Anda di halaman 1dari 19

TATALAKSANA

HIPERINFLAMASI
z
PADA COVID-19

Andi Khomeini Takdir Haruni


z
PENDAHULUAN

 Kita sudah memasuki tahun ke-2 pandemi.


 Ada sekitar 5% dari pasien covid-19 mengeluhkan gejala yang
berat.
 Gejala berat tersebut didasari oleh Sindrom Hiperinflamasi yang
terjadi didalam tubuh pasien.
 Bukti terkini menunjukkan bahwa terjadi disregulasi dari respon
imun pasien yang melibatkan sitokin-sitokin, makrofag, sel NK,
sel T dan juga neutrofil.
z

 Manifestasi klinis dari covid-19 sangat beragam.


 Mulai dari pasien-pasien asimtomatik hingga mereka yang mengalami ARDS dan
komplikasi lain yang cukup berat.
 Sekitar 15-40% pasien berat mengalami pneumonia yang melibatkan kedua sisi paru.
 Pasien covid-19 dengan gejala berat ditemukan mengalami peningkatan petanda
inflamasi, serum sitokin dan kemokin.
 Marker tersebut menjadi petanda prognosis seorang pasien apakah dia memerlukan
ventilasi mekanik, akan mengalami ARDS dan atau kematian causa covid-19.
 Secara kolektif respon inflamasi berdampak pada luasnya karakteristik gejala klinis yang
muncul pada pasien.
z
z
PENEMUAN PATOLOGI

 Pola yang redominan ditemukan pada paru pasien covid adalah


kerusakan alveolar yang defused yang bersamaan dengan terbetuknya
anyaman mikrotrombus platelet dan fibrin pada pembuluh darah paru.
 Analisis post mortem menemukan terjadinya edema yang luas pada
parenkim paru konsisten dengan diagnosis ARDS.
 Penemuan histologinya adalah eksudasi interstisial dan intra alveolar
termasuk kongesti kapiler, dilatasi duktus alveoli dan kolapsnya alveoli.
 Pembentukan membran hialin dan base skuamasi pneumosit.
 Pengamatan dengan mikroskopik elektron mengidentifikasi pertikel virus
didalam pneumosit tipe 1 dan 2.
z

 Pengamatan imunofluoresensi menemukan antigen Sars Cov2 yang


terlokalisasi pada epitel bronkiolus.
 Mikrotrombus ditemukan pada setiap organ besar termasuk paru-paru,
jantung, otak dan hati.
 Lokasi mikrotrombus berkorelasi dengan ekspresi Ace 2 endotel.
 Setiap pasien covid menunjukkan infiltrasi sel inflamasi mononuklear
pada parenkim paru.
 Kondisi itu disusul masuknya sel CD4+ dan CD8+ pada alveolus dan
interstisial alveolar.
z
BADAI SITOKIN

 Pasien-pasien yang tidak bertahan ditemukan mengalami peningkatan


CRP, LDH, Feritin Serum dan IL-6 dibandingkan pasien yang bertahan.
 Konsisten dengan penemuan tersebut ditemukan bahwa pasien covid-
19 gejala berat memiliki konsentrasi sitokin pro-inflamasi yang lebih
tinggi.
z
TAY dan kawan-kawan mengusulkan mekanisme
yang mungkin mendasari terjadinya badai sitokin
pada covid-19 gejala berat.

 Sars Cov 2 menginduksi kematian sel yang terinfeksi pada fase replikasi virus.
 Replikai virus juga menyebabkan peningkatan level piroktosis.
  IL-1 dilepaskan selama piroktosis tersebut.
 Rna Virus juga ikut dilepaskan oleh sel epitel yang terinfeksi.
z

 Aktivasi dari Pattern Recognition Receptor dan IL-1R menstimulasi sekresi sitokin
proinflamasi, termsuk IL-6, IF- dan lain-lain.
 Sitokin-sitikon ini merekrut makrofag dan sel-T ke lokasi inflamasi, dimana sel
efektor imun tersebut mempotensiasi inflamasi dan destruksi parenkim paru.
 Sebagai akibatnya terbentuk feedback loop proinfamasi yang memicu badai
  
sitokin yang tersirkulasi dan menyebabkan rusaknya jaringan lokal sekaligus
memberikan efek sistemik seperti syok sepsis , kegagalan multi organ, dan
hemofagositosis pada organ retikuloendotelial.
z
DISREGULASI AKTIVASI MAKROFAG

 Makrofag proinflamasi secara berkelompok mudah ditemukan pada


bronkoalveoli pasien covid-19 gejala berat.
 Analisis lebih lanjut mengungkap bahwa makrofag adalah turunan
monosit inflamasi utama.
 Pada gejala yang berat makrofag mengekpresikan gen FCN1 dan
SPP1 yang konsisten dengan pola sitokin pada darah perifer.
 Penemuan pendahuluan mengindikasikan pola paru yang fibrotik yang
mengalami berkurangnya kapasitas total paru pada pasien covid-19
yang penyintas dari gejala berat.
z
RESPON SEL-NK YANG TIDAK
SEMPURNA

 Studi menunjukkan bahwa pasien covid-19 gejala berat mengalami


deplesi dan kelelahan sel-NK.
 Hitung sel-NK pada pasien covid dengan gejala berat secara signifikan
 lebih
  rendah ketimbang mereka yang bergejala ringan.
 Belum jelas apakah deplesi sel-NK ini akibat sel yang terinfeksi atau
selnya banyak yang mati.
 Secara parsial IL-6 dan TNF- mengganggu fungsi sitolitik dari sel-NK.
z
PERAN SEL-T PADA HIPERINFLAMASI

 Hitung limfosit absolut menjadi salah satu alat prognosis mengenai


derajat keparahan dan mortalitas.
 Pada kasus moderate dan berat ditemukan reduksi yang signifikan
pada sel-T, CD4 dan CD8.
 Komposisi sel-T ini (dimana terjadi deplesi dan kelelahan) bisa saja
mengeksaserbasi kondisi hiperinflamsi pada covid-19.
NEUTROFIL DAN
z
NEUTROFIL EKSTRASELULER TRAPS

Studi imunofluoresensi mengungkap terjadinya infiltrasi neutrofil CiT-H3+ dan MPO+.


z

TARGET TERAPI
HIPERINFLAMASI
z
OBAT KORTIKOSTEROID

 Kortikosteroid termasuk obat yang direkomendasikan oleh WHO untuk


diberikan kepada pasien covid-19 dengan derajat sedang-berat baik
secara oral ataupun intravena.
 Disisi lain pada kondisi pasien yang ringan-sedang obat-obat golongan
ini tidak direkomendasikan.
 Penggunaan kortikosteroid harus dimonitor efek sampingnya terhadap
penyakit komorbid yang lain, semisal pada DM, HT, dan juga infeksi
sekunder seperti jamur dan bakteri.
z
DOSISI OBAT KORTIKOSTEROID

 Durasi pengobatan dengan kortikosteroid dianjurkan selama 7-10 hari.


 Dosis harian pada orang dewasa 6 mg Dexamethasone atau setara
dengan 160 mg Hydrocortisone atau 40mg Prednisone ekuivalen juga
dengan 3 mg Methylprednisolone.
z
BEBERAPA EFEK SAMPING

Kortikosteroid dikenal juga sebagai obat dewa tapi efek sampingnya juga
luas termasuk :
1. Gangguan pencernaan.
2. Penambahan berat badan.
3. Gangguan tidur, mood dan perilaku.
4. Meningkatnya resiko infeksi.
5. Gangguan metabolisme gula darah, lipid, kalsium dan berbagai
gangguan lainnya.
z

PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID

 Penggunaan kortikosteroid harus dilakukan denga bijak dan waspada.


 Pasien, keluarga pasien dan msyarakat luas juga mesti diedukasi agar
tidak menggunakan obat secara serampangan termasuk lini obat-obatan
untuk covid-19, dengan sederet obat anti inflamasi didalamnya.
z

Terima kasih
Diskusi

Anda mungkin juga menyukai