Anda di halaman 1dari 12

DESIMINASI PROGRAM USAID MADANI

TATA KELOLA
PEMERINTAHAN
KALOBORATIF DALAM HAL
PELAYANAN PUBLIK,
KONSEP AKADEMISI
Dr. H. KAMARUDDIN HASAN, M.Pd
Tata Kelola Pemerintahan
Kolaboratif
NEW PUBLIK SERVICE
Paradigma New Public Service (NPS) sebagai
kajian ilmu administrasi publik modern saat ini,
menempatkan isu kinerja pelayanan organisasi
publik sebagai isu utama yang menarik untuk
dijadikan diskursus. Pergeseran paradigma dari
New Public Management (NPM) yang orientasinya
kepada kepuasan pelanggan kepada paradigma
New Public Service (NPS) yang lebih menekankan
pada aspek kualitas pelayanan publik dengan
mengutamakan hasil akhir (outcome) yang
berguna bagi masyarakat, kualitas dan nilai,
produk dan keterikatan terhadap norma.
Tata Kelola Pemerintahan Kolaboratif
NEW PUBLIK SERVICE

Relevansi teoritiknya adalah bahwa


administrator publik modern harus
mampu berperan aktif membangun
paham kolektif tentang kepentingan
publik. Tujuannya bukan untuk
menemukan solusi yang cepat atas dasar
pilihan seseorang, akan tetapi untuk
membangun kreasi lahirnya kepentingan
dan tanggung jawab bersama.
Tata Kelola Pemerintahan Kolaboratif
Denhardt (2003:12)

Pemerintah yang efektif adalah pemerintah yang memfokuskan diri pada responsibilitas
untuk melayani dan memberdayakan warganya. Semakin pentingnya aparat pemerintah
mendaya gunakan kepemimpinan berbasis nilai bersama dalam membantu warganya untuk
mengartikulasikan dan menemukan kepentingan bersama dari pada berusaha mengendalikan
atau mengarahkan masyarakat kearah yang baru
Tata Kelola Pemerintahan
Kolaboratif
Kim, 2010:112
Kolaborasi diambil dari kata co dan labor, yang
diartikan sebagai penggabungan tenaga untuk
mencapai tujuan bersama, kata kolaborasi seringkali
digunakan untuk pekerjaan yang bersifat lintas
batas, lintas sektor, lintas hubungan.  Kolaborasi
merujuk pada proses pengambilan kepu­tus­an
bersama sehingga kolaborasi diartikan sebagai
kerjasama antar organisasi untuk men­da­pat­kan
keuntungan bersama
Tata Kelola Pemerintahan
Kolaboratif
Pemerintahan kolaboratif adalah sebuah
pengaturan yang me­ngatur satu atau lebih
lembaga publik secara langsung terlibat
dengan pe­mangku kepentingan non publik
dalam proses pengambilan keputusan
kolektif bersifat formal, berorientasi
konsensus, dan musyawarah yang bertujuan
untuk membuat atau mengim­plemen­tasikan
kebijakan publik atau mengelola program
Ansell dan Gash (2007:544), atau aset publik
TATA KELOLA PEMERINTAHAN KALOBORATIF DALAM HAL
PELAYANAN PUBLIK, KONSEP AKADEMISI
Keterlibatan pihak perguruan tinggi dalam
setiap pengambilan keputusan kebijakan
publik, dapat mendorong lahirnya
pemerintahan profesional. Diharapkan guru
besar serta universitas dapat berkolaborasi
bersama pemerintah, dalam
mengembangkan kebijakan publik yang
adaptif dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, guna menjawab
berbagai macam tantangan dan
permasalahan kedepan.
TATA KELOLA PEMERINTAHAN KALOBORATIF DALAM HAL
PELAYANAN PUBLIK, KONSEP AKADEMISI

Akademisi dilibatkan secara aktif untuk


bersama-sama pemerintah melakukan
identifikasi, mengkaji, bahkan melahirkan
kebijakan publik yang berdampak
langsung bagi masyarakat. “Kerangka
kinerja pemerintah harus ditopang oleh
kolaborasi yang sinergis antara pemerintah
dengan masyarakat melalui open
government
Perguruan Tinggi dapat diposisikan sebagai
'lading' inovasi, kreativitas, dan terobosan bagi
lahirnya inovasi kebijakan publik yang melayani
masyarakat, mudah, cepat, adaptif, dengan
kemajuan teknologi dan tetap berkarakter kearifan
daerah
Terdapat beberapa peran yang dapat dilaksanakan perguruan
tinggi, seperti menjembatani lahirnya komunikasi kebijakan
publik melalui survei dan riset yang langsung bersentuhan
dengan masyarakat serta langsung memberi solusi untuk
masalah sosial. Selain itu melalui universitas, transfer of
knowledge kebijakan publik selalu berkembang hingga
menemukan formula yang tepat diterapkan di tengah
masyarakat sesuai karakter wilayah masing-masing.
Universitas merupakan barometer pengembangan SDM
Indonesia, dengan melahirkan banyak akademisi dan
praktisi yang memiliki latar belakang keahlian,
spesialisasi, dan kapasitas profesional. Hal tersebut
menandakan bahwa universitas merupakan 'lumbung
produksi' kebijakan publik yang menentukan masa
depan bangsa melalui persebaran tenaga profesional.
Dr. H. Kamaruddin Hasan, M.Pd
Ketua STIA Al Gazali Barru

Ketika Para Amatir Hanya


Bisa Berharap, Para
Profesional Mampu
Mewujudkannya

Damai, Tenang, Mencerahkan

Anda mungkin juga menyukai