Anda di halaman 1dari 28

Teori Kepribadian CG

Jung
Konsep dasar

 Sebelum Jung bertemu dengan Freud, Jung telah mempunyai teori psikoanalisis dan
metode terapinya sendiri yang kemudian terkenal dengan nama psikoanalitik, dan secara
konsisten dikembangkannya selama ia bersatu dengan Freud (Jung, 1913). Dasar – dasar
teori psikoanalitik Jung antar lain :
1. Teorinya disebut psikoanalitik, karena mendasarkan ketidaksadaran jiwa, tetapi
mempunyai banyak perbedaan dengan teori Freud.
2. Jung memandang manusia dengan menghubungkan teleologi (tujuan) dan kausalitas
(sebab – akibat).
3. Bahwa tingkah laku manusia ditentukan oleh sejarah individu dan rasnya (kausalitas), dan
tujuan – tujuan dan aspirasi (teleologi). Jadi faktor – faktor masa lalu dan masa yang akan
datang berpengaruh pada tingkah laku manusia.
4. Bahwa tingkah laku manusia dibimbing baik oleh masa lalu sebagai aktualitas dan masa
yang akan datang sebagai potensialitas.
Konsep dasar

5. Kepribadian manusia dipandang sebagai prospektif, dalam arti bahwa Jung melihat ke depan ke arah garis
perkembangan sang pribadi di masa depan, dan retrospektif dalam arti dia mempertahankan masa lampau.
Dalam hal ini Jung menyatakan bahwa : “ Orang hidup dibimbing oleh tujuan – tujuan maupun sebab –
sebab”.
6. Penekanan Jung pada masa depan, menyebabkan teorinya berbeda dengan teori Freud, yang menekankan
pada masa lampau dan motif – motif atau insting sebagai sebab – sebab utama tingkah laku manusia.
7. Jung menganggap, bahwa ada perkembangan yang konstan dan seringkali kreatif, pencapaian kearah
kesempurnaan dan kepenuhan serta kerinduan lahir kembali.
8.  Teori kepribadian Jung berbeda dengan teori – teori lainya karena ia menekankan pada dasar – dasar ras, dan
filogenetik kepribadian.
9. Dengan dasar – dasar diatas Jung berpendapat bahwa kepribadian individu adalah produk dan wadah sejarah
leluhurnya.
10. dasar – dasar kepribadian bersifat arkais, primitif, bawaan, tidak sadar dan mungkin universal.
 Lain halnya dengan Freud, yang menyatakan bahwa : asal – usul kepribadian manusia
berasal dari masa kanak – kanak ; kerangka kepribadian  dasar telah terbentuk pada
umur lima tahun. 
  Sedangkan menurut Jung asal – usul kepribadian adalah ras, yang secara turun –
temurun berasal dari leluhur manusia. Bayi lahir di dunia telah mewarisi
kecenderungan – kecenderungan dari leluhurnya, dan kecenderungan – kecenderungan
ini membimbing tingkah lakunya, dan sebagian menentukan apa yang disadarinya, dan
diresponnya di dalam dunia pengalaman ini.
 Jung menyebutkan adanya kepribadian kolektif yang di bentuk sebelumya oleh dasar
ras dan secara selektif menjangkau dunia pengalaman dan diubah serta diperkaya oleh
pengalaman – pengalaman yang diterimanya.
 Jadi, kepribadian individu itu merupakan hasil daya – daya batin yang mengenai dan
dikenai daya – daya dari luar
Struktur Kepribadian

 Jung tidak berbicara kepribadian melainkan tentang psyche. Adapun yang dimaksud dengan
psyche adalah totalitas segala peristiwa psikis baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi
jiwa manusia terdiri dari 2 alam.yaitu :
1.      Alam sadar (kesadaran)
2.      Alam tak sadar (ketidaksadaran)
 Kedua alam itu tidak hanya saling mengisi, tetapi berhubungan secara kompensatoris. Adapun
fungsi keduanya adalah penyesuaian yaitu :
1.       alam sadar : penyesuaian terhadap dunia luar
2.      alam tak sadar : penyesuaian terhadap dunia dalam
 Batas kedua alam itu tidak tetap, melainkan dapat berubah – ubah, artinya luas daerah kesadaran
atau ketidak sadaran itu dapat bertambah atau berkurang
Struktur Kesadaran

 Kesadaran mempunyai 3 komponen pokok, yaitu Ego, Fungsi Jiwa, dan Sikap Jiwa, yang masing – masing mempunyai peranan penting
dalam orientasi manusia dalam dunianya.
A.    Ego
Ego adalah jiwa sadar yang terdiri atas persepsi – persepsi, ingatan – ingatan, pikiran – pikiran, dan perasaan – perasaan sadar. Ego itu
melahirkan identitas dan kontinuitas individu. Dipandang dari segi sang pribadi, ego berada dalam kesadaran jiwa.

B.     Fungsi Jiwa
 Fungsi jiwa yang dimaksud oleh Jung adalah suatu bentuk aktivitas kejiwaan yang secara teori tiada berubah dalam lingkungan yang
berbeda – beda. Jung membedakan 4 fungsi pokok.
1.      Fungsi Pikiran, bersifat rasional. Berpikir itu melibatkan ide – ide dan intelek. Tujuan berpikir untuk memahami hakikat
dunia dan dirinya sendiri. Berpikir itu mencari kebenaran atau kesalahan sesuatu.
2.      Fungsi Perasaan, adalah fungsi evaluasi, menilai. Perasaan adalah nilai benda – benda, baik positif maupun negatif bagi
subjek. Dengan perasaan maka orang akan memperoleh pengalaman – pengalaman subjektifnya, misalnya kenikmatan, rasa sakit,
amarah, ketakutan, kesedihan, kegembiraan dan cinta.
3.      Fungsi Pendriaan, adalah fungsi perseptual atau fungsi kenyataan. Pendriaan itu menghasilkan fakta – fakta konkret, atau
bentuk – bentuk representasi dunia ini, macam benda dengan segala kualitasnya.
4.      Fungsi Intuisi, adalah persepsi melalui proses – proses tidak sadardan isi dibawah ambang kesadaran. Misalnya orang yang
intuitif melampaui fakta – fakta, perasaan – perasaan, dan ide – ide dalam mencari hakikat kenyataan
 Dengan dasar – dasar empiris murni, Jung menyimpulkan bahwa, hanya terdapat
empat macam fungsi psikologis. Dengan penalaran bahwa keempat fungsi
tersebut bersama – sama menghasilkan suatu totalitas.
1.      Pendriaan menetapkan apa yang senyatanya ada
2.      Pikiran memungkinkan untuk mengetahui artinya
3.      Perasaan mengatakan pada kita apa nilainya
4.      Intuisi menyatakan pada kemungkinan – kemungkinan,
seperti dari mana datangnya, dan kemana perginya dalam situasi tertentu
 Dengan cara tersebut manusia dapat mempunyai orientasi penuh dalam dunia
nyata sebagaimana menetapkan tempat secara geografis berdasarkan garis lintang
dan garis bujur. Selanjutnya empat macam fungsi jiwa tersebut dikelompokkan
menjadi dua fungsi :
1.      Fungsi – fungsi rasional, yang dilakukan oleh pikiran dan
perasaan karena mereka memakai akal, abstraksi dan
generalisasi.
2.      Fungsi Irrasional, yang dilakukan oleh pendriaan dan intuisi,
didasarkan pada persepsi hal – hal yang konkret, khusus dan aksidental
Fungsi Jiwa Sifatnya Cara bekerjanya
Pikiran Rasional Dengan penilaian benar salah
Perasaan Rasional Dengan penilaian senang
tidak senang
Pendriaan Irrasional Tanpa penilaian sadar indriah
Intuisi Irrasional Tanpa penilaian tak sadar
naluriah
a.      Fungsi Superrior, pelengkap, dan inferior
 Pada dasarnya tiap manusia memiliki keempat fungsi itu, akan tetapi biasanya hanya salah satu fungsi
saja yang paling berkembang (dominan). Fungsi yang paling berkembang itu merupakan fungsi
superior dan menentukan tipe orangnya, jadi ada tipe pemikir, tipe perasa, tipe pendria dan tipe
intuitif.
 Keempat fungsi itu berpasangan; kalau sesuatu fungsi menjadi superior, yaitu menguasai kehidupan
alam sadar, maka fungsi pasangannya menjadi fungsi inferior, yaitu ada dalam ketidaksadaran, tapi
masih dapat mengungkapkan diri, yakni dalam mimpi – mimpi dan fantasi – fantasi. Fungsi inferior
juga dapat menjadi fungsi pelengkap.
 Sedangkan kedua fungsi yang lain menjadi fungsi bantu sebagian terletak dalam alam sadar dan
sebagian lagi terletak dalam alam tidak sadar. Selanjutnya fungsi – fungsi yang berpasang – pasangan
itu berhubungan secara kompensatoris, artinya makin berkembang fungsi superior maka makin
besarlah kebutuhan fungsi inferior akan kompensasi dan makin besarlah gangguan terhadap
keseimbangan jiwa yang dapat menjelma dalm tindakan – tindakan yang tak terkendalikan, makin
besar tanggungan dalam jiwa.
 Karena itu tujuan yang ideal daripada perkembangan kepribadian ialah membawa keempat fungsi
pokok itu kedalam sinar kesadaran, sehingga tercapailah manusia bulat, yaitu manusia sempurna.
Tetapi sayangnya aktualisasi diri sempurna atau secara penuh itu tidak mungkin tercapai, maka
sintesis keempat fungsi tersebut merupakan tujuan ideal yang diperjuangkan oleh kepribadian
b.      Interaksi diantara sistem – sistem kepribadian
 Pada dasarnya kepribadian itu dibangun atau terbentuk karena berbagai sistem, sikap dan
fungsi jiwa saling berinteraksi. Ada 3 model atau cara berinteraksinya :
1.      Salah satu sitem dapat mengkompensasikan kelemahan – kelemahan sistem lain.
2.      Salah satu sistem dapat menentang sistem lainnya
3.      Dua sistem atau lebih dapat bersatu membentuk sintesis.
C.    Sikap Jiwa
 Yang dimaksud dengan sikap jiwa adalah arah daripada energi psikis umum atau libido
yang menjelma dalam bentuk orientasi manusia terhadap dunianya. Jung membagi sikap
atau orientasi kepribadian menjadi dua macam, yakni :
1.    Sikap kepribadian ekstravers, orientasinya kearah dunia luar, ke dunia objektif.
2.    Sikap kepribadian introvers, mengarahkan sang pribadi kedunia dalam, dunia subjektif
D.    Tipologi Jung
 Dengan mendasarkanpada dua komponen pokok daripada kesadaran itu sampailah
Jung pada empat kali dua atau delapan tipe, empat tipe ekstraver dan empat lagi
introver. Dalam membuat pencandraan mengenai tipe – tipe tersebut selalu
dikupasnya juga kehidupan alam tak sadar. Kehidupan alam tak sadar itu selalu
berlawanan dengan kehidupan alam sadar, jadi orang yang kesadarannya bertipe
pemikir maka ketidaksadarannya bertipe perasa , orang yang kesadarannya bertipe
ekstraver ketidaksadarannya bertipe introver, begitu selanjutnya.
E.     Persona
 Persona menurut Jung adalah cara individu dengan sadar menampakkan diri keluar (ke dunia
sekitarnya). Jung sendiri memberi batasan – batasan persona sebagai “kompleks fungsi – fungsi
yang terbentuk atas dasar pertimbangan – pertimbangan penyesuaian atau usaha mencari
penyelesaian, tetapi tidak sama dengan individualitas”.
 Persona itu merupakan kompromi antara individu dan masyarakat, antara struktur batin sendiri
dengan tuntutan – tuntutan sekitar mengenai bagaiman orang seharusnya berbuat. Apabila
orang dapat menyesuaikan diri dengan dunia luar dan dunia dalam dengan baik, maka persona
itu akan merupakan selubung yang elastis, yang dengan lancar dapat digunakan; akan tetapi
kalau penyesuaian itu tidak baik, maka persona dapat merupakan topeng yang kaku bekuuntuk
menyembunyikan kelemahan – kelemahannya.
 Tujuan persona ialah :
a.       Untuk menciptakan kesan tertentu padaorang – orang lain.
b.      Sering kali, walaupun tidak selalu, persona itu menyembunyikan hakikat sang pribadi
yang sebenarnya.
  Pada dasarnya persona itu berkembang dari sebuah arketipe, yakni berasal dari pengalaman –
pengalaman ras. Dan pengalaman – pengalaman ras tersebut terdiri atas interaksi – interaksi
sosial, dimana peran sosial merupakan tujuan yang berguna bagi manusia sepanjang masa. Di
sini, persona ada kemiripannya dengan konsep super ego dari Freud
Struktur Ketidaksadaran
 Ketidaksadaran itu ada 2 yaitu ketidaksadaran pribadi dan ketidaksadaran kolektif.
a.       Ketidaksadaran Pribadi
 Ketidaksadaran pribadi berisikan hal – hal yang diperoleh individu selamahidupnya. Kesadaran pribadi ini terdiri atas :
●. Pengalaman – pengalaman yang pernah sadar tetapi kemudian direpresikan, disupresikan, dilupakan atau diabaikan.
●   Pengalaman – pengalaman yang terlalu lemah untuk membentuk kesan sadar pada sang pribadi. Isi
ketidaksadaran pribadi sama seperti isi bahan prasadar pada teori Freud, yakni lapisan jiwa prasadar. Isi tersebut dapat
sadar dan berlangsung banyak hubungan dua arah antaraego dan ketidaksadaran pribadi.
●     Kompleks – kompleks merupakan kelompok yang terorganisir atau konstelasi perasaan – perasaan, pikiran –
pikiran, persepsi – persepsi, dan ingatan – ingatan yang terdapat dalam ketidaksadaran pribadi. Kompleks ini mempunyai
inti yang berfungsi seperti magnet dapat menarik atau mengonstelasikan berbagai pengalaman kearah kompleks
studi.
b.    Ketidaksadaran Kolektif
  Ketidaksadaran kolektif disebut juga transpersonal, merupakan salah satu diantara segi – segi teori psikoanalitik Jung, yang
paling original dan kontroversial.
 Ketidaksadaran kolektif mengandung isi – isi yang diperoleh selama pertumbuhan jiwa seluruhnya, yaitu pertumbuhan jiwa
seluruh jenis manusia, melalui generasi yang terdahulu. Jung sendiri merumuskan ketidaksadaran kolektif itu sebagai suatu
warisan kejiwaan yang besar daripada perkembangan kemanusiaan, yang terlahir kembali dalam struktur tiap – tiap
individu, dan membandingkannya dengan apa yang disebut oleh Levy Bruhl tanggapan mistik kolektif orang – orang
primitif.
 Ketidaksadaran adalah tidak disadari, pengetahuan mengenai ketidaksadaran itu diperoleh secara tidak langsung, yaitu melalui manifestasi
daripada isi – isi ketidaksadaran itu. Manifestasi ketidaksadaran  itu dapat berbentuk symptom dan kompleks, mimpi, archetypus.
1.      Symptom dan Kompleks
 Symptom dan kompleks merupakan gejala – gejala yang masih dapat disadari. Symptom adalah “gejala dorongan” daripada jalannya energi
dan normal, yang dapat berbentuk symptom kejasmanian maupun kejiwaan. Symptom adalah tanda bahaya, yang memberitahu bahwa ada
sesuatu dalam kesadaran yang kurang, dan karenanya perluperluasan ke alam tak sadar.
 Kompleks – kompleks adalah bagian kejiwaan kepribadian yang telah terpecah dan lepas dari kontrol kesadaran dan kemudian mempunyai
kehidupan sendiri dalam kegelapan alam ketidaksadaran, yang selalu dapat menghambat atau memajukan prestasi – prestasi kesadaran.
2.      Mimpi, fantasi, khayalan
 Mimpi sering timbul dari kompleks dan merupakan “pesan rahasia dari sang malam”. Mimpi mempunyai hukum sendiri dan bahasa sendiri:
dalam mimpi soal – soal sebab akibat, ruang dan waktu tidak berlaku; bahasanya bersifat lambang dan karenanya untuk memahaminya
perlu ditafsirkan. Kalau bagi Freud dan Adler mimpi itu dianggap sebagai hasil yang patologis, yaitu penjelmaan angan – angan atau
keinginan – keinginan yang tak dapat direalisasikan, maka bagi Jung mimpi itu mempunyai fungsi konstruktif, yaitu mengkompensasikan
keberatsebelahan dari konflik. Mimpi tidak hanya merupakan manifestasi hal yang patologis, seperti kata Freud dan Adler, tetapi sering
merupakan manifestasi daripada ketidaksadaran kolektif, dan juga mempunyai arti profetis.
 Disamping mimpi, Jung juga mengemukakan pula fantasi dan khayalan sebagai bentuk manifestasi ketidaksadaran. Kedua hal yang terakhir
ini bersangkutan dengan mimpi, dan timbul pada waktu taraf kesadaran merendah; variasinya boleh dikatakan tak terhingga, dari mimpi
siang hari serta impian tentang keinginan – keinginan sampai pada khayalan khusus orang – orang yang dalam keadaan ektase.  
3.      Archetypus
 Archetypus istilah yang diambil Jung dari Agustinus merupakan bentuk pendapat instinktif terhadap situasi tertentu, yang terjadi di luar
kesadaran.Archetypus – archetypus itu dibawa sejak lahir dan tumbuh pada ketidaksadaran kolektif selama perkembangan manusia, jadi tak
tergantung kepada manusia perseorangan. Archetypus merupakan pusat serta medan tenaga daripada ketidaksadaran yang mengubah sikap
kehidupan sadar manusia.
c.       Bentuk khusus isi ketidaksadaran
1.      Bayang – bayang
  Di dalam kepribadian terdapat pula bayang – bayang, yaitu segi lain ataubagian gelap daripada kepribadian,
kekurangan yang tak disadari. Bayang – bayang ini terbentuk dari fungsi inferior serta sikap jiwa yang inferior, yang
karena pertimbangan – pertimbangan moral dimasukkan ketidaksadaran, karena tidak serasi dengan kehidupan alam
sadar.
 Bayang – bayang terdiri dari insting binatang yang diwarisi oleh manusia dalam evolusinya dari bentuk – bentuk
kehidupan yang lebih rendah. Peran dan fungsi bayang – bayang antara lain :
1.    Oleh karena bayang – bayang mencerminkan sisi binatang pada kodrat manusia, maka sebagai
arketipe, bayang – bayang melehirkan konsepsi pada manusia tentang dosa asal, dan jika bayang – bayang
diproyeksikan keluar maka ia menjadi iblis atau musuh.
2.    Mengakibatkan munculnya pikiran – pikiran, perasaan – perasaan, dan tindakan – tindakan yang tak
menyenangkan. Semua yang tidak baik itu dapatdisembunyikan oleh persona dari pandangan umum, atau
direpresikan dalam ketidaksadaran pribadi.
3.    Sisi bayang – bayang dari kepribadian yang berasal dari suatu arketipe mengimbasi aspek –
aspek privat dari ego maupun sebagian besar isi ketidaksadaran.
4.    Bayang – bayang dengan insting hewaninya yang bersifat vital dan berkobar – kobar memberi
kualitas penuh atau tiga dimensi pada kepribadian, dan membantu membulatkan sang pribadi seutuhnya.
Konsep ini mirip dengan konsepsi das Es dari Freud.
2.      Proyeksi : Imago
 Proyeksi disisni diartikan “ dengan secara tidak sadar menempatkan isi – isi batin
sendiri pada objek – objek diluar dirinya. Bayang - bayang itu adalah sifat – sifat atau
kualitas – kualitas ketidaksadaran sendiri yang dihadapi sebagai sifat – sifat atau
kualitas – kualitas orang lain. Peristiwa ini terjadi secara mekanis, tidak disadari. Jung
menamakan isi kejiwaan yang diproyeksikan kepada orang lain itu imago.
3.      Anima dan Animus
 Tiap – tiap manusia itu bersifat bi – sexual , jadi tiap – tiap manusia mempunyai sifat –
sifat yang terdapat pada jenis kelamin lawannya.; orang laki – laki ketidaksadrannya
adalah betina (anima) dan orang perempuan ketidaksadarannya adalah jantan (animus).
Walaupun animus dan anima dapat diwariskan melalui kromosom – kromosom, ia juga
merupakan produk pengalamn – pengalaman ras pria dan wanita sepanjang sejarah
manusia.
 Selanjutnya arketipe – arketipe tersebut tidak hanya menyebabkan masing –
masing jenis menunjukkan ciri – ciri lawan jenisnya, tetapi juga berperan sebagai
berikut :
1.   Gambaran – gambaran kolektif yang menggambarkan masing – masing
jenis untuk tertarik kepada dan memahami anggota jenis lawannya.
2.   Bahwa pria memahami kodrat wanita berdasarkan animanya; dan
wanita memahami kodrat pria berdasarkan animusnya.
Dinamika Kepribadian

 Jung berpendapat bahwa struktur psyche tidak statis, melainkan dinamis dalam gerak yang terus
menerus. Dinamika ini disebabkan oleh energi psikis yang oleh Jung disebut libido. Libido itu tidak
lain dari intensitas kejadian psikis, yang hanya dapat diketahui lewat peristiwa – peristiwa psikis itu.
1.    Hukum - hukum atau Prinsip – prinsip psyche
a.    Hukum pasangan berlawanan
 Hukum pasangan berlawanan : tiada suatu sistem yang mengatur diri sendiri tanpa kebalikan.
Sebenarnya Herakleitos telah menemukan hukum psikologis yang sangat penting itu, yang
dinamakannya enantiodromia; enantiodromia diartikan bahwa segala sesuatu itu pada suatu kali akan
berubah menjadi kebalikan atau lawannya. Tetapi ini tidak berarti meniadakan yang lama dan
mengganti dengan yang lawannya sebagai yang baru, melainkan mempertahankan nilai yang lama
dengan mengenal lawan – lawannya atau kebalikannya.
b.     Prinsip Ekuivalens
  Prinsip – prinsip ekuivalens itu analog (sama) dengan hukum penyimpangan energi
dalam thermodinamika, yang mula – mula dirumuskan oleh Helmholtz, yaitu
mengatakan bahwa jumlah energi itu selalu tetap hanya distribusinya yang berubah –
ubah. Prinsip ekuivales menyatakan bahwa apabila sesuatu nilai menurun atau
hilang, maka jumlah energi yang di didukung oleh nilai itu tidak hilang dari psyche
melainkan akan muncul kembali dalam nilai baru. Jadi dalam seluruh sistem
kejiwaan itu banyaknya energi tetap hanya distribusinya yang berubah – ubah.
Karena itu hal – hal yang berpasangan – berlawanan itu berhubungan secara
komplementer atau kompensatoris, artinya pengurangan energi pada suatu aspek
berarti pertambahan pada aspek pasangan lawannya.
c.    Prinsip Entropi : Psychological Homeostatis
 Hukum homeostatis mengatakan bahwa apabila dua benda yang berlainan panasnya
bersentuhan, maka panas akan mengalir dari yang lebih panas kepada yang lebih
dingin. Bekerjanya prinsip entropi ini menghasilkan keseimbangan kekuatan. Benda
yang dipanaskan berkurang energinya dan mengalir kepada yang lebih dingin
sampai kedua benda itu sama panasnya. Prinsip ini diambil oleh Jung untuk
menggambarkan dinamika psyche, yaitu distribusi energi di dalam psyche itu selalu
menuju keseimbangan.
 Prinsip Entropi inilah yang menimbulkan hubungan kompensatoris antara pasangan
– pasangan yang berlawanan seperti telah disebut dimuka. Aspek yang lemah akan
berusaha memperbaiki statusnya dengan menggunakan aspek yang kuat (pasangan
lawannya) dan ini menimbulkan teganggan dalam kepribadian atau psyche.
2.    Arah dan Intensitas Energi
a.    Arah Energi: Progresi dan Regresi
 Gerak energi itu mempunyai arah dan gerakannya itu dapat dibedakan antara gerak progresif
dan gerak agresif. Gerak progresif adalah gerak ke kesadaran dan berbentuk proses
penyesuaian yang terus – menerus terhadap tuntutan – tuntutan kehidupan sadar. Gerak regresif
terjadi apabila dengan gagalnya penyesuaian secara sadar dan karenanya terbangunkan
ketidaksadaran. Hal ini dapat berakibat individu kembali kepada fase perkembangan yang telah
dilewatinya, atau menderita neurosis, atau bila terjadi pembalikan total dimana ketidaksadaran
masuk ke kesadaran maka orang yang bersangkutan akan menderita psikosis.
 Apabila progresi terjadi atas dasar keharusan penyesuaian terhadap dunia luar, maka regresi itu
terjadi atas keharusan penyesuaian kedalam, jadi penyesuaian dengan batin sendiri.
b.    Intensitas Energi : Gambaran
 Bentuk khusus manifestasinya energi itu di dalam jiwa adalah gambaran. Gambaran
itu adalah hasil fantasi mencipta yang menonjolkan bahan – bahan dari
ketidaksadaran menjadi gambaran seperti yang terdapat pada mimpi. Dalam mimpi
itu gambaran merupakan lambang – lambang yang isinya atau maknanya tergantung
kepada banyak sedikitnya energi, jadi dapat disamakan dengan Werteintensitat
energi. Adapun werteintensitat itu tergantung pada konstelasi dimana gambaran itu
muncul, yaitu nilai gambaran itu dalam keseluruhan konteks proses psikis itu;
gambaran yang sama pada konteks yang satu merupakan pemegang peran utama,
dapat pada konteks lain hanya memegang peran tidak penting.
3.    Interaksi antara Aspek – aspek psyche atau kepribadian
 Keempat fungsi jiwa yang pokok dan kedua sikap jiwa serta berbagai sistem yang membentuk
keseluruhan kepribadian berinteraksi satu sama lain dalam
3 macam cara yaitu:
(a)    Sesuatu aspek atau sistem mengkompensasikan kelemahannya terhadap yang lain.
(b)   Sesuatu aspek atau sitem menentang aspek atau sistem yang lain.
(c)    Satu atau dua sistem mungkin bersatu untuk membentuk sintesis

 Kompensasi dapat terjadi pada pasangan – pasangan yang berlawanan, dan dengan mudah dapat
ditunjukkan dalam hal fungsi jiwa dan sikap jiwa.
 Pertentangan atau perlawanan terjadi antara berbagai aspek dalam kepribadian, antara pikiran –
perasaan, intuisi dan pendriaan, antara aku dan bayang – bayang, antara pesona dan anima atau
animus. Pasangan – pasangan itu selalu saling berlawanan, berhubungan secara komplementer dan
kompensatoris, dan hal ini menyebabkan psyche atau kepribadian itu selalu bersifat dinamis.
Perkembangan Kepribadian
1.        Jung menjangkau  ke belakang dan kedepan
 Jung berpendapat hukum kausalitas dan teleologi kedua – duanya sangat penting dalam psikologi. Seorang
psikologi dalam memahami kehidupan psikis harus bermuka rangkap, muka yang satunya memandang
masa lampau manusia, sedang muka yang satu lagi memandang masa depannya.
2.         Jalan Perkembangan : Progresi dan Regresi
   Di dalam proses perkembangan terdapat gerak maju (progresi) dan gerak mundur (regresi). Progresi oleh
Jung adalah bahwa aku sadar dapat menyesuaikan diri secara memuaskan baik terhadap tuntutan –
tuntutan dunia luar maupun kebutuhan – kebutuhan ketidaksadaran. Dalam Progresi normal kekuatan –
kekuatan penghalang dipersatukan secara selaras dan koordinatif oleh proses – proses kejiwaan.
        Apabila gerak maju ini terganggu oleh satu atau lain rintangan, dan karenanya libido tercegah untuk
digunakan secara maju atau dalam orientasi ekstraves, maka libido lalu membuat regresi, kembali ke fase
yang dilewati atau masuk ke ketidaksadaran, jadi dipergunakan dalam oientasi introvers.
3.        Pemindahan energi Psikis
 Energi psikis itu dapat dipindahkan, artinya dapat ditaransfer dari satu aspek atau sistem ke lain aspek atau
sistem, dan transfer ini berlangsung atas dasar prinsip – prinsippokok dinamika yaitu ekuivalens dan entropi.
Transfer yang progresif disebut sublimasi, yaitu transfer dari proses – proses yang lebih primitf, instinktif dan
rendah diferensiasinya keproses – proses yang lebih bersiafat kultural, spiritual dan tinggi differensiasinya.
4.        Jalan Kesempurnaan : Proses Individuasi
 Bahwa kepribadian mempunyai kecenderungan untuk berkembang ke arah suatu kebulatan yang stabil, adalah
hal yang sentral dalam psikologi Jung terlebih – lebih dalam psikoterapinya. Perkembangan adalah semacam
pembeberan kebulatan asli yang semula tak punya diferensiasi dan tujuan; pembeberan ini adalah realisasi atau
penemuan diri.
 Supaya tujuan itu dapat tercapai maka semua aspek kepribadian harus mengalami diferensiasi dan berkembang
sepenuhnya. Krena apabila ada salah satu aspek yang diabaikan , maka aspek kepribadian yang diabaikan itu
akan menjadi perintang, yang akan brusaha merampas energi dari sistem yang lebih berkembang atau lebih
tinggi diferensiasinya.
 Apabila rintangan – rintangan itu terlalu banyak maka orangnya dapat menderita neurosis. Untuk mencapai
kepribadian yang integral seta sehat maka tiap sistem atau aspek kepribadian harus mencapai taraf diferensiasi
dan perkembangan yang sepenuhnya. Prose ini dapat pula disebut proses pembentukan diri atau penemuam diri
yang disebut Jung proses individuasi.
 Proses individuasi itu ditandai oleh bermacam – macam perjuangan batin dan melalui bermacam – macam
fase yaitu:
a.         Fase Pertama
Membuat sadar fungsi – fungsi pokok serta sikap jiwa yang ada dalam ketidaksadaran. Denagn
cara ini tegangan dalam batin berkuran dan kemampuan untuk mengadakn orientasi serta penyesuaian
diri meningkat.
b.        Fase Kedua
Membuat sadar imago – imago. Dengan menyadari ini orang akan mampu melihat kelemahan –
kelemahannya sendiri yang diproyeksikan
c.       Fase Ketiga
Menginsyafi bahwa manusia hidup dalam tegangan pasangan – pasangan yang berlawanan, baik
rohaniah maupun jasmaniah, dan bahwa manusia harus tabah menghadapi hal – hal ini serta dapat
mengatasinya.
d.      Fase Keempat/Terakhir
Adanya hubngan yang selaras antara kesadaran dan ketidaksadran. Jadi antara segala aspek
daripada kepribadian yang ditimbulkan oleh titik konsentrasi umum, yaitu : Diri. Diri menjadi
titik pusat kepribadian dan menerangi, menghubungkan serta mengkoordinasikan seluruh
aspek kepribadian. Inilah manusia Integral atau manusia sempurna

Anda mungkin juga menyukai