Anda di halaman 1dari 18

PEREKONOMIAN

INDONESIA

PERTEMUAN KE 11
OLEH
DIAN A.RAHIM
BANTUAN
LUAR
NEGERI
Pinjaman luar negeri adalah setiap
penerimaan negara baik dalam
bentuk devisa dan/atau devisa
yang di rupiahkan, rupiah,
maupun dalam bentuk barang dan
jasa yang di peroleh dari pemberi
pinjaman luar negeri yang harus di
bayar kembali dengan persyaratan
tertentu (Bank Indonesia, 2010).
SUMBER KEUANGAN

1. Penanaman Modal Asing oleh Swasta


(Private Foreign Investment) ; biasanya
dilakukan oleh perusahaan raksasa
multinasional. Dana investasi bisa berupa :
 Pabrik, pengadaan fasilitas produksi atau
pembelian mesin dan lainnya.
 Portofolio investment yaitu berupa saham,
obligasi atau promes investasi
2. Bantuan Pembangunan Resmi Pemerintah
(Public Development Assistance). Bantuan
ini bisa secara :
 Individual
 Beberapa pihak secara bersama (multilateral)
 Melalui donor multilateral ; seperti kepada
NGO
 Berasal dari lembaga independent atau swasta
KONTROVERSI
BANTUAN
Motivasi Ekonomi
Kepentingan
Motivasi Politik
Donor

Mengapa
Membantu??
M
M e
e
m n
b
a y
n
g e
u
n b
p a
er
k r
o
n
o
m i
ia
n d
n
e e
g
ar o
se
k
l
u
t
o
u g
i

Motivasi Politik

K P
e e
b m
ija b
k a
a n
n g
u
n
K a
e n
m
a K
n a
u w
sia as
n
n
 Motivasi – motivasi Politik merupakan motivasi yang
paling penting apabila ditinjau dari sudut pandang
negara – negara pemberi bantuan, terutama bagi
negara donor yang tergolong besar, seperti Amerika
Serikat. Kebanyakan program bantuan bagi negara –
negara berkembang lebih diarahkan untuk
memperkuat dan mempertahankan rezim – rezim
pemerintahan pro-Barat (tidak peduli apakah mereka
menjalankan pemerintahan secara demokratis atau
tidak, serta tidak peduli seberapa korupnya rezim itu,
selama pro-Barat dan antikomunis) daripada
mendorong pembangunan ekonomi dan sosial jangka
panjang yang sesungguhnya. Beralihnya perhatian
dan arah tujuan bantuan luar negeri Washington, dari
Asia Selatan ke Asia Tenggara, ke Amerika Latin, ke
Timur Tengah lalu kembali lagi ke Asia Tenggara
selama dekade 1950-an dan 1960-an, dan ke Afrika
dan Teluk Persia dalam tahun terakhir 1970-an.
 Sejak tahun 2001, bantuan bergeser menuju
ke negara – negara yang sedang mengalami
pemberontakan dari kalangan Islamis, atau
negara – negara yang diyakini sebagai ladang
teroris. Peningkatan jumlah bantuan luar
negeri ekonomi dalam bidang kesehatan juga
meningkat di Afrika terkait kekhawatiran
tentang penyakit – penyakit yang akan
menyebar ke negara – negara lainnya. Negara
– negara donor Barat pada umumnya
menggunakan bantuan luar negeri sebagai
alat politik untuk mmepertahankan atau
menyokong rezim politik yang dianggap
“bersahabat” di negara – negara Dunia Ketiga,
yang eksistensinya dipandang sesuai dengan
kepentingan “keamanan nasional” mereka.
Motif Ekonomi
Kesenjangan

Tabungan

Devisa

Percepatan Pertumbuhan Ekonomi


Bantuan
Teknis
 Motivasi – motivasi Ekonomi dalam
konteks prioritas strategi dan politik
yang luas, program bantuan luar negeri
negara – negara maju mempunyai
landasan atau logika ekonomis yang
kuat. Walaupun motivasi politik
mungkin merupakan pertimbangan
utama bagi negara – negara donor
lainnya, tetapi logika dan perhitungan –
perhitungan ekonomis tetap disertakan,
setidaknya sebagai kata pengantar
untuk menutupi motivasi mereka yang
sebenarnya dalam memberikan bantuan
luar negeri.
Kepentingan Donor

Peningkatan Kapasitas Peningkatan Kapasitas


Perempuan Buruh
• Mendorong pertumbuhan
ekonomi
• Memperlambat
Dampa pertumbuhan ekonomi
k • Menjerat negara penerima
dalam kemiskinan
• Menumbuhkan
ketergantungan
 Dari data Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang
Kementerian Keuangan yang dikutip, Kamis
(22/3/2013), total utang pemerintah Indonesia
hingga Februari 2013 mencapai Rp 1.988,87 triliun
dengan rasio 24% terhadap PDB.
Dari jumlah tersebut, Rp 592,27 triliun merupakan
utang luar negeri yang didapat dari beberapa negara
dan juga lembaga-lembaga multilateral. Utang luar
negeri ini turun dibandingkan akhir 2012 yang
sebesar Rp 612,52 triliun.
Tahun ini, nilai belanja APBN mencapai Rp 1.683
triliun. Defisit anggaran tahun depan ditetapkan
1,65% terhadap PDB atau Rp 172,8 triliun, karena
penerimaan negara lebih kecil.
Untuk menutup defisit tersebut, DPR membolehkan
pemerintah menambah utang baru hingga Rp 161,4
triliun.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai