Anda di halaman 1dari 24

PEREKONOMIAN

INDONESIA
PERTEMUAN KE 8
OLEH
DIAN A.RAHIM
ANGGARAN
PENDAPATAN
dan
BELANJA
NEGARA
PERATURAN PELAKSANAAN:
• PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
• PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Anggaran
Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2005
• PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
• PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis Penyelesaian
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)
• PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tentang Pedoman Pembayaran dalam
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2005
• PMK Nomor 54/PMK. 02/2005 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan
dan Penelaahan RKA-KL
Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan negara Indonesia
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan
terperinci yang memuat rencana
penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari –
31 Desember). APBN, perubahan APBN,
dan pertanggungjawaban APBN setiap
tahun ditetapkan dengan Undang-
Undang.
SUMBER PENERIMAAN APBN
• Penerimaan pajak yang meliputi
1. Pajak Penghasilan (PPh),
2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN),
3. Pajak Bumi dan Bangunan(PBB),
4. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB) &Cukai, dan
5. Pajak lainnya seperti Pajak Perdagangan
(bea masuk dan pajak/pungutan ekspor)
• Pendapatan Pajak Dalam Negeri
– pendapatan pajak penghasilan (PPh)
– pendapatan pajak pertambahan nilai dan
jasa dan pajak penjualan atas barang
mewah
– pendapatan pajak bumi dan bangunan
– pendapatan cukai
– pendapatan pajak lainnya
• Pendapatan Pajak Internasional
– pendapatan bea masuk
– pendapatan bea keluar
• Penerimaan Negara Bukan
Pajak (PNBP) meliputi
1.Penerimaan dari sumber daya
alam,
2.Setoran laba BUMN,
3.Penerimaan bukan pajak
lainnya
• Penerimaan sumber daya alam
– penerimaan sumber daya alam minyak bumi dan gas bumi (SDA migas)
– penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA
nonmigas)
• Pendapatan bagian laba BUMN
– pendapatan laba BUMN perbankan
– pendapatan laba BUMN non perbankan
• PNBP lainnya
– pendapatan dari pengelolaan BMN
– pendapatan jasa
– pendapatan bunga
– pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi
– pendapatan pendidikan
– pendapatan gratifikasi dan uang sitaan hasil korupsi
– pendapatan iuran dan denda
• pendapatan BLU
– pendapatan jasa layanan umum
– pendapatan hibah badan layanan umum
– pendapatan hasil kerja sama BLU
– pendapatan BLU lainnya
STRUKTUR APBN

Belanja •Belanja Pemerintah Pusat


•Belanja Pemerintah Daerah
Negara

Pembi •Pembiayaan Dalam


Negeri

ayaan •Pembiayaan Luar Negeri


FUNGSI APBN
Fungsi otorisasi, mengandung arti
bahwa anggaran negara menjadi dasar
untuk melaksanakan pendapatan dan
belanja pada tahun yang bersangkutan,
Dengan demikian, pembelanjaan atau
pendapatan dapat
dipertanggungjawabkan kepada rakyat.
Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa
anggaran negara dapat menjadi pedoman bagi
negara untuk merencanakan kegiatan pada
tahun tersebut. Bila suatu pembelanjaan telah
direncanakan sebelumnya, maka negara dapat
membuat rencana-rencana untuk medukung
pembelanjaan tersebut. Misalnya, telah
direncanakan dan dianggarkan akan
membangun proyek pembangunan jalan
dengan nilai sekian miliar. Maka, pemerintah
dapat mengambil tindakan untuk mempersiapkan
proyek tersebut agar bisa berjalan dengan lancar.
Fungsi pengawasan, berarti anggaran
negara harus menjadi pedoman untuk
menilai apakah kegiatan penyelenggaraan
pemerintah negara sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan. Dengan
demikian akan mudah bagi rakyat untuk
menilai apakah tindakan pemerintah
menggunakan uang negara untuk
keperluan tertentu itu dibenarkan atau
tidak.
• Fungsi alokasi, berarti bahwa
anggaran negara harus
diarahkan untuk mengurangi
pengangguran dan
pemborosan sumber daya
serta meningkatkan efesiensi
dan efektivitas perekonomian.
• Fungsi distribusi, berarti bahwa
kebijakan anggaran negara harus
memperhatikan rasa keadilan dan
kepatutan
• Fungsi stabilisasi, memiliki makna
bahwa anggaran pemerintah
menjadi alat untuk memelihara dan
mengupayakan keseimbangan
fundamental perekonomian.
FORMAT APBN
• Selama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000
APBN menggunakan format T-account.
• Format ini dirasakan masih mempunyai
kelemahan antara lain tidak memberikan
informasi yang jelas mengenai pengendalian
defisit dan kurang transparan sehingga perlu
disempurnakan
• Mulai TA 2000 format APBN diubah menjadi I-
account, disesuaikan dengan Government
Finance Statistics (GFS)
T-Account
• Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi
pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbeda
• T-account mengikuti anggaran yang berimbang dan
dinamis
• Dalam versi T-account, format seimbang dan
dinamis diadopsi. Seimbang berarti sisi
penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai
jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih
besar daripada jumlah penerimaan, kemudian
kekurangannya ditutupi dari pembiayaan yang
berasal dari sumber-sumber dalam atau luar negeri
I-Account
• Defisit/surplus adalah perbedaan antara
jumlah penerimaan dan hibah, dan jumlah
pengeluaran. Perbedaan negatif-jumlah
pengeluaran lebih besar daripada jumlah
penerimaan- berarti defisit.
• Jika perbedaan adalah positif –jumlah
penerimaan dan hibah lebih besar dari
jumlah pengeluaran- itu berarti surplus.
• Sumber – sumber pembiayaan untuk
menutup defisit mungkin berasal dari
pembiayaan dalam dan luar negeri
Format I-Account APBN
Dengan format baru ini
pinjaman luar negeri
diperlakukan sebagai utang,
sehingga jumlahnya harus sekecil
mungkin karena pembayaran
kembali bunga dan cicilan
pinjaman luar negeri akan
memberatkan APBN di masa yang
akan datang
Ringkasan APBN tahun 2014
Uraian APBN [1]
APBN-P [5]

Pendapatan Negara Rp1.667,1 triliun Rp1.635,4 triliun


-
Rp1.280,4 triliun Rp1.246,1 triliun
Penerimaan Perpajaka
n
-
Rp385,4 triliun Rp386,9 triliun
Penerimaan Negara B
ukan Pajak
- Penerimaan Hibah Rp1,4 triliun Rp2,3 triliun
Belanja Negara Rp1.842,5 triliun Rp1.876,9 triliun
-
Rp1.249,9 triliun Rp1.280,4 triliun
Belanja Pemerintah P
usat
- Transfer ke daerah Rp592,6 triliun Rp596,5 triliun
Defisit Rp175,4 triliun Rp241,5 triliun
Pembiayaan Netto Rp175,4 triliun Rp241,5 triliun
Belanja Pemerintah Berdasarkan
Fungsi
• fungsi pelayanan umum
• fungsi pertahanan
• fungsi ketertiban dan keamanan
• fungsi ekonomi
• fungsi lingkungan hidup
• fungsi perumahan dan fasilitas umum
• fungsi kesehatan
• fungsi pariwisata
• fungsi agama
• fungsi pendidikan
• fungsi perlindungan sosial
Kode Fungsi APBN [3]
APBN-P
Pelayanan
01 Rp 794,8 triliun belum ada
umum
02 Pertahanan Rp 86,3 triliun belum ada
Ketertiban dan
03 Rp 38,0 triliun belum ada
keamanan
04 Ekonomi Rp 128,3 triliun belum ada
Lingkungan
05 Rp 12,2 triliun belum ada
hidup
Perumahan dan
06 Rp 31,5 triliun belum ada
fasilitas umum
07 Kesehatan Rp 13,1 triliun belum ada
Pariwisata dan
08 Rp 2,1 triliun belum ada
ekonomi kreatif
09 Agama Rp 4,5 triliun belum ada
Pendidikan dan
10 Rp 131,3 triliun belum ada
kebudayaan
Perlindungan
11 Rp 8,1 triliun belum ada
sosial
Rp 1.249,9
Total belum ada
triliun
Penghematan Anggaran
Pada tanggal 19 Mei 2014 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
mengeluarkan Instruksi Presiden Nomor 4 tahun 2014 tentang
Langkah-langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja
Kementerian/Lembaga dalam rangka Pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014. Dalam
lampiran Instruksi Presiden tersebut tercantum rincian
anggaran dari 86 Kementerian/Lembaga (K/L) yang harus
dihemat. Total anggaran yang dihemat berdasarkan Inpres ini
mencapai Rp 100 triliun, dari jumlah anggaran belanja K/L
sebelumnya, yaitu Rp 637,841 triliun [6]. Namun Badan
Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat hanya mampu melakukan
penghematan sebesar Rp43 triliun dari Rp100 triliun
penghematan dan pemotongan Kementerian/Lembaga (K/L)
yang diajukan pemerintah[7]
Subsidi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai