulang
costa dinding toraks bagian kiri. Terlihat beberapa tulang
costa fraktur yangkehilangan kontinuitas sehingga
menyebabkan dinding dada pada bagian itu masuk ke dalam

▪ CT scan dengan Trauma tumpul dada dengan flail chest kiri dan
kontusio paru berat ipsilateral dan pneumotoraks pasca trauma di
kanan.

The Management of Flail Chest. Pettiford, Brian L., Luketich, James D. and Landreneau, Rodney J. Pittsburgh : Thorac Surg Clin, 2007, Vol. 17, pp. 25-33.
Temponade jantung
Tamponade jantung merupakan sindroma klinis darurat yang terjadi ketika darah atau
cairan mengisi ruang perikardial, meningkatkan tekanan intraperikardial dan mencegah
pengisian ventrikel diastolik. Akibatnya, tekanan vena sangat meningkat, dan ada
penurunan volume pompa jantung dan curah jantung dengan perkembangan syok.

Source: Rampengan Starry H. 2015.


Kegawatdaruratan jantung. Jakarta. FKUI
Kecurigaan terjadinya suatu trauma jantung dapat dinilai apabila dijumpai :
1.Trauma tumpul di daerah anterior
2.Fraktur pada sternum
3.Trauma tembus atau tajam pada area prekordial yaitu parasternal kanan, ICSII kiri,
garis mid-klavikula kiri dan arkus kosta kiri.

Manifestasi klinis :

Beck triad (kondisi akut)


1. peningkatan tekanan vena jugularis
2. penurunan tekanan darah (hipotensi)
3. suara jantung menjauh
Pulsus parodoksus (keadaan nadi perifer dimana saat inspirasi lemah atau hilang dan
pada ekspirasi menjadi keras lagi)
Tanda kussmaul

Source: Rampengan Starry H. 2015. Kegawatdaruratan jantung. Jakarta. FKUI


Pemeriksaan penunjang :
- Elektrokardiogram (EKG) untuk menilai irama dan kerja jantung.
- Echocardiogram (USG jantung) untuk menilai fungsi jantung dalam memompa darah.
- CT scan atau MRI dada untuk melihat kelainan di sekitar jantung, seperti aneurisma atau tumor.
- Angiografi koroner untuk menilai kondisi pembuluh darah koroner jantung.

Pada foto toraks


memperlihatkan gambaran
‘Water Bottle appearance’

Dapat juga dilakukan


Echocardiography jika terdapat
cairan dalam pericardium dapat
terdeteksi sebagai "Echo-free
space" pada 2-D echocardiography

Source: Rampengan Starry H. 2015. Kegawatdaruratan jantung. Jakarta. FKUI


Tatalaksana
Initial treatment: Definitive treatment:

1. Oksigenasi Pericardiocentesis (punksi perikardium), yaitu prosedur yang


dilakukan untuk mengeluarkan cairan atau darah dari ruang
2. Pemberian cairan untuk perikardium dengan menggunakan jarum.
meningkatkan tekanan vena
dan meningkatkan cardiac Pericardiectomy, yaitu prosedur operasi dengan memotong dan
output sementara sambil menghilangkan sebagian perikardium yang melapisi jantung.
menunggu untuk Pericardiodesis, yaitu pemberian obat-obatan langsung ke dalam
pembedahan ruang perikardium untuk menempelkan perikardium dengan otot
jantung, pada penumpukan cairan di ruang perikardium (efusi
perikardium) yang terjadi berulang.
Torakotomi, yaitu prosedur operasi yang dilakukan dokter untuk
mengeluarkan gumpalan darah akibat cedera dengan membuka
dinding dada.

Source: Rampengan Starry H. 2015. Kegawatdaruratan jantung. Jakarta. FKUI

Anda mungkin juga menyukai