Postpartum Management
Lastri Mei Winarni
Minggu, 7 November 2021
Pendahuluan
Perdarahan pada kehamilan dan persalinan merupakan
penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia dengan
angka hampir 500.000 orang ibu / tahun
< 20 minggu > 20 minggu Kala I Kala II Kala III Kala IV < 24 jam > 24 jam
Perlukaan
Abortus
Plasenta jalan lahir, Atonia
imminens,
Plasenta previa, rupture uteri, Atonia uteri, Sisa
Abortus
previa, Solusio uteri, perlukaan perlukaan plasenta,
kehamilan, Ruptur uteri
Solusio plasenta, plasenta jalan lahir, jalan lahir, subinvolusi
KET,
plasenta rupture inkarserata, sisa sisa plasenta plasenta
Molahidatid
uteri plasenta plasenta
osa
adhesiva
Tahapan Manajemen
Penilaian awal dengan cepat (anamnesa dan pemeriksaan)
Diagnosis
Penatalaksanaan
Penilaian dengan cepat
Anamnesa : adakah kehamilan, berapa usia kehamilan, adakah nyeri abdomen, kapan HPHT,
kapan TP, berapa lama sudah berlangsung perdarahan, cepat atau lambat
Periksa : kandung kemih (penuh/kosong), vulva (adakah trauma, banyaknya perdarahan), vagina
(laserasi), serviks (laserasi), uterus (atonia, retensio atau sisa plasenta, ruptur)
Stabilkan kondisi Pasien
1. Hentikan perdarahan
2. Lakukan penilaian penyebab
perdarahan
3. Penatalaksanaan yang sesuai
(perdarahan kehamilan, perdarahan
persalinan, perdarahan postpartum)
Penatalaksanaan Perdarahan
Kehamilan
1. Abortus imminens Prinsip Penanganan
2. Abortus insipiens 1. Penilaian cepat
3. Abortus inkomplit 2. Pengganti cairan
4. Abortus komplit 3. Obat-obatan
5. KET 4. Tata laksana khusus
6. Molahidatidosa
7. Plasenta previa
8. Solusio plasenta
Tata laksana khusus
ABORTUS INSIPIENS / ABORTUS INKOMPLIT /
ABORTUS IMMINENS
MISSED ABORTION
1. Pertahankan kehamilan. 1. Lakukan konseling untuk menjelaskan
2. Tidak perlu pengobatan khusus. kemungkinan risiko dan rasa tidak nyaman
selama tindakan evakuasi, serta memberikan
3. Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau
hubungan seksual.
informasi mengenai kontrasepsi
pascakeguguran
4. Jika perdarahan berhenti, pantau kondisi ibu selanjutnya
pada pemeriksaan antenatal termasuk pemantauan kadar 2. Kolaborasi dengan dr.Sp.Og dan Rujuk ke
Hb dan kolaborasi dengan dr.Sp.OG untuk USG panggul RS
serial setiap 4 minggu.
5. Lakukan penilaian ulang bila perdarahan terjadi lagi. 3. Pemantauan pasca Tindakan
6. Jika perdarahan tidak berhenti, nilai kondisi janin 4. Pemeriksaan jaringan
dengan USG. Nilai kemungkinan adanya penyebab lain.
5. Cek kadar haemoglobin
Tata Laksana Khusus
KET MOLAHIDATIDOSA
1. Restorasi cairan tubuh dengan cairan 1. Tidak boleh ditata laksana pada faskes
kristaloid NaCl 0,9% atau RingerLaktat layanan dasar
(500 mL dalam 15 menit pertama) atau 2 L
dalam 2 jam pertama. 2. Siapkan rujukan
3. Terapi cairan dan oksigenasi
2. Segera rujuk ibu ke rumah sakit 4. Cek kondisi ibu dan janin
Tata Laksana Khusus
PLASENTA PREVIA SOLUSIO PLASENTA
1. Terapi konservatif jika (kehamilan preterm 1. Tidak boleh ditata laksana pada faskes
dengan perdarahan sedikit yang kemudian layanan dasar
berhenti dengan atau tanpa pengobatan
tokolitik, Belum ada tanda inpartu, 2. Siapkan rujukan
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb 3. Terapi cairan dan oksigenasi
dalam batas normal), Janin masih hidup
dan kondisi janin baik) 4. Cek kondisi ibu dan janin
Tidak
Ya
Bekerja secara cepat dan menghasilkan Harus dikombinasikan dengan Ergometrin agar segera
kontraksi yang adekuat menghasilkan kontraksi uterus yang kuat dan dapat
bertahan lama (Oksitosin cepat dimetabolisme oleh
hati, waktu paruhnya 2 menit)
Sediaannya cukup banyak dan dapat diberikan Efek samping merugikan, mis. peningkatan tekanan
melalui berbagai cara (tergantung indikasi darah (penggunaan pada kasus hipertensi/kelainan
penggunaan) jantung harus berhati-hati), pusing atau sefalgia,
mual/muntah dan dapat menurunkan produksi ASI.
Harga relatif murah Dapat menimbulkan lingkaran konstriksi atau
Masa kerja cukup lama jepitan pada OUI meningkatkan kejadian plasenta
inkarserata
Pemberian secara oral tidak menghasilkan efek yang
segera, sehingga tidak dapat digunakan pada kasus
gawat darurat akibat gangguan kontraksi uterus
(Perlu dosis ulangan bila diharapkan efektif selama
24 jam)
Rangsangan Putting susu / IMD
Rangsangan puting susu secara reflektoris akan
menyebabkan dikeluarkannya oksitosin oleh
kelenjar hipofise yang akan menambah
kontraksi uterus
5. Ikat dengan tali dekat dengan mulut 11. Observasi perdarahan.Jika berkurang, hentikan
kondom. pengembangan kondom lebih lanjut.
12. Ujung luar kondom dilipat dan diikat dengan
6. Pertahankan buli dalam keadaan kosong tali.
dengan kateter Foley.
13. Kontraksi uterus dipertahankan dengan drip
7. Masukkan kondom yang sudah terikat oksitosin sampai setidaknya 6 jam setelah
dengan kateter ke dalam rongga uterus. prosedur
Prinsip Rujukan
1. BAKSOKUDA
2. Sijariemas
3. Komunikasi dengan pasien dan keluarga (jejaring
FOPKIA)
4. Fasilitas yang dituju dapat menangani kasus yang
dialami oleh pasien
5. Rujukan dilakukan setelah upaya stabilisasi pasien
6. Bidan yang mendampingi harus memiliki life
saving skill
7. Bidan perlu memiliki kompetensi dan kemampuan
untuk transfer kasus kepada petugas selanjutnya