Anda di halaman 1dari 18

Kelompok 5

Anggota :
1. Regita Widyanti Djanggola
2. Nur Fitria Putri
3. Tri Anugrah
4. Apriyanti Saranga’
PENDAHULUAN

Sistem kekebalan tubuh atau biasa dikenal dengan


sistem imun berfungsi melindungi tubuh terhadap
agens lingkungan yang asing bagi tubuh, misalnya
patogen (virus, bakteri, jamur, protozoa, atau
produknya), produk tumbuhan atau hewan
(makanan tertentu, serbuk sari, atau rambut atau bulu
binatang), atau zat kimia (obat atau polutan). Sistem
imun terbagi atas pertahanan nonspesifik dan
pertahanan spesifik.
PERTAHANAN NONSPESIFIK
Pertahanan ini dimasukkan dalam pertahanan non-imun, dan bisa
juga disebut pertahanan imun bawaan lahir atau imunitas alami.
PERTAHANAN NONSPESIFIK MELIPUTI:
A. Pertahanan nonspesifik eksternal:
1. kulit
2.membran mukosa
B. Pertahanan nonspesifik internal:
1.Fagositosis
2. sel natural kiler
INFLAMASI (PERADANGAN)
Inflamasi adalah respons jaringan terhadap cedera
akibat infeksi, terbakar, objek asing, atau toksin.
Inflamasi dapat bersifat akut (jangka pendek) atau
kronik.

ZAT ANTIVIRUS DAN ANTIBAKTERI


Zat antivirus dan anti bakteri nonspesifik diproduksi
tubuh untuk perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Cara kerja zat ini tidak membutuhkan interaksi
antigen-antibodi sebagai pemicunya.
KONSEP UMUM
respons imun adaptif spesifik adalah serangan
selektif yang ditujukan untuk membatasi atau
menetralkan sasaran tertentu yang secara
spesifik tubuh telah bersiap menghadapinya
setelah mengalami pajanan sebelumnya
ASAL SEL B DAN SEL T
Kedua jenis limfosit, seperri semua sel
darah lainnya, berasai dari sel punca
yang sama di sumsum tulang.
Untuk sel T selama masa janin dan anak-
anak dini, sebagian dari limfosit imatur
sumsum tulang bermigrasi melalui
darah ke timus, tempat sel-sel tersebut
mengalami pemrosesan lebih lanjut
menjadi limfosit T (dinamai
berdasarkan tempar pematangan).
Timus adalah jaringan limfoid yang
terletak di garis tengah di dalam rongga
thoraks di atas jantung di ruang antara
kedua paru
Karena sebagian besar migrasi
dan diferensiasi sel T terjadi
pada awal masa perkembangan
maka timus secara bertahap
mengalami atrofi dan menjadi
kurang penting seiring dengan
bertambahnya usia. Namun,
jaringan ini terus menghasilkan
timosin, suatu hormon penting
yang mempertahankan
turunan sel T. Timosin
meningkatkan proliferasi sel T
baru di
jaringan limfoid perifer dan
memperkuat kemampuan
imunologik sel T yang ada.
Mekanisme imunitas yang diperantarai oleh
antibodi
Netralisasi.
Aglutinasi.
IMUNITAS YANG DIPERANTARAI OLEH SELlMFOSIT T

Dua jenis utama sel T adalah sel T sitotoksik


dan selT penolong.
Terdapat dua subpopulasi utama sel T,
bergantung pada peran mereka ketika diaktifkan
oleh antigen:
1. Sel CD8 (sel T sitotoksik, atau pemusnah),
2. Sel CD4 (umumnya sel T penolong),
SISTEM
PERTAHANAN
TUBUH

JENIS KEKEBALAN
TUBUH

AKTIF PASIF

KEKEBALAN
AKTIF/PASIF ALAMI
DAN
KEKEBALAN
AKTIF/PASIF BUATAN
JENIS KEKEBALAN TUBUH AKTIF

• Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan tubuh yang
diperoleh dari dalam tubuh, karena tubuh membuat
antibodi sendiri. Jenis kekebalan ini dapat terbentuk
baik secara alami ataupun buatan.
Kekebalan Aktif terbagi atas dua yaitu Kekebalan Aktif
Alami dan Kekebalan Aktif Buatan
JENIS KEKEBALAN TUBUH PASIF
• KEKEBALAN PASIF
Kekebalan pasif merupakan kekebalan yang
diperoleh bukan dari antibodi yang disintesis
dalam tubuh, melainkan tinggal memakainya saja.
Kekebalan Pasif dibedakan menjadi dua, yaitu
kekebalan alami dan buatan
PERBEDAAN KEKEBALAN AKTIF DAN PASIF

KEKEBALAN AKTIF KEKEBALAN PASIF

1. Hal ini dihasilkan akibat 1.Hal ini dihasilkan karena


kontak dengan patogen atau antibodi yang diperoleh dari
antigen tersebut. luar
2. Kekebalan tidak langsung. Ada 2. Kekebalan berkembang
selang waktu untuk terjadi dalam
segera.
pengembangannya.
3. Itu berlangsung selama
3. Itu berlangsung selama jangka
waktu yang cukup lama, mungkin beberapa hari
berumur panjang. 4. Antibodi diperoleh dari luar.
4. Antibodi diproduksi oleh tubuh 5. Pada saat tubuh bereaksi
sebagai respons terhadap patogen terhadap pengenalan antisera.
atau antigen. Hal ini disebut penyakit serum
5. Efek samping sangat sedikit.
Penyakit Defisiensi Imun

Penyakit defisiensi imun  adalah


sekumpulan aneka penyakit yang
karena memiliki satu atau lebih
ketidaknormalan sistem imun, dimana
kerentanan terhadap infeksi
meningkat.
Kelompok dan Penyakit Inheritansi Kelompok dan Penyakit Inheritansi

A . Defisiensi predominan antibodi   XLAR 1. Teleangiektasis-ataksia AR?XL


1. XL agamaglobulinemia XL AR
2. Anomali DiGeorge
2. AR agamaglobulinemia AR AR
3. Defisiensi CD4 primer
3. Sindrom hiper IgM AR AR
4. Defisiensi CD7 primer
4. XL AR XL
5. Defisiensi IL-2
5. Defek AR
6. Defisiensi sitokin multipel
6. Defek CD40 ?
7. Defisiensi signal transduksi
7. Defek AR lainnya Variabel
D. Defek fungsi fagosit
8. Delesi gen Ig rantai berat ?
8. Penyakit granulomatosa kronik
9. Mutasi defisiensi rantai κ Variabel
9. XL
10. Defisiensi selektif kelas IgG ?
10. AR
11. Defisiensi selektif IgA
1. Defisiensi phox p22
12. Defisiensi antibodi dengan kadar Igs normal atau
meningkat 2. Defisiensi phox P47

13. Imunodefisiensi variasi umum 3. Defisiensi phox P57

14. Hipogamaglobulinemia transien pada bayi 4. Defek adesi leukosit 1

5. Defek adesi leukosit 2

6. Defisiensi neutrofil G6PD


       
B. Imunodefisiensi kombinasi    
1. T-B+ SCID   7.Defisiensi mieloperoksidase ARARAR
XLAR AR
2. X-linked (defisiensi γc) AR 8.Defisiensi granul sekunder AR
1. Resesif autosomal (defisiensi Jak3) AR 9.Sindrom Schwachman AR
3. T-B+ SCID AR 10.Neutropenia kongenital berat AR
(Kostmann)
4. Defisiensi RAG-1/2 AR AD
11..Neutropenia siklik (defek
5. Defisiensi ADA AR elastase) AR

6. Disgenesis retikular AR 12..Defek leukosit mikobakterial AR


7. Defek artemis AR Defisiensi IFN-γR1 atau R2 AD
8. T-B+ SCID AR Defisiensi IFN-γR1 AD
9. Sindrom Omenn AR Defisiensi IL-12Rβ1

10. Defisiensi IL-2Rα AR Defisiensi IL-12p40

11. Defisiensi fosforilase purin nukleosida AR Defisiensi STAT1

12. Defisiensi MHC kelas II E. Imunodefisiensi terkait kelainan

13. Defisiensi MHC kelas I disebabkan oleh defek TAP-2 limfoproliferatif

14. Defisiensi CD3γ atau CD3ε 1. Defisiensi Fas

15. Defisiensi CD8 (defek ZAP-70) 2. Defisiensi ligan Fas

3. Defisiensi FLICA atau caspase 8

4. Tidak diketahui (defisiensi caspase


3)
Daftar pustaka
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi bagi
Pemula. Jakarta: EGC
Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia dari
Sel ke Sistem. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai