Anda di halaman 1dari 39

1

2
 Sel darah merah dikenal dengan nama eritrosit. Sel ini
mengandung hemoglobin, yaitu protein yang mengandung zat
besi. Fungsinya adalah untuk mengangkut oksigen dari paru-
paru ke jaringan tubuh dan sel-sel.
 97% (persen) sel darah manusia mengandung protein.
 Sel darah merah bisa hidup selama kurang lebih 4 bulan, jika
mati, akan dibuang oleh limpa dan sel-sel kupffer di hati.
Tubuh akan terus memproduksi sel darah, untuk
menggantikan sel darah yang sudah mati.
 Berkisar 5 – 5,5 juta/cc (lelaki) dan 4,5 - 5 juta/cc
(perempuan)

3
 Sel darah putih atau leukosit. Merupakan sistem
kekebalan tubuh kita yang melindungi terhadap
berbagai infeksi virus, bakteri.
 Lekosit mengandung  limfosit dan granulosit yang

bergerak dan bisa masuk dan keluar dari aliran darah


untuk menjangkau jaringan di seluruh tubuh. Lekosit
juga membantu tubuh melawan sel-sel yang tidak
normal seperti sel kanker.
 Normal terdapat 4 x 1010 sel darah putih dalam setiap

liter darah.

4
 Trombosit berfungsi untuk membekukan darah. Pada
saat kita terluka, trombosit akan berkumpul untuk
membantu proses pembekuan. Apabila terkena udara,
trombosit akan pecah dan
melepaskan fibrinogen kedalam aliran darah. Ini akan
memunculkan serangkaian reaksi yang menyebabkan
darah membeku.
 jumlah trombosit normal dalam darah adalah

sekitar 150.000 hingga 400.000 trombosit per


mikroliter (mcL). 

5
Golongan darah adalah pengklasifikasian darah dari
kelompok berdasarkan ada atau tidak adanya zat antigen
warisan pada eritrosit, karena adanya perbedaan
karbohidrat dan protein pada permukaan membran
eritrosit. Di dunia dikenal sekitar 46 jenis antigen
golongan darah, yang paling penting adalah
penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).
Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel
dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang
berakibat hemolisis, syok, gagal ginjal.

6
7
8
Leukemia; Kata leukemia berarti darah putih karena pada penderita
ditemukan banyak sel darah putih sebelum diberi terapi. dalam
bahasa Yunani leukos, "putih"; haima, "darah").
Dikenal sebagai kanker darah merupakan penyakit dalam klasifikasi
neoplasma pada darah dan sumsum tulang yang ditandai oleh
perbanyakan secara tak normal atau transformasi maligna dari sel-
sel pembentuk darah di sumsum tulang, jaringan limfoid dan
umumnya terjadi pada leukosit .
Sel-sel normal di dalam sumsum tulang digantikan oleh sel tak normal
atau abnormal. Sel abnormal ini keluar dari sumsum dan dapat
ditemukan di dalam darah perifer atau darah tepi.
Sel leukemia memengaruhi hematopoiesis atau proses pembentukan
sel darah normal dan imunitas tubuh penderita.

9
Leukemia dapat diklasifikasikan atas dasar:
*Perjalanan alamiah penyakit: akut dan kronis
*Tipe sel predominan yang terlibat: limfoid (lekemia limfositik) dan mieloid
(lekemia mielositik : netrofil,basofil & eosinofil) , maka lekemia dapat
dibagi menjadi:
 Leukemia limfositik akut(LLA) merupakan tipe leukemia paling sering terjadi pada
anak-anak. Penyakit ini juga terdapat pada dewasa yang terutama telah berumur 65
tahun atau lebih
 Leukemia mielositik akut(LMA) lebih sering terjadi pada dewasa daripada anak-

anak.Tipe ini dahulunya disebut leukemia nonlimfositik akut.


 Leukemia limfositik kronis(LLK) sering diderita oleh orang dewasa yang berumur

lebih dari 55 tahun. Kadang-kadang juga diderita oleh dewasa muda, dan hampir
tidak ada pada anak-anak
 Lekemia mielositik kronis(LMK) sering terjadi pada orang dewasa. Dapat juga

terjadi pada anak-anak, namun sangat sedikit


Tipe yang sering diderita orang dewasa adalah LMA dan LLK, sedangkan LLA sering
terjadi pada anak-anak

10
Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna
yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang
tidak terkontrol.
Penyebab leukemia belum diketahui secara pasti, beberapa faktor yang dapat
memengaruhi frekuensi leukemia, seperti:
 Radiasi

 Faktor leukemogenik : Terdapat beberapa zat kimiayang telah

diidentifikasi dapat memengaruhi frekuensi leukemia: racun lingkungan


seperti benzena, zat kimia industri seperti insektisida, obat untuk
kemoterapi
 Herediter : Penderita sindroma Down memiliki insidensi leukemia akut 20

kali lebih besar dari orang normal.


 Virus yang dapat menyebabkan leukemia seperti retrovirus, virus leukemia

feline, HTLV-1.

11
Manifestasi leukemia akut merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi pada
neoplasma hematopoetik secara umum. Secara garis besar, leukemia akut memiliki
tanda utama yaitu:
 Jumlah sel di perifer yang sangat tinggi, sehingga menyebabkan terjadinya

infiltrasi jaringan atau leukostasis


 Penggantian elemen sumsum tulang normal yang dapat menghasilkan komplikasi

sebagai akibat dari anemia trombositopeni dan lekopeni


 Pengeluaran faktor faali yang mengakibatkan komplikasi.

DiagnosisLeukemia akut melalui pemeriksaan, seperti:


 Pemeriksaan morfologi: darah tepi, aspirasi sumsum tulang, biopsi sumsum tulang

 Pewarnaan sitokimia

 Imunofenotip

 sitogenetika

 Diagnostis molekuler

12
ibu hamil dengan leukemia , manifestasi kliniknya mengalami malaise /
lemas badan, anoreksia, nyeri tulang dan sendi, kadang-kadang epistaksis
atau perdarahan gusi, pucat, tampak lemah, febris, limfadenopati
generalisata, hepatomegali, splenomegali, petechiae.

Pengaruh leukemia dalam kehamilan terhadap hasil konsepsi dapat terjadi


abortus dan prematuritas. Pada ibu, bahaya perdarahan postpartum cukup
besar, karena pada leukemia terjadi gangguan pembekuan darah.
Hasil prognosa untuk ibu dan janin tidak begitu baik.

Wanita yang menderita leukemia sebaiknya tidak memaksakan untuk hamil,


bahkan lebih dianjurkan untuk memutuskan menjalani kontrasepsi
tubektomi.

13
Terapi : Sebagian besar bentuk leukemia diobati dengan obat farmasi,
biasanya digabungkan ke dalam sejenis kemoterapi obat-obatan multi.
Terapi radiasi, namun cara ini dapat membahayakan janin dalam kandungan,
karena akan menimbulkan kelainan teratogenik atau kematian janin dalam
kandungan.
Bila akan melakukan therapi radiasi dan kemoterapi, sebaiknya abortus
terapeutik.
Selain itu dapat pula dilakukan therapi tranfusi darah, kemoterapi dan
sitostatika vincristin, methotrexate, busulphan, kortikosteroid dan lain-lain.
Dalam beberapa kasus, pencangkokan sumsum tulang juga dapat
menyembuhkan leukemia.
Bunga dan daun tapakdara juga berpotensi menjadi sumber obat untuk
leukemia.

14
Anemia arti sebenarnya adalah tanpa darah.
Anemia merupakan suatu kondisi saat jumlah sel darah merah atau jumlah
hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada di
bawah normal. Sel darah merah atau hemoglobin yang bertugas sebagai
media yang membawa oksigen dari paru-paru dan menghantarkan ke seluruh
bagian jaringan tubuh.

Anemia adalah penyakit darah yang sering ditemukan.


Beberapa anemia memiliki penyakit dasarnya. Anemia bisa diklasifikasikan
berdasarkan bentuk atau morfologi sel darah merah, etiologi yang mendasari,
dan penampakan klinis.
Penyebab anemia yang paling sering adalah perdarahan yang berlebihan,
rusaknya sel darah merah secara berlebihan hemolisis atau kekurangan
pembentukan sel darah merah ( hematopoesis yang tidak efektif).
Seorang pasien dikatakan anemia bila konsentrasi hemoglobin (Hb) nya
kurang dari 13,5 g/dL atau Hematokrit (Ht) kurang dari 41% pada laki-laki,
dan konsentrasi Hb kurang dari 11,5 g/dL atau Ht kurang dari 36% pada
perempuan

15
Kriteria Kadar Hb (g/dL)

Bayi baru lahir 16.5 ± 3.0

Bayi 3 tahun 11.5 ± 2.0

Anak usia 1 tahun 12.0 ± 1.5

Anak usia 10-12 tahun 13.0 ± 1.5

Wanita tidak hamil 14.0 ± 2.5

Pria dewasa 15.5 ± 2.5

16
17
18
19
20
Tanda dan gejala anemia
Bila anemia terjadi dalam waktu yang lama, konsentrasi Hb ada dalam
jumlah yang sangat rendah sebelum gejalanya muncul.
Gejala- gejala tersebut berupa :
Asimtomatik : terutama bila anemia terjadi dalam waktu yang lama
• Letargi

• Nafas pendek atau sesak, terutama saat beraktfitas

• Kepala terasa ringan

• Palpitasi

• Sedangkan, tanda-tanda dari anemia yang harus diperhatikan saat

pemeriksaan yaitu :
• Pucat pada membran mukosa, yaitu mulut, konjungtiva, kuku.

21
• Sirkulasi hiperdinamik, seperti takikardi, nadi yang menghilang, aliran murmur sistolik
• Gagal Jantung
• Perdarahan Retina

Tanda-tanda spesifik pada pasien anemia diantaranya :


• Glositis : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi dan anemia megaloblastik

• Stomatitis angularis : terjadi pada pasien anemia defisiensi besi

• Ikterus (kekuningan) : terjadi akibat hemolisis, anemia megaloblastik ringan.

• Splenomegali : akibat hemolisis, dan anemia megaloblastik.

• Ulserasi di kaki : terjadi pada anemia sickle cell

• Deformitas tulang : terjadi pada talasemia

• Neuropati perifer, atrofi optik, degenerasi spinal, merupakan efek dari defisiensi vitamin B12

• Garing biru pada gusi (burton’s line), ensefalopati, dan neuropati motorik perifer sering
terlihat pada pasien yang keracunan metal.

22
Klasifikasi anemia
Klasifikasi anemia akibat Gangguan Eritropoiesis
 Anemia defisiensi Besi : Tidak cukupnya suplai besi mengakibatkan defek pada sintesis Hb,

mengakibatkan timbulnya sel darah merah yang hipokrom dan mikrositer.


 Anemia Megaloblastik : Defisiensi folat atau vitamin B12 mengakibatkan gangguan pada
sintesis timidin dan defek pada replikasi DNA, efek yang timbul adalah pembesaran prekursor
sel darah di sumsum tulang, hematopoiesis yang tidak efektif, dan pansitopenia.
 Anemia Aplastik : Sumsum tulang gagal memproduksi sel darah akibat hiposelularitas.
Hiposelularitas ini dapat terjadi akibat paparan racun, radiasi, reaksi terhadap obat atau virus,
dan defek pada perbaikan DNA serta gen.
 Anemia Mieloptisik : Anemia yang terjadi akibat penggantian sumsum tulang oleh infiltrate
sel-sel tumor
Klasifikasi anemia berdasarkan ukuran sel
 Anemia mikrositik : penyebab utamanya yaitu defisiensi besi dan talasemia

 Anemia normositik : contohnya yaitu anemia akibat penyakit kronis seperti gangguan ginjal.

 Anemia makrositik : penyebab utama yaitu anemia pernisiosa, anemia akibat konsumsi

alkohol, dan anemia megaloblastik.

23
Etiologi , Secara garis besar, anemia dapat disebabkan karena :
 Peningkatan destruksi eritrosit, contohnya pada penyakit gangguan sistem imun, talasemia.

 Penurunan produksi eritrosit, contohnya pada penyakit anemia aplastik, kekurangan nutrisi.

 Kehilangan darah dalam jumlah besar, contohnya akibat perdarahan akut, perdarahan kronis,

menstruasi, ulser kronis, dan trauma.


Diagnosis
Pemeriksaan darah sederhana bisa menentukan adanya anemia.
Persentase sel darah merah dalam volume darah total (hematokrit) dan jumlah hemoglobin dalam
suatu contoh darah bisa ditentukan. Pemeriksaan tersebut merupakan bagian dari hitung jenis
darah komplit (CBC).
Manajemen terapi , Terapi langsung ditujukan pada penyebab anemia, dapat berupa :
 Transfusi darah

 Pemberian kortikosteroid atau obat-obatan lain yang dapat menekan sistem imun.

 Pemberian eritropoetin, hormon yang berperan pada proses hematopoiesis, berfungsi untuk
membantuk sumsum tulang pada proses hematopoiesis.
 Pemberian suplemen besi, vitamin B12, vitamin-vitamin, dan mineral lain yang dibutuhkan.

24
Anemia yang terjadi pada ibu hamil merupakan hal yang wajar terjadi. Namun, jika tidak
ditangani anemia bisa berdampak bagi kehamilan.
 Pada kehamilan kebutuhan oksigen sehingga memicu peningkatan eritropoetin, akibatnya

volume plasma bertambah, eritrosit meningkat, namun peningkatan volume plasma terjadi
dalam proporsi yang lebih besar daripada peningkatan eritrosit.

 Hal ini berhubungan dengan meningkatkanya risiko terjadinya perdarahan pasca persalinan
dan gangguan terhadap keadaan umum wanita hamil tersebut, misalnya kelainan
kardiovaskuler karena kompensasi terhadap anemia.
 Anemia juga bisa berdampak pada janin :
hal ini berhubugan dengan perkembangan pertumbuhan janin, dimana bayi akan lahir dalam
kondisi tidak baik, misalnya berat badan bayi lahir rendah, prematuritas aborsi, kematian janin
atau hidrops.

Sangat disarankan bagi perempuanuntuk segera memeriksakan diri ke dokter setelah diketahui
adanya kehamilan.
“Perlu diingat bahwa tujuan dari pemeriksaan kehamilan adalah untuk mendeteksi adanya faktor
risiko yang dapat mengganggu proses kehamilan dan persalinan.

25
Mencegah anemia pada ibu hamil bisa dilakukan dengan mencukupi kebutuhan nutrisi yang
seimbang. Meningkatkan konsumsi makanan yang mengandung zat besi (misalnya : sayuran
hijau, daging merah, sereal, telur dan kacang-kacangan) juga bisa dilakukan untuk menjamin
kebutuhan suplai zat besi.
Pada prinsipnya, nutrisi seimbang sesuai dengan piramida makanan adalah yang terbaik untuk
mencegah terjadinya anemia saat kehamilan atau dalam mempersiapkan diri untuk kehamilan.
Selain itu mengkonsumsi suplemen selama kehamilan juga sangat membantu untuk mengatasi
anemia defisiensi asam folat. Asupan suplemen besi sebesar 30 mg sebagai profilaksis
terhadap anemia. Bila sudah terjadi tanda-tanda anemia, maka dosis ini sebaiknya dinaikkan
menjadi 60-120 mg per hari.
Namun, jika asupan suplemen tidak membantu perbaikan atau pasien tidak bisa mentoleransi
suplemen (atau ditemukan anemia kronis), maka pemberian zat besi intravena atau transfusi
adalah pilihan. Hanya saja, transfusi bisa memberikan efek samping, baik langsung (misalnya
demam, reaksi alergi, rekasi hemolitik, infeksi, penumpukan zat besi).
Tranfusi diberikan apabila anemia sudah mengganggu perkembangan janin di mana keadaan
ini tidak bisa lagi ditatalaksanakan dengan menjaga keseimbangan asupan nutrisi atau
pemberian suplemen.
 
 

26
Talasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit
turunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di
Indonesia dan Italia.
ditandai dengan gangguan dan ketidakmampuan memproduksi eritrosit dan
hemoglobin.
Penyebab Talasemia :
Mewarisi satu atau lebih gen yang cacat dari salah satu atau kedua orang tua yang
mengganggu produksi normal hemoglobin dan mengurangi transportasi oksigen ke
seluruh tubuh
Terdapat dua jenis talasemia yaitu:
Talasemia Minor: merujuk kepada mereka yang mempunyai kecacatan gen
talasemia tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda talasemia atau pembawa.
Talasemia mungkin hanya kelihatan setelah penderita memasuki gejala awal
seperti lemas, pusing, dan nyeri di bagian perut.
Talasemia Mayor: merujuk kepada mereka yang mempunyai bakat talasemia
sepenuhnya dan menunjukkan tanda-tanda talasemia.

27
Gejala umum penderita talasemia tidak jauh berbeda dengan anemia, yakni wajah
terlihat pucat karena kekurangan sel darah merah kemudian selera makan
berkurang, serta kondisi badan mudah capek, lemas bahkan mudah jatuh sakit.
Gejala penyakitnya pun bervariasi, bisa berupa anemia, pembesaran limpa dan hati.
Tanda dan gejala talasemia yang mungkin timbul:
 Air seni berwarna pekat

 Kelainan bentuk tulang wajah

 Kelelahan

 Kelemahan otot

 Merasakan malaise atau rasa tidak enak badan )

 Pembengkakan perut

 Penampilan yang pucat

 Pertumbuhan yang buruk

 Pusing

 Sesak nafas

28
Pembesaran limpa pada penderita
talasemia terjadi karena sel darah
merah yang rusak sangat
berlebihan sehingga kerja limpa
menjadi sangat berat.
Limpa sendiri berfungsi
membersihkan sel darah yang
rusak.
Selain itu, tugas limpa juga
diperberat dengan memproduksi
sel darah merah lebih banyak.

29
Pada umumnya pengobatan talasemia dengan transfusi.
Setelah mendapat transfusi, penderita talasemia menjadi segar .
Kemudian darah yang sudah ditransfusikan tadi setelah beberapa
waktu akan hancur lagi.
Kembali terulang penderita kekurangan oksigen, timbul gejala lagi,
perlu transfusi lagi, demikian berulang-ulang seumur hidup.
Celakanya, darah yang ditransfusi terus-menerus tadi ketika hancur,
akan menyisakan masalah besar yaitu zat besi dari darah yang hancur
tadi tidak bisa dikeluarkan tubuh.
Akan menumpuk, kulit menjadi hitam, menumpuk di organ dalam
penderita misalnya di limpa, hati, jantung.
Penumpukan di jantung sangat berbahaya, jantung menjadi tidak bisa
memompa.
Untuk membuang zat besi dalam tubuh ada obatnya yaitu
desferoksamin, ada yang disuntikkan dan ada yang diminum.

30
Talasemia bukan penyakit menular, tapi dapat dicegah. Mengapa dapat
dicegah? Karena penderita talasemia dilahirkan dari ibu dan ayah
pembawa sifat talasemia, kedua orang tua tersebut normal-normal saja
tidak menunjukan gejala talasemia sedikitpun.
Bila ibu pembawa sifat menikah dengan ayah pembawa sifat maka
kemungkinan 25% anaknya menderita talasemia, 50% menjadi pembawa
sifat lagi dan hanya 25% yang normal.
Oleh karena itu, untuk mencegah lahirnya seorang bayi talasemia, seorang
ibu yang pembawa sifat jangan menikah dengan ayah yang pembawa sifat
juga.
Calon mempelai perlu memeriksakan diri dan melakukan tes yang disebut tes
skrining talasemia. Pemeriksaan itu dikenal dengan nama tes skrining
talasemia dengan Thalcon-OF.

31
32
 Hemofilia adalah kelainan genetik pada darah yang disebabkan adanya
kekurangan faktor pembekuan darah.
 Hemofilia A timbul jika ada kelainan pada gen yang menyebabkan
kurangnya faktor pembekuan VIII (FVII).
 Hemofilia B disebabkan kurangnya faktor pembekuan IX (FIX). Hemofilia
A dan B tidak dapat dibedakan karena mempunyai tampilan klinis yang
mirip dan pola pewarisan gen yang serupa.
 Hemofilia adalah salah satu penyakit genetik tertua yang pernah dicatat

33
 Kelainan fisik tergantung dari perdarahan yang sedang terjadi yang dapat
berupa hematom di kepala atau ekstremitas, dan juga sering dijumpai
hemartrosis , yang didaerah hematom akan ada perasaan nyeri. Perdarahan
interstitial akan menyebabkan atrofi otot. pergerakan akan terganggu, dan
kadang-kadang menyebabkan neuriotis perifer.
 Perdarahan dapat terjadi semenjak lahir atau neonatus.
 Gejala lain yang sering timbul diantaranya mudah memar, perdarahan
intramuskular, dan hemartrosis.
 Gangguan yang mengancam jiwa terjadi bila perdarahan terjadi di organ
yang vital seperti sistem saraf,sistem pernafasan, dan sistem pencernaan

34
35
36
Pemeriksaan hematologis
 Pemeriksaan yang dilakukan untuk pasien yang dicurigai hemofili

diantaranya :
1. Jumlah trombosit normal
2. Waktu perdarahan normal
3. Waktu pembekuan normal
4. Prothrombin time
5. Thrombin time
6. Pemeriksaan spesifik untuk faktor VII, IX, XI

Diagnosis pasti hemofilia atas dasar pemeriksaan generasi tromboplastin.

37
 Terapi akibat perdarahan akut adalah pemberian F VIII. Sekarang sudah
ada F VIII yang dapat di berikan secara intra vena.
 Jika tidak mempunyai F VIII maka dapat diberikan kriopresipitat (plasma

yang didinginkan) atau diberikan transfusi darah segar.


 Menghindari obat-obatan yang dapat mengganggu fungsi trombosit seperti

aspirin dan ibuprofen.


Merawat pendarahan
 Episode perdarahan merupakan komplikasi yang tak terelakkan untuk

pasien dengan hemofilia A dan B, bahkan untuk pasien dengan bentuk


ringan. Yang sering menjadi masalah mendasar adalah pendarahan yang
berkepanjangan, bukan pendarahan yang cepat, sehingga sering tidak
menjadi darurat medis.

38
39

Anda mungkin juga menyukai