Anda di halaman 1dari 33

ALERGI OBAT

Pertemuan 10
Apt. Raisa fadilla., S.farm., m.farm.
ALERGI OBAT
DEFINISI :

Respon abnormal seseorang terhadap


bahan obat atau metabolitnya melalui
reaksi imunologi ( hipersensitivitas)
yang terjadi selama atau setelah pemakaian
obat.
Adverse Drug Reaction (ADR)

Alergi obat masuk kedalam penggolongan


(adverse drug reaction), yang meliputi :
✘toksisitas
✘efek samping
✘idiosinkrasi
✘intoleransi
DEFINISI
Toksisitas obat adalah efek obat berhubungan
dengan kelebihan dosis

Efek samping obat adalah efek obat selain  khasiat


utama yang timbul karena sifat farmakologi obat
atau interaksi dengan obat lain dalam dosis terapi
Idiosinkrasi adalah reaksi obat yang tidak lazim, yang tidak
diharapkan dengan penyebab yang tidak diketahui dan relatif
jarang terjadi.
Intoleransi adalah reaksi terhadap obat bukan karena sifat
farmakologi, timbul karena proses non imunologi.
ADVERSE DRUG REACTION
Dapat diperkirakan : Intoksikasi
Efek samping
Interaksi obat

Tidak Dapat diperkirakan : Alergi


Intoleransi
Idiosinkrasi
Alergi Obat
Reaksi sistem pertahanan tubuh yang berlebihan
terhadap obat
Terjadi karena Rx imunologik
• Tidak dapat diperkirakan sebelumnya
• Tidak tergantung dosis
• Terjadi pada sebagian kecil penderita
• Rx dari ringan (eritema) s/d paling berat
(Anaphylactic Shock)
FAKTOR RESIKO
✘ Jenis kelamin: wanita > pria
✘ Imunitas:  sistem imun, AIDS ↑ resiko alergi obat
sulfametoksazol 10-50x
✘ Usia: anak-anak dan dewasa. Umur tua onset lambat, mortalitas
tinggi
✘ Dosis: semakin sering digunakan resiko timbul>>
✘ Infeksi & keganasan: mortalitas tinggi, reaktivitas infeksi
ditemukan pada sindrom hipersensitivitas obat
8
PENGELOMPOKKAN
ALERGIWAKTU

9
Sifat-sifat Rx alergi :

✘ Terdapat tenggang waktu antara kontak pertama


dengan timbul efek
✘ Dapat terjadi pada kontak ulangan walau dosis
kecil
✘ Rx dapat hilang bila obat dihentikan
✘ Gejala yang terjadi ditandai sebagai Rx imunologik
(Rash, serum sickness, anafilaksis, asma, utikaria,
angioedema)
Mekanisme terjadinya alergi
Tipe Reaksi Jenis reaksi Obat

I IgE-dependent reactions Urtikaria, NSAID, penisilin,


angioedema,
anafilaksis, hay fever

II Cytotoxic reactions, Ig G Hemolisis, purpura Penisilin, sefalosporin, sulfonamid,


rifampisin
III Immune complex reactions Vasculitis, serum Quinidin, salisilat, chlorpromazine,
sickness sulfonamid
IV Delayed-type reaction/ Dermatitis contact, Mekanisme tersering
Cell mediated reaksi Banyak obat (topikal & sistemik)
hypersensitivity exanthematous,
reaksi photoallergic
Reaksi Hipersensitivitas Tipe 1
ALLERGEN IgE MAST CELL Mediator
SYNTHESIS DEGRANUL LOCAL ANAPHYLAXIS

ALLERGIC
RHINITS
ASTHMA
ATOPIC.ECZEMA
URTICARIA
FOOD ALLERGY
Tipe II (Citotoxic)
Interaksi antara antibodi IgG, IgM atau IgA dalam
sirkulasi dengan obat, membentuk kompleks
yang akan menyebabkan sel lisis, misalnya :
Trombositopenia karena kinidin, kina, digitoksin
dan rifampisin
Anemia hemolitik karena pemberian penisilin,
sefalosporin, rifampisin, kinin dan kinidin
Tipe III (immune complex, mediated)
Interaksi antara antibodi IgG dengan antigen dalam
sirkulasi, komplek yang terbentuk melekat pada jaringan
dan menyebabkan kerusakan endotel kapiler.

Manifestasi berupa : demam, artritis, urtikaria dan ruam


Rx ini dikenal dengan serum sickness, karena umumnya
muncul setelah penyuntikan serum asing (ex: ATS)
Tipe IV (delayed cell mediated-Tcell
mediated cytolysis)
Rx dengan media sel, yaitu sensitisasi limposit T
oleh komplek antigen-hapten-protein yang baru
menimbulkan Rx setelah kontak dengan suatu
antigen yang menyebabkan inflamasi.
Misal :
Dermatitis kontak yang disebabkan salep anestesi
lokal atau antibiotik .
Etiologi

Alergi obat yang terbanyak melalui tipe I dan tipe IV.


Penyebab alergi terbanyak adalah golongan penisilin,
sulfa, salisilat, dan pirazolon.
asam mefenamat, luminal, fenotiazin, fenergan, dilantin,
tridion. dll
Alergi obat tergantung dari berat molekul. Obat dengan BM kecil
tidak dapat langsung merangsang sistem imun bila tidak bergabung
dengan bahan lain untuk menimbulkan alergi, yang disebut sebagai
hapten.

Sebagian kecil obat mempunyai BM besar seperti insulin, antisera,


bersifat sangat imunogenik dapat langsung merangsang sistem imun
tubuh.
GEJALA KLINIS
✘ Gejala klinis alergi obat sangat bervariasi dan tidak
spesifik . Satu macam obat dapat menimbulkan berbagai
gejala pada seseorang, dan berbeda dengan orang lain, dari
ringan sampai berat.
✘ Erupsi kulit merupakan gejala klinis yang paling
sering,dapat berupa gatal, urtika, purpura, dermatitis kontak,
reaksi fotosensifitas, dermatitis eksfoliatif, dan Sindroma
Steven Johnson.
Urtikaria
Dermatitis medikamentosa
Sindroma Steven Johnson
Anafilaksis
merupakan reaksi alergi sistemik yang berat, dapat
menyebabkan kematian, terjadi secara tiba-tiba
sesudah terpapar oleh alergen atau pencetus lainnya
FAKTOR
PREDISPOSISI

23
The causes of anaphylaxis
35

30
P e r c e n t o f C a se s

25

20

15

10

0
Food Drug/Bio Sting Allergen Exercise Idiopathic

Golden DBK, Patterns of anaphylaxis: Acute & late phase features of allergic reactions. In Anaphylaxis.
Novartis foundation 2004: 103
Onset time of reaction in insect venom anaphylaxis. (from
Lockey et al 1988, with permission)
60

50

40

30

20

10

0
0-10 11-20 21-40 41-60 61-120 >120
Onset of Reaction (minutes)

Golden DBK, Patterns of anaphylaxis: Acute & late phase features of allergic reactions. In Anaphylaxis.
Novartis foundation 2004: 105
Gejala & Tanda Anafilaksis Berdasarkan Organ
Sasaran
Sistem Gejala dan Tanda

Umum Lesu, lemah, rasa tak enak yang sukar dilukiskan,


Prodromal rasa tak enak di dada & perut, rasa gatal di hidung
& palatum
Pernapasan
- Hidung Hidung gatal, bersin, & tersumbat
- Larings Rasa tercekik, suara serak, sesak napas, stridor,
edema, spasme
- Lidah Edema
- Bronkus Batuk, sesak, mengi, spasme

Kardiovaskular Pingsan, sinkop, palpitasi, takikardia, hipotensi


sampai syok, aritmia. Kelainan EKG : gelombang T
datar, terbalik, atau tanda infark miokard

Gastrointestinal Disfagia, mual, muntah, kolik, diare yang kadang


disertai darah, peristaltik usus meninggi

Kulit Urtika, angioedema di bibir, muka atau ekstremitas

Mata Gatal, lakrimasi

Susunan saraf pusat Gelisah, kejang


PENATALAKSANAAN
 penghentian obat yang dicurigai
 mengatasi gejala klinis yang timbul.
✗ Antihistamin
✗ Kortikosteroid topikal
Sebelum Memberikan Obat
1. Apakah indikasi memberikan obat
2. Adakah riwayat alergi obat sebelumnya
3. Apakah pasien mempunyai risiko alergi obat
4. Apakah obat perlu diuji kulit dulu
5. Adakah pengobatan pencegahan untuk
mengurangi reaksi alergi
Selama Pemberian Obat
 Metode pemberian obat
 Peralatan emergensi dan obat harus tersedia dan
siap pakai
 Lakukan tes dosis provokatif atau desensitisasi
jika tesedia
Setelah Pemberian Obat
 Kenali tanda-tanda awal reaksi alergi
 Atasi segera symptom yang timbul akibat alergi
obat
✘ diberi surat keterangan
✘ Catat Alergi obat dalam rekam medic penderita
✘ A medic alert bracelet or necklace
Strategi

 Bila mungkin obat diberikan secara oral


 Sesudah memberikan suntikan pasien
harus selalu diobservasi
 Beritahu pasien kemungkinan reaksi
yang terjadi
 Sediakan obat/alat untuk mengatasi
keadaan darurat
REFERENSI
1.Farmakologi dan terapi FKUI
2.Goodman & Gilman’s :
The pharmacological Basis of Therapeutics
3.Farmakologi klinik dan Farmakoterapi
FK UGM
THANKS!
Any questions?

33

Anda mungkin juga menyukai