obstetri
Sarma Lumbanraja
RSUP H. Adam Malik Medan / RS Universitas Sumatera Utara
Departemen Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2021
DEFINISI
Kegawatdaruratan Obstetri →
Kondisi kesehatan yang mengancam jiwa yang
terjadi selama kehamilan atau saat persalinan
atau setelah persalinan dan kelahiran
▸ Sangat luas
▸ Terbatas pada bahasan mengenai penyumbang
terbanyak kematian Ibu
2
TARGET, PENYEBAB, DAN TEMPAT KEMATIAN IBU
3
TARGET, PENYEBAB, DAN TEMPAT KEMATIAN IBU
4
1.
pREEKLAMPSIA
5
DEFINISI
▸ Hipertensi →
TD → sekurangnya 140 mmHg sistolik atau 90 mmHg diastolik pada 2 kali
pemeriksaan
▸ Preeklampsia dengan gejala pemberat →
- Absolut → TD: 160/110 mmHg + proteinuria (>3 g/24 jam)
- Atau Hipertensi + Disfungsi Endotel → HELLP, Gagal Ginjal, Edema Paru, Buta
Kortikal, PJT, Nyeri kepala menetap
Pengukuran TD →
▸ Pasien tenang
▸ Tensi
▸ Posisi duduk, manset sesuai level jantung
▸ Bunyi korotkof V pada pengukuran tekanan distolik
6
Kriteria diagnosis preeklampsia
7
Kriteria diagnosis preeklampsia
8
Klasifikasi dari kelainan hipertensi dalam kehamilan
(Report of the ACOG Task Force on Hypertension in Pregnancy)
Obstetrics & Gynecology, Vol. 122, No. 5, November 2013
4 KATEGORI
▸ Preeklamsia – eklamsia ( peningkatan tekanan darah setelah 20 minggu
dengan proteinuria atau salah satu tanda – tanda perburukan yang tertera di
slide berikutnya)
▸ Hipertensi kronis (penyebabnya terjadi sebelum kehamilan)
▸ Hipertensi kronis dengan superimposed preeklamsia (hipertensi kronis yang
dihubungkan dengan preeklamsia)
▸ Hipertensi gestasional (peningkatan tekanan darah setelah 20 minggu
kehamilan tanpa disertai protenuria atau pun tanda-tanda perburukan dari
preeklamsia)
9
Preeklampsia dengan tanda – tanda perburukan
Salah satu dari penemuan di bawah
▸ Hipertensi → sistolik >160 atau diastolik >110 pada dua kali pengukuran setidaknya
dengan jarak pengukuran 4 jam sementara pasien bed rest (kecuali terapi
antihipertensi sudah diminum sebelum memulai pengukuran)
▸ Thrombositopenia (trombosit <100,000)
▸ Kerusakan fungsi liver (kenaikan transaminase dari liver dalam darah dua kali dari
konsentrasi normal), persistensi berat dari RUQ atau nyeri epigastrik yang tidak respon
pada pengobatan dan tidak dimasukkan pada diagnosa alternatif, atau keduanya
▸ Perkembangan baru dari insufisiensi renal (kenaikan serum kreatinin lebih besar dari
1.1 mg/dl, atau kenaikan dua kali lipat dari serum kreatinin pada kondisi tanpa
penyakit ginjal)
▸ Edema paru
▸ Onset baru dari gangguan penglihatan dan serebral
ACOG Task Force HTN Pregnancy Nov 2013
10
Proteinuria
▸ Didefinisikan sebagai ekskresi dari >300 mg protein pada pengumpulan kolektif urin 24
jam
▸ Sebagai alternatif, ekskresi waktu yang dapat menginterpretasikan urin 24 jam, atau
rasio protein/kreatinin paling tidak 0.3 (masing-masing dalam ukuran mg/dL)
▸ Metode Urin Dipstik tidak digunakan sebagai diagnostik kecuali pendekatan lain belum
tersedia, +1 dipertimbangkan sebagai titik potong untuk penegakan diagnosis dari
proteinuria
▸ Penegakan diagnosis dari preeklamsia berat tidak lagi tergantung oleh adanya
proteinuria, jangan menunda manajemen dari preeklamsia pada keadaan protenuria
negatif
▸ Proteinuria masif (>5 g) telah dihapuskan dari pertimbangan untuk menentukan
preeklamsia berat
11
Faktor risiko preeklampsia
FAKTOR RISIKO KRONIK DAN/ATAU PREKONSEPSI
1. Faktor risiko terkait pasangan 3. Riwayat penyakit sebelumnya
▸ Nulipara / primipara / kehamilan usia muda ▸ Hipertensi kronik dan penyakit ginjal
▸ Limited sperm exposure, inseminasi donor ▸ Obesitas, resistensi insulin, berat badan Lahir
dan donasi oosit Rendah
▸ Oral sex ▸ Diabetes gestasional, DM tipe I
▸ Resistensi Protein C, Defisiensi protein S
▸ Partner who fathered a preeclamptic
pregnancy in another women ▸ Sindrom antibodi antifosfolipid
2. Faktor risiko yang tidak terkait pasangan ▸ Hiperhomosisteinemia
▸ Riwayat preeklampsia di kehamilan ▸ Penyakit sel sabit, riwayat penyakit sel sabit pada
keluarga
sebelumnya
4. Faktor eksogen
▸ Usia, rentang interval kehamilan
▸ Merokok
▸ Riwayat keluarga
▸ Stress, gangguan psikososial terkait pekerjaan
Dekker, G; B, Sibai; “Primary, Secondary and Tertiary prevention” Lancet, ▸ Paparan DES saat kehamilan
2001 : 357 ; 209 12
Faktor risiko preeklampsia
FAKTOR RISIKO TERKAIT KEHAMILAN
1. Kehamilan gemelli
2. Anomali kongenital struktural
3. Hydrops fetalis
4. Anomali kromosom (trisomi 13, triploid)
5. Mola hidatidosa
6. Infeksi saluran kemih
Dekker, G; B, Sibai; “Primary, Secondary and Tertiary prevention” Lancet, 2001 : 357 ; 209
13
Faktor risiko preeklampsia
14
Faktor risiko preeklampsia
Chaemsaithong P, Sahota D, Poon L. First trimester preeclampsia screening and prediction. American Journal of Obstetrics and Gynecology. 2020.
15
Patofisiologi preeklampsia
Fisher SJ. Why is placentation abnormal in preeclampsia? American Journal of Obstetrics & Gynecology. 2015: s115.
Burton GJ, Redman CW, Roberts JM, et al. Pre-eclampsia: pathophysiology and clinical implications. BMJ. 2019; 366: 1-7.
16
Plasentasi abnormal
Normal → Segmen distal A. spiralis
berdilatasi untuk pada kehamilan
normal untuk mengurangi
kecepatan aliran darah masuk, dan
membawa darah ke central cavity
(CC) lobulus placenta
Patologis → Aliran darah memasuki
ruang inter-vili dengan kecepatan
tinggi 1-2m/s sehingga tidak terjadi
pertukaran oksigen yang sempurna
17
Sindrom preeklampsia
• Eklampsia
• HELLP Syndrome
• Stroke
• Pulmonary Edema
Komplikasi Sekunder
• Renal Failure
• Admission in ICU
• Caesarean section
• Placental abruption
• Severe PPH (>1000mL)
C K Rajamma, P Sridevi. Maternal and Perinatal Mortality and Morbidity in Hypertensive Disorder Complicating Pregnancy. Elsevier. Feb 2016; 3(11): 211-206p
19
Komplikasi preeklampsia
C K Rajamma, P Sridevi. Maternal and Perinatal Mortality and Morbidity in Hypertensive Disorder Complicating Pregnancy. Elsevier. Feb 2016; 3(11): 211-206p
20
DAMPAK
Jangka Panjang: Anak:
Jangka Pendek: Cerebral Palsy
Gagal Ginjal
HELLP, Kronik, DM tipe 2
CVD Penyakit Kardio Vaskular
Peny. Kardio
Edema pulmonum, Obesitas
Vaskular,
Eklamsia PCO
DM tipe 2 Teratozoospermia
21
“
Penatalaksanaan
UK <20 minggu dengan ANC
22
ANC (Antenatal Care)
23
JADWAL ANTENATAL CARE
Minimal 6 kali
dengan minimal 1
kali trimester 1, 2
kali trimester 2,
dan 3 kali
trimester 3
Timbang
Ukur Lingkar Lengan Atas
Tekanan Darah
Periksa Tinggi Rahim
Periksa Letak dan Denyut
Jantung Janin
Status dan Imunisasi Tetanus
Konseling
Skrining Dokter
WHO. Global Recommendations for Routine Antenatal Care. World Heal Organ [Internet]. 2018;10(1):1–10. Tersedia di:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/259947/WHO-RHR18.02eng.pdf;jsessionid=854322A336E0C697360A233CD18F48BC?sequence=1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Kesehatan Ibu DiFasilitas Kesehatan Dasar 25
Dan Rujukan. 2013;231–56.
Tablet tambah darah
Test Lab Hemoglobin (Hb)
26
Periksa Jalan lahir
Vitamin A
KB Pasca Persalinan
Konseling
Tatalaksana Kasus
27
Skrining preeklampsia pada uk <20 minggu
Kriteria Risiko Sedang Risiko
Tinggi
Anamnesis
Kehamilan dengan teknologi reproduksi berbantu; bayi tabung, obat induksi ovulasi
Umur ≥ 35 tahun
Nulipara
Pemeriksaan fisik
Proteinuria (urin celup > +1 pada 2 kali pemeriksaan berjarak 6 jam atau segera kuantitatif 300mg/24 jam)
28
Skrining preeklampsia pada uk <20 minggu
Kriteria Risiko Risiko Tinggi
Sedang
Anamnesis
Multipara dengan riwayat preeklampsia sebelumnya
Kehamilan multiple
Diabetes dalam kehamilan
Hipertensi kronik
Penyakit ginjal
Penyakit autoimun
Keguguran berulang (APS), riwayat IUFD
29
Skrining preeklampsia pada uk <20 minggu
30
Skrining preeklampsia pada uk <20 minggU
31
Pemeriksaan tambahan
32
Standar pelayanan anc
WHO. Global Recommendations for Routine Antenatal Care. World Heal Organ [Internet]. 2018;10(1):1–10. Tersedia di:
https://apps.who.int/iris/bitstream/handle/10665/259947/WHO-RHR18.02eng.pdf;jsessionid=854322A336E0C697360A233CD18F48BC?sequence=1
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Kesehatan Ibu DiFasilitas Kesehatan Dasar Dan Rujukan. 2013;231–56.
33
Penatalaksanaan uk>20 minggu
PRINSIP
▸ Cegah/atasi kejang (jelaskan cara pemberian
MgSO4)
▸ Pemberian anti-hipertensim (jelaskan pilihan obat
anti-hipertensi tetap Nifedipine yang pertama)
▸ Hati-hati pemberian cairan
▸ Melahirkan anak pada saat yang tepat
34
Mgso4 pada preeklampsia berat dan eclampsia (40 dan
20%)
Dosis awal: 4 g MgSO4 bolus selama 15 – 20 menit (20 cc
MgSO4 20%), jika MgSO4 20% tidak tersedia, maka ambil 10
cc MgSO4 40% + aquabidest 10cc (setara MgSO4 20%)
35
Magnesium sulfate
36
Anti-hipertensif
37
Regimen obat untuk pengobatan hipertensi berat pada
kehamilan
OBAT DOSIS ONSET DURASI EFEK SAMPING
Hydralazine 5–10 mg IV q 20 min 10–20 min 3–6 h Takikardia, nyeri kepala, flushing,
perburukan dari angina
Labetalol 20–40 mg IV q 10 min 1 mg/kg as 10–20 min 3–6 h Gatal pada kulit kepala, muntah, blokade
needed jantung
Nifedipine 10–20 mg PO q 20–30 min 10–15 min 4–5 h Nyeri kepala, takikardia, interaksi
sinergis dengan magnesium sulfate
Nicardipine 5–15 mg/h IV 5–10 min 1–4 h Takikardia, nyeri kepala, phlebitis
Sodium 0.25–5 μg/kg/min IV Immediate 1–2 min Nausea, muntah, otot berkedut,
nitroprusside intoksikasi thiosianate and sianida
Nitroglycerin 5–100 μg/min IV 2–5 min 3–5 min Nyeri kepala, methemoglobinemia,
tachyphylaxis
38
39
40
Jika pasien datang dengan inpartu ke faskes primer
41
Take home message
43
Pendarahan post partum
DEFINISI
▸ Perdarahan postpartum didefinisikan sebagai kehilangan
darah >500 ml dari saluran genital dalam 24 jam pertama
setelah persalinan
▸ Perdarahan yang terjadi bermanifestasi menimbulkan
gangguan hemodinamik
Chatrath V; Khetarpal R; Kaur H; Bala A; Magila M. Anesthetic Considerations and Management of Obstetric Hemorrhage. International Journal of Scientific Study. 2016; 4(5): 240-248.
44
5 langkah manajemen moh
Tatalaksana
penyebab
Evaluasi utama
respon pendarahan
Koreksi pengobatan
koagulopati
Restorasi
volume darah
Organisasi tim
multidisiplin
Chatrath V; Khetarpal R; Kaur H; Bala A; Magila M. Anesthetic Considerations and Management of Obstetric Hemorrhage. International Journal of Scientific Study. 2016; 4(5): 240-248.
45
Langkah – langkah tatalaksana
▸ Peringatan kepada layanan transfusi darah dan ▸ Akses intravena dengan dua kanula besar dan
hematologi memastikan ketersediaan darah, 2-4 ambil darah untuk pencocokan silang
unit
▸ Pasang kateter Foley untuk memantau urin
▸ Penilaian airway, breathing, & circulation sesuai output
pedoman advanced life support
▸ Pertimbangkan kanulasi arteri untuk gas darah
▸ Penilaian airway, breathing, & circulation sesuai arteri, monitor invasif TD dan sampel darah
pedoman advanced life support untuk evaluasi koagulasi
▸ Berikan O2 tekanan tinggi melalui masker ▸ Resusitasi cairan dengan kristaloid hangat hingga
dengan reservoir 2 L (Ringer laktat, salin normal) dengan infuser
▸ Miringkan kepala ke bawah untuk ↑ aliran balik cepat dan koloid hingga 1-2 L sampai darah
vena dan mempertahankan curah jantung masuk
Chatrath V; Khetarpal R; Kaur H; Bala A; Magila M. Anesthetic Considerations and Management of Obstetric Hemorrhage. International Journal of Scientific Study. 2016; 4(5): 240-248.
46
tatalaksana
INGAT 4T!
▸ Tonus
▸ Trauma
▸ Tissue
▸ Thrombin
47
etiologi
POST PARTUM HEMORRHAGE
48
Patofisiologi
Khan RU; Refaey HE. Pathophysiology of postpartum hemorrhage and third stage of labor. 2006. Available at:
file:///C:/Users/user/Desktop/New%20folder/276da4e7beb28d24ff3d759a768882954e5a.pdf
49
Koagulopati - trombin
Abnormalitas koagulopati baik
kongenital maupun yang didapat
menyebabkan PPH sekitar 3% dari
total kasus
Trauma
Penyebab traumatis perdarahan
postpartum primer (termasuk laserasi
obstetrik, uterus inversi, dan ruptur
uteri) terjadi pada 20% dari semua
kasus perdarahan postpartum primer
Khan RU; Refaey HE. Pathophysiology of postpartum hemorrhage and third stage of labor. 2006. Lier H, et al. Peripatrum Haemorrhage: haemostatic aspects of the new german PPH guideline.
Transfuse med hemother. 2018; 45: 127-135 50
Atonia uterus
DIAGNOSIS
▸ Palpasi langsung pada persalinan sesar
TATALAKSANA
(biasanya setelah penutupan insisi uterus)
atau pemeriksaan tidak langsung pada ▸ Penatalaksanaan aktif kala tiga meliputi
pemeriksaan bimanual setelah persalinan massase uterus dengan traksi kontinu pada
tali pusat
pervaginam menunjukkan uterus yang
lembek, lunak, dan pembesaran abnormal, ▸ Oksitosin dapat diberikan IV 10 sampai 40 unit
biasanya disertai perdarahan dari ostium per 1000 ml atau 10 unit intramuskular (IM)
servikalis ▸ Ergometrin (cek tekanan darah)
▸ Eksplorasi digital rongga rahim (jika ▸ Misoprostol 400 mcg (jika tersedia)
anestesi yang memadai tersedia), atau ▸ Kondom kateter
pencitraan ultrasonografi obstetri untuk
menunjukkan garis endometrium ekogenik
dapat digunakan
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK493238/
51
Atonia uterus
52
TATALAKSANA
53
TATALAKSANA
54
TATALAKSANA
Kondom Kateter
55
Ruptur uterus
ETIOLOGI
DEFINISI
▸ Ruptur uteri dapat terjadi sebagai
▸ Ruptur uteri adalah robekan pada akibat cedera atau anomali yang
rahim sehingga rongga uterus dan sudah ada sebelumnya, atau dapat
rongga peritoneum dapat menjadi komplikasi dalam
berhubungan persalinan dengan uterus yang
▸ Beberapa pendapat mengatakan sebelumnya tanpa parut
bahwa ruptur uteri adalah adalah ▸ Akhir-akhir ini, penyebab ruptur
robekan atau diskontinuitas dinding uteri yang paling sering adalah
rahim akibat dilampauinya daya terpisahnya jaringan parut akibat
regang miometrium seksio sesarea sebelumnya
56
Ruptur uterus
KLASIFIKASI
BERDASARKAN LOKASI
MENURUT DERAJAT ROBEKAN
▸ Korpus uteri, biasanya terjadi pada rahim yang
▸ Ruptur uteri komplit, bila robekan terjadi pada sudah pernah mengalami operasi, seperti
seluruh lapisan dinding uterus seksio sesarea klasik (korporal) atau
▸ Ruptur uteri inkomplit, bila robekan hanya miomektomi
sampai miometrium, disebut juga dehisensi. ▸ Segmen bawah rahim (SBR), biasanya pada
Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan partus sulit dan lama (tidak maju). SBR
eksplorasi dinding rongga uterus setelah janin tambah lama tambah regang dan tipis dan
dan plasenta lahir akhirnya terjadilah ruptur
▸ Ruptur uteri inkomplit, bila robekan hanya ▸ Servik uteri, biasanya terjadi pada waktu
sampai miometrium, disebut juga dehisensi. melakukan ekstraksi forcep atau versi dan
Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap
eksplorasi dinding rongga uterus setelah janin
dan plasenta lahir ▸ Kolpoporeksis-kolporeksis, robekan-robekan
diantara servik dan vagina
57
Ruptur uterus
58
Ruptur uterus
PEMERIKSAAN DALAM
▸ Pada ruptur uteri komplit:
DIAGNOSIS a. Perdarahan pervaginam disertai perdarahan intraabdomen
▸ Gambaran klinis ruptur uteri didahului oleh sehingga didapatkan cairan bebas dalam abdomen
gejala-gejala ruptur uteri yang membakat, yaitu b. Pada pemeriksaan pervaginal bagian bawah janin tidak
didahului his yang kuat dan terus menerus, teraba lagi atau teraba tinggi dalam jalan lahir, selain itu
kepala atau bagian terbawah janin dengan mudah dapat
rasa nyeri yang hebat di perut bagian bawah, didorong ke atas hal ini terjadi karena seringkali seluruh atau
nyeri waktu ditekan, gelisah, nadi dan sebagian janin masuk ke dalam rongga perut melalui robekan
pernapasa cepat, segmen bawah uterus pada uterus
tegang, nyeri apda perabaan lingkaran retraksi c. Dapat meraba robekan pada dinding rahim jika jari tangan
(Van Bandle Ring) meninggi sampai mendekati dapat melalui robekan tadi, maka dapat diraba omentum, usus
pusat, dan ligamentum rotunda menegang dan bagian janin d. Pada katerisassi didapat urin berdarah
59
Ruptur uterus
TATALAKSANA
PROGNOSIS
▸ Histerektomi, baik total maupun subtotal,
dilakukan jika: ▸ Harapan hidup bagi janin sangat buruk.
-
Angka mortalitas yang ditemukan dalam
Fungsi reproduksi ibu tidak diharapkan lagi
berbagai penelitian berkisar dari 50
- Kondisi buruk yang membahayakan ibu
hingga 70 persen
- Pada saat terjadinya ruptur uteri penderita
sangat kesakitan dan seperti ada robek dalam
▸ Tetapi jika janin masih hidup pada saat
perutnya terjadinya peristiwa tersebut, satu-
▸
satunya harapan untukmempertahankan
Repair uterus (histeorafi) yaitu tepi luka
dieksidir lalu dijahit sebaik baiknya nyawa janin adalah dengan persalinan
segera, yang paling sering dilakukan
▸ Konservatif, hanya dengan tamponade dan
pemberian antibiotik yang cukup
lewat laparotomi.
60
Ruptur perineum
DEFINISI
• Ruptur perineum merupakan laserasi atau robeknya perineum yang sering terjadi akibat
persalinan pervaginam maupun persalinan dengan tindakan
FAKTOR RESIKO
61
Ruptur perineum
62
Diagnosis Klinis
Derajat 1
• Laserasi superfisial pada mukosa vagina dengan atau tanpa mengenai kulit
perineum.
Derajat 2
• Laserasi pada mukosa vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak
melibatkan kerusakan otot sfingter ani.
Derajat 3
Derajat 4
• Laserasi mengenai perineum hingga otot sfingter ani dan mukosa rectum
63
Derajat robekan perineum
64
Ruptur perineum
DIAGNOSIS DERAJAT
▸ Inspeksi harus dilakukan dengan
pencahayaan dan analgesia yang
adekuat yang meliputi:
- inspeksi perineum dengan belahan
labial
- inspeksi vagina posterior distal
(kaudal)
- inspeksi untuk robekan derajat ketiga
di belakang “perineum yang utuh
65
Tatalaksana Komprehensif
TERAPI FARMAKOLOGIS
TERAPI NON-FARMAKOLOGIS
• Pada ruptur perineum tingkat 1, tidak perlu dilakukan penjahitan luka, kecuali
bila terjadi perdarahan.
• Pada ruptur perineum tingkat 2 dilakukan penjahitan luka
66
Prosedur penjahitan
67
Teknik penjahitan pada rupture perineum tingkat 2
68
Tatalaksana
69
70
Retensio plasenta
DEFINISI
▸ Retensi plasenta adalah tidak terlepas
plasenta dari implantasinya lebih dari MANUAL PLASENTA
30 menit setelah bayo lahir ▸ Setelah didiagnosis, plasenta
▸ Retensi plasenta setelah persalinan biasanya dilakukan tindakan manual
pervaginam, yang terjadi pada sekitar plasenta dari uterus
1-3% persalinan, merupakan
penyebab morbiditas obstetrik yang
relatif umum
https://www.dovepress.com/retained-placenta-after-vaginal-delivery-risk-factors-and-management-peer-reviewed-fulltext-article-IJWH
71
Inversio uterus
Inversio uterus mengacu kepada jatuhnya
fundus ke dalam rongg uterus
ETIOLOGI Diagnosis
▸ Spontan ▸ Secara klinis, palpasi, tidak
▸ Traksi tali pusat yang teraba fundus uteri
berlebihan ▸ Tampak massa keluar dari
▸ Peningkatan tekanan vagina dapat dengan atau
intraabdomen tanpa plasenta
https://www.dovepress.com/retained-placenta-after-vaginal-delivery-risk-factors-and-management-peer-reviewed-fulltext-article-IJWH
72
Inversio uterus
Tatalaksana
73
Inversio uterus
74
Inversio uterus
75
Kondisi yang berhubungan dengan pph
Rekomendasi penggunaan
anestesi antepartum
Ring L; Landau R. Postpartum hemorrhage: Anesthesia management. Seminarsin Perinatology. 2016; 43 : 35-43.
76
Parameter
• memprediksi morbiditas
Modified early pasien dan
obstetric warning direkomendasikan pada
system (MEOWS) semua pasien obstetri
Chatrath V; Khetarpal R; Kaur H; Bala A; Magila M. Anesthetic Considerations and Management of Obstetric Hemorrhage. International Journal of Scientific Study. 2016; 4(5): 240-248.
77
Thrombin
78
Take home message
1. Lakukan MAK3
2. Hati – hati pada kala IV
79
Terima Kasih
Ada
pertanyaan?
80