Anda di halaman 1dari 15

Asuransi

Oleh : Fitri Faa’izah, S.EI,MH


DEFINISI
Bahasa Belanda Assurantie

Hukum Belanda Verzekering yang artinya pertanggungan

C. Arthur Asuransi adalah perlindungan terhadap resiko finansial oleh penanggung terhadap tertanggung
Williams Jr
UU RI Nomor 2 Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak
Tahun 1992 penanggung mengikatkan diri terhadap tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk
memberikan pergantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan
peruntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin
diderita tertanggung yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti/untuk memberikan satu
pembayaran yg didasarkan atas meninggal/hidupnya seseorang yang dipertanggungkan
UU RI No 40 Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang
Tahun 2014 polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan
Tentang untuk:
Perasuransian a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena
terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau
pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang
besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan
asuransi syariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam
rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna saling menolong dan
melindungi dengan cara:
c. memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian,
kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum
kepada pihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya
KESIMPULAN DEFINISI
Asuransi adalah jasa keuangan yang pola kerjanya menghimpun dana masyarakat
melalui pengumpulan premi asuransi, dan memberikan perlindungan kepada
anggota masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya
kerugian, karena suatu peristiwa yang tidak pasti/ terhadap hidup mati seseorang.

Dalam
2 Pihak
Asuransi
Penanggung Tertanggung

Berwujud
lembaga/ Pemakai jasa
Perusahaan asuransi
Asuransi
Macam2
Asuransi

Asuransi Asuransi
Kerugian Jiwa
Berhubungan dengan resiko2 selain Berhubungan dengan kerugian2
terkait dengan jiwa seseorang, seperti ekonomi/ keuangan sebagai akibat
asuransi kebakaran, dan kecelakaan hilangnya jiwa/ karena usia lanjut
(pertanggungan asuransi ini adalah
benda/barang yang dapat dinilai
dengan uang)
MACAM2 ASURANSI
Asuransi • Maksudnya adalah beberapa orang memberikan iuran tertentu yang
Timbal Balik dikumpulkan dengan maksud meringankan/melepaskan beban seseorang
dari mereka saat mendapat kecelakaan. Jika uang yang dikumpulkan
tersebut telah habis, dipungut lagi iuran yang baru untuk persiapan
selanjutnya, dst…
Asuransi • Beberapa manusia yang senasib bermufakat dalam mengadakan
Dagang pertanggungjawaban bersama untuk memikul kerugian yang menimpa
salah satu anggota mereka
Asuransi Jiwa • Asuransi yang bertujuan menanggung orang terhadap kerugian finansial
yang tidak terduga yang disebabkan oleh seseorang meninggal terlalu
cepat (menanggung biaya hidup org2 yg ditinggalkan) atau hidupnya
terlalu panjang (memenuhi keperluan hidupnya/keluarganya)
Asuransi • Bertujuan mengganti kerugian karena kebakaran. Pola kerjanya
Kebakaran pemegang polis membayar premi, sedangkan pihak asuransi akan
menjamin risiko yang terjadi karena terjadinya kebakaran.
Asuransi atas • Asuransi di mana dengan sebab2 tertentu mengakibatkan kerusakan pada
Bahaya yang tubuh seseorang, seperti rusaknya mata, patah tangan dan kaki. Banyak
menimpa dilakukan buruh2 industri yang menghadapi berbagai macam-macam
Anggota kecelakaan dalam melaksanakan tugasnya
Tubuh
Asuransi • Asuransi terhadap benda2 penting dan berharga, seperti kendaraan,
terhadap rumah, perhiasan, dan alat2 perusahaan.
Pertanggunga
Pendapat Ulama Tentang Asuransi
1. Mengharamkan Asuransi 2. Membolehkan semua asuransi dalam praktiknya
dalam segala macam dan dewasa ini
bentuknya, termasuk asuransi
jiwa
Sayyid Sabiq, Abdullah al-Qalqili, Abdul Wahab Kalaf, Mustafa Ahmad Zarqa, Muhammad
Muhammad Yusuf al-Qardhawi, Yusuf Musa, dll.
Muhammad Bakhit al-Muth’i
• Asuransi hakikatnya sama • Tidak ada nash Al-Qur’an maupun nash al-Hadis yang
dengan judi melarang asuransi
• Mengandung unsur tidak jelas • Kedua pihak yang berjanji dengan penuh kerelaan
dan tidak pasti menerima operasi ini dilakukan dilakukan dengan
• Mengandung unsur riba/rente memikul tanggung jawab masing2
• Mengandung unsur eksploitasi • Asuransi tidak merugikan salah satu/kedua belah pihak
karena apabila pemegang polis dan bahkan menguntungkan kedua belah pihak
tidak bisa melanjutkan • Asuransi mengandung kepentingan umum, sebab premi2
pembayaran preminya, bisa yg terkumpul dapat diinvestasikan (disalurkan kembali
hilang/dikurangi premi yang untuk dijadikan modal) untuk proyek2 yg produktif dan
ada untuk pembangunan
• Premi2 yang dibayarkan • Asuransi termasuk akad mudharabah, kerjasama bagi
diputar dalam praktik riba hasil antara pemegang polis dan perusahaan asuransi
(dibungakan) yang mengatur modal atas dasar bagi hasil
• Hidup dan matinya manusi • Termasuk syirkah ta’awuniyah
dijadikan objek bisnis, yang • Dilakukan untuk kemaslahatan umum dan kepentingan
3. Membolehkan Asuransi yang 4. Menganggap asuransi bersifat
bersifat sosial dan mengharamkan syubhat karena tidak ada dalil-dalil
asuransi yang bersifat komersial syar’I yang secara jelas
semata mengharamkan ataupun secara
jelas menghalalkannya.
Muhammad Abu Zahrah (Guru besar
Hukum Islam Universitas Kairo)
Asuransi yang bersifat sosial (saling Apabila asuransi dihukumi syubhat,
tolong-menolong) adalah halal konsekuensinya adalah umat Islam
sebagai aktivitas alami yang perlu dituntut untuk berhati2 dalam
yang perlu diwujudkan menghadapi asuransi
keberadaannya. Karena lebih
memberi kemaslahatan umum.
Contoh asuransi sosial seperti
asuransi kesehatan dan asuransi
kecelakaan.
Asuransi dalam Islam
DEFINISI
Asuransi syariah ta’min, atau tadhamun
disebut
Berasal dari kata Perlindungan, keamanan, dan bebas dari rasa takut
amana
Husain Hamid Sikap ta’awun yang telah diatur dengan sistem yang sangat rapi
Hisan antara sejumlah besar manusia, dalam mengantisipasi suatu peristiwa.
(dengan demikian, asuransi adalah ta’awun yang terpuji yaitu saling
tolong menolong dalam berbuat kebaikan dan takwa, karena mereka
saling membantu antar sesama dan menghilangkan rasa khawatir
terhadap bahaya/malapetaka yg merugikan mereka
Musthapa Ahmad Sebuah sistem ta’wun dan tadhammun yang bertujuan untuk
Zarqa menghilangkan kerugian-kerugian peserta dari peristiwa2/musibah.
Istilah lain asuransi Takaful  berasal dari kata takafala-yatafakalu yang secara
etimologis berarti menjamin/saling menanggung
Takaful dalam pengertian muamalah adalah saling memikul risiko
antara sesama orang, sehingga antara satu dan lainnya menjadi
penanggung atas risiko-risiko yang tejadi
3 Prinsip asuransi a). Prinsip saling bertanggung jawab
b). Prinsip saling membantu dan bekerja sama
c). Prinsip saling melindungi
DALIL HUKUM FATWA TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI
SYARI’AH
• Pertama : Ketentuan Umum
• QS al-Maidah Ayat 2 : “…Dan tolong 1. Asuransi Syariah (Ta’min, Takaful atau Tadhamun)
menolonglah kamu dalam adalah usaha saling melindungi dan tolong-menolong
(mengerjakan) kebajikan dan takwa, di antara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam
dan jangan tolong menolong dalam bentuk aset dan / atau tabarru’ yang memberikan pola
berbuat dosa dan pelanggaran. Dan pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu
bertakwalah kamu kepada Allah, melalui akad (perikatan) yang sesuai dengan syariah.
sesungguhnya Allah amat berat siksa-
2. Akad yang sesuai dengan syariah yang dimaksud
Nya.”
pada point (1) adalah yang tidak mengandung gharar
• Hadis Riwayat Imam Muslim dari (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm
Abu Hurairah : “Orang yang (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan
melepaskan seorang muslim dari maksiat.
kesulitannya di dunia, Allah akan
3. Akad tijarah adalah semua bentuk akad yang
melepaskan kesulitannya di hari
dilakukan untuk tujuan komersial.
kiamat; dan Allah senantiasa menolong
hamba-hambanya selama dia (suka) 4. Akad tabarru’ adalah semua bentuk akad yang
menolong saudaranya.” dilakukan dengan tujuan kebajikan dan tolong-
menolong, bukan semata untuk tujuan komersial.
• Hadis Riwayat Imam Muslim dari
Nu’man bin Basyir : “Perumpaan 5. Premi adalah kewajiban peserta Asuransi untuk
orang yang beriman dalam kasih memberikan sejumlah dana kepada perusahaan
sayang, saling mengasihi dan mencintai asuransi sesuai dengan kesepakatan dalam akad.
bagaikan tubuh (yang satu); jikalau 6. Klaim adalah hak peserta Asuransi yang wajib
satu bagian menderita sakit, maka diberikan oleh perusahaan asuransi sesuai dengan
bagian yang lain akan menderita.” kesepakatan dalam akad.
• Kedua : Akad dalam Asuransi • Keempat : Ketentuan dalam Akad Tijarah & Tabarru’
1. Jenis akad tijarah dapat diubah menjadi jenis akad
1. Akad yang dilakukan antara peserta
tabarru‘ bila pihak yang tertahan haknya, dengan rela
dengan perusahaan terdiri atas akad
melepaskan haknya sehingga menggugurkan kewajiban
tijarah dan / atau akad tabarru'.
pihak yang belum menunaikan kewajibannya.
2. Akad tijarah yang dimaksud dalam ayat 2. Jenis akad tabarru' tidak dapat diubah menjadi jenis
(1) adalah mudharabah. Sedangkan akad tijarah.
akad tabarru’ adalah hibah. • Kelima : Jenis Asuransi dan Akadnya
3. Dalam akad, sekurang-kurangnya harus 1. Dipandang dari segi jenis asuransi itu terdiri atas
disebutkan : a. hak & kewajiban peserta asuransi kerugian dan asuransi jiwa.
dan perusahaan; b. cara dan waktu
2. Sedangkan akad bagi kedua jenis asuransi tersebut
pembayaran premi; c. jenis akad tijarah
adalah mudharabah dan hibah.
dan / atau akad tabarru’ serta syarat-syarat
• Keenam : Premi
yang disepakati, sesuai dengan jenis
asuransi yang diakadkan. 1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah
dan jenis akad tabarru'.
• Ketiga : Kedudukan Para Pihak dalam
2. Untuk menentukan besarnya premi perusahaan
Akad Tijarah & Tabarru’
asuransi syariah dapat menggunakan rujukan,
1. Dalam akad tijarah (mudharabah), misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan
perusahaan bertindak sebagai mudharib tabel morbidita untuk asuransi kesehatan, dengan
(pengelola) dan peserta bertindak sebagai syarat tidak memasukkan unsur riba dalam
shahibul mal (pemegang polis); penghitungannya.
2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta 3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah
memberikan hibah yang akan digunakan dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagi-
untuk menolong peserta lain yang terkena hasilkan kepada peserta.
musibah. Sedangkan perusahaan bertindak 4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru' dapat
sebagai pengelola dana hibah. diinvestasikan.
• Ketujuh : Klaim
• Kesepuluh : Pengelolaan
1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad
yang disepakati pada awal perjanjian. 1. Pengelolaan asuransi syariah
2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah, hanya boleh dilakukan oleh
sesuai dengan premi yang dibayarkan. suatu lembaga yang berfungsi
3. Klaim atas akad tijarah sepenuhnya sebagai pemegang amanah.
merupakan hak peserta, dan
2. Perusahaan Asuransi Syariah
merupakan kewajiban perusahaan
untuk memenuhinya. memperoleh bagi hasil dari
4. Klaim atas akad tabarru', pengelolaan dana yang
merupakan hak peserta dan terkumpul atas dasar akad
merupakan kewajiban perusahaan, tijarah (mudharabah).
sebatas yang disepakati dalam akad.
• Kedelapan : Investasi
3. Perusahaan Asuransi Syariah
1. Perusahaan selaku pemegang amanah
memperoleh ujrah (fee) dari
wajib melakukan investasi dari dana pengelolaan dana akad
yang terkumpul. tabarru’ (hibah).
2. Investasi wajib dilakukan sesuai • Kesebelas : Ketentuan
dengan syariah.
Tambahan
• Kesembilan : Reasuransi
Asuransi syariah hanya dapat melakukan
1. Implementasi dari fatwa ini
reasuransi kepada perusahaan reasuransi yang harus selalu dikonsultasikan
berlandaskan prinsip syari'ah. dan diawasi oleh DPS.
FATWA TENTANG ASURANSI HAJI
• Pertama : Ketentuan Umum
ASURANSI HAJI
1. Asuransi Haji yang tidak dibenarkan menurut syariah adalah asuransi yang
menggunakan sistem konvensional.
• bahwa perjalanan haji 2. Asuransi Haji yang dibenarkan menurut syariah adalah asuransi yang
mengandung risiko berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
berupa kecelakaan
atau kematian dan 3. Asuransi Haji yang berdasarkan prinsip syariah bersifat ta’awuni (tolong
untuk meringankan menolong) antar sesama jama’ah haji.
beban risiko tersebut 4. Akad asuransi haji adalah akad Tabarru’ (hibah) yang bertujuan untuk
perlu adanya asuransi; menolong sesama jama’ah haji yang terkena musibah. Akad dilakukan antara
• bahwa asuransi haji jama’ah haji sebagai pemberi tabarru’ dengan Asuransi Syariah yang bertindak
sudah termasuk dalam sebagai pengelola dana hibah.
komponen biaya • Kedua : Ketentuan Khusus
perjalanan ibadah haji
1. Menteri Agama bertindak sebagai pemegang polis induk dari seluruh jama’ah
(BPIH) yang dibayar
oleh calon jamaah haji dan bertanggung jawab atas pelaksanaan ibadah haji, sesuai dengan
haji melalui ketentuan yang berlaku.
Departemen Agama 2. Jama’ah haji berkewajiban membayar premi sebagai dana tabarru’ yang
RI; merupakan bagian dari komponen Biaya Perjalanan Ibadah Haji (BPIH).
• bahwa setiap calon 3. Premi asuransi haji yang diterima oleh asuransi syariah harus dipisahkan
jamaah haji dari premi-premi asuransi lainnya.
mengharapkan semua
4. Asuransi syariah dapat menginvestasikan dana tabarru’ sesuai dengan Fatwa
proses pelaksanaan
ibadah haji termasuk
DSN No. 21/DSN-MUI/X/2001 tentang Pedoman Umum Asuransi Syar’iah,
asuransinya sesuai dan hasil investasi ditambahkan ke dalam dana tabarru’.
dengan syariah agar 5. Asuransi Syariah berhak memperoleh ujrah (fee) atas pengelolaan dana tabarru’
mendapatkan haji yang besarnya ditentukan sesuai dengan prinsip adil dan wajar.
mabrur; 6. Asuransi Syariah berkewajiban membayar klaim kepada jama’ah haji sebagai
peserta asuransi berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian.
Landasan Hukum Asuransi Syariah
a. Perintah Allah mempersiapkan hari depan (QS
Al-Hasyr : 18 dan QS Yusuf : 47-49)
b. Saling menolong dan kerjasama (QS Al-Maidah :
2 dan QS Al-Baqarah : 185)
c. Saling melindungi dalam keadaan susah (QS Al-
Quraisy : 4 dan QS Al-Baqarah : 126)
d. Bertawakkal dan optimis dalam berusaha (QS
At-Thaghabun : 11 dan QS Al-Lukman : 34)
e. Perbuatan Mulia (QS Al-Baqarah : 34)

Anda mungkin juga menyukai