Anda di halaman 1dari 37

HUKUM KEPAILITAN

MATERI POKOK

I. PENDAHULUAN
a. Filosofis lahirnya hukum kepailitan
b. Syarat-syarat permohonan penyataan pailit

II. KEPAILITAN SUAMI / ISTRI THDP HARTA


BERSAMA
a. Konsep Harta Bersama
b. Tujuan Kepailitan Suami/Istri thd Harta Bersama
III. KEPAILITAN BADAN HUKUM ( PT )
a. PT sebagai Subjek Hukum
b. Organ PT
c. Kedudukan Hukum Hukum Direksi Atas Kepailitan PT

IV. KOMPETENSI PENGADILAN NIAGA


a. Latar Belakang Lahirnya Pengadilan Niaga
b. Kompetensi Pengadilan Niaga
V. PUTUSAN KEPAILITAN
a. Proses permohonan dan Putusan Pailit
b. Proses kasasi dan Peninjauan Kembali Putusan Pailit

VI. AKIBAT KEPAILITAN


a. Akibat Secara Umum
b. Akibat Secara Khusus

VII.Tugas Dan Wewenang Kurator


a. Pengangkatan dan pemberhentian Kurator
b. Tugas dan Tanggung Jawab Kurator

VIII. Hakim Pengawas Dalam Kepailitan


a. Tugas Dan Tanggung Jawab Hakim Pengawas
b. Bentuk-bentuk pengawasan oleh Hakim Pengawas
IX. PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN
UTANG
a.Jenis dan Syarat-Syarat PKPU
b.Prosedur dan Tata Cara Permohonan PKPU
c.Akibat Hukum PKPU

X. ASPEK-ASPEK HUKUM INTERNASIONAL


DALAM HUKUM KEPAILITAN
a.Aspek-aspek Internasional yang berdimensi
Internasional
b.Aspek Hukum Internasional Dalam UU No.37
Tahun 2004

XI. BERAKHIRNYA KEPAILITAN


DAFTAR PUSTAKA
• Kepailitan seri hukum bisnis, Akhmad Yani
dan Gunawan Widjaja
• Hukum pailit dalam teori dan praktek,
Munir Fuady
• Hukum kepailitan, Rahayu Hartini
• Pedoman menangani perkara kepailitan,
Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja
• Hukum kepailitan, M. Hadi Subhan
Filosofis Lahirnya Kepailitan
► Sudah ada sejak zaman romawi, kata
“bangkrut” = “bankrupt” = “banca rupta”
► Poerwadarminta, “pailit” artinya “bangkrut”
(menderita kerugian besar hingga jatuh)
► Pasal 1 butir 1 UU 37/2004, kepailitan
adalah sita umum atas semua kekayaan
debitur pailit yg pengurusan dan
pemberesannya dilakukan oleh kurator di
bawah pengawasan hakim pengawas
Sejarah Perkembangan
Hukum Kepailitan

 Sebelum berlakunya Failisments Verordening


(Fv)
 Masa berlakunya Failisments Verordening
(Fv)
 Masa berlakunya UU kepailitan yang
sekarang ini
Sebelum Berlakunya Fv

Pengaturan Fv terdapat dalam :


1. Wet Book van Koophandel
Terdapat dalam buku III ttg Ketidakmampuan pedagang,
Peraturan ini termuat dalam Pasal 749 sampai dengan Pasal
910 W.v.K, tetapi kemudian telah dicabut berdasarkan Pasal
2 Verordening ter Invoering van de Faillissementsverordening
(S. 1906-348). Peraturan ini berlaku untuk pedagang saja.

2. Reglement op de Rechtsvoordering (Rv) Stb. 1875-52, Buku


III Bab 7 Van den Staat van Kennelijk Onvermogen (Tentang
Keadaan Nyata-nyata Tidak Mampu), dalam Pasal 899
sampai dengan Pasal 915, yang kemudian telah dicabut oleh
S. 1906-348.Peraturan ini berlaku untuk pengusaha saja.
Pelaksanaan kedua aturan tersebut
sulit, dikarenakan :

 Banyaknya formalitas sehingga sulit dalam


pelaksanaannya
 Biaya tinggi
 Pengaruh kreditur terlalu sedikit terhadap
jalannya kepailitan
 Perlu waktu yang cukup lama
Masa berlakunya Fv
 Diatur dalam Fv stb.1905 No.217 jo.Stb. 1906 No.248.Peraturan ini
lengkapnya bernama Verordening op het Faillissement en de
Surseance van Betalin voor de Europeanen in Nederlands Indie
(Peraturan Untuk Kepailitan Dan Penundaan Pembayaran Untuk
Orang-Orang Eropa). Berdasarkan Verordening ter invoering van de
Faillissementsverordening (S. 1906-348), Faillissementsverordening
(S. 1905-217) itu dinyatakan mulai berlaku pada tanggal I November
1906
 Dengan berlakunya Faillissementsverordening tersebut, maka
dicabutlah:
1. Seluruh Buku HI dari WVK.
2. Reglement op de Rechtsvordering, Buku III, Bab Ketujuh, Pasall
899 sampai dengan Pasal 915
 Faillissementsverordening ini hanya berlaku bagi orang yang termasuk
golongan Eropa saja
UU Kepailitan Sejak Tahun 1945
 Pasal II Aturan Peralihan UUD 1945 menentukan sebagai
berikut:
"Segala badan negara dan peraturan yang ada masih langsung
berlaku, selama belum diadakan yang baru menurut Undang-
Undang Dasar ini"
 Pada tahun 1947, pemerintah pendudukan Belanda di Jakarta
menerbitkan Peraturan Darurat Kepailitan 1947 (Noodsregeling
Faillissmenten 1947). Tujuannya ialah untuk memberikan dasar
hukum bagj penghapusan putusan kepailitan yang terjadi
sebelum jatuhnya Jepang. Tugas ini sudah lama selesai,
sehingga dengan demikian Peraturan Darurat Kepailitan 1947
itu sudah tidak berlaku lagi.
 Di dalam praktik, Faillissementsverordening relatif sangat
sedikit digunakan. Faktor penyebabnya antara lain karena
keberadaan peraturan itu di tengah-tengah masyarakat, kurang
dikenal dan dipahami. Sosialisasinya ke masyarakat sangat
minim. Awalnya, Faillissementsverordening itu hanya berlaku
untuk pedagang di lingkungan masyarakat yang tunduk pada
hukum perdata dan dagang Barat saja
 Akibatnya, Faillissementsverordening itu tidak dirasakan
sebagai sesuatu peraturan yang menjadi milik masyarakat
pribumi, dan karena itu pula tidak pernah tumbuh di dalam
kesadaran hukum masyarakat
Tahun 1998-Sekarang

 Pada bulan Juli 1997 terjadilah krisis moneter di


Indonesia
 Peraturan kepailitan yang ada, sangat tidak dapat
diandalkan. Banyak Debitor yang hubungi oleh para
Kreditornya karena berusaha mengelak untuk
tanggung jawab atas penyelesaian utang-utangnya
 Lahirlah Perpu No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan
atas Undang-undang tentang Kepailitan (Perpu
Kepailitan)
 5 bulan kemudian Perpu Kepailitan dan
perubahan atas Kepailitan itu ditetapkan
menjadi Undang-undang No. 4 Tahun 1998
 UU No.34 Tahun 2004 tentang Kepailitan
tangal 18 Oktober 2004
► Kepailitan adlah perwujudan dari pasal 1131 dan
1132 BW
► 1131 BW’ Segala kebendaan si berutang, baik yg
bergerak mapun yg tak bergerak, baik yg sudah
ada maupun yg akan ada di kemudian hari mnjd
tanggungan u/ segala perikatan perseorangan
► 1132 BW” kebendaan tsb mjd jaminan bersama-
sama bg semua orang yg mengutangkan padanya,
pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi
menurut keseimbangan, yaitu menurut besar
kecilnya piutang masing-masing kecuali apabila di
antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yg
sah untuk didahulukan
Fungsi lembaga kepailitan
► Sebagai lembaga pemberi jaminan kpd
kreditornya bhw debitur tidak akan berbuat
curang, dan tetap bertanggung jawab atas
semua utang-utangny kpd semua kreditur
► Memberi jaminan perlindungan kepada
debitur terhadap kemungkinan eksekusi
masal oleh kreditur-krediturnya
Azas-Azas Kepailitan
1. Azas Keseimbangan
fungsi kepailitan adalah dapat mencegah
terjadinya penyalahgunaan pranata dan lembaga
kepailitan oleh debitur yg tdk jujur. Dan dilain
pihak mencegah kreditur yg tidak baik
2. Azas kelangsungan Usaha
Terdapat ketentuan yang memungkinkan
perusahaan debitur yg prospektif tetap
dilangsungkan
3. Azas keadilan
Ketentuan mengenai kepailitan dapat
memenuhi rasa keadilan bagi para pihak
berkepentingan. Azas ini mencegah
terjadinya kesewenang-wenangan pihak
penagih yg mengusahakan pembayaran
atas tagihan-tagihan masing2 thdp debitur
dengan tidak memperdulikan krediturnya
4. Azas Integrasi
sistim hukum formil dan materiilnya
merupakan satu kesatuan yg utuh dari
sistem hukum perdata dan hukum acara
perdata nasional
Syarat-Syarat
Pemohonan Pailit
• Pasal 2(1) UUK :
“ debitur yang mempunyai dua atau
lebih kreditur dan tidak membayar
lunas sedikitnya satu utang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan
pengadilan, baik atas permohonan
satu atau lebih krediturnya ”
Adanya Dua kreditur atau lebih
(Concursus Creditorum)

• Jika debitur mempunyai 1 kreditur,


maka seluruh harta kekayaan
debitur otomatis mnjd jaminan atas
pelunasan utang debitur dan tidak
diperlukan pembagian secara pro
rata dan pari passu
• Debitur tidak dapat dituntut pailit,
jika debitur tersebut hanya
mempunyai 1 kreditur
Macam – Macam
Kreditur
• Kreditur Konkuren (pasal 1132
KUHPdt)
• Kreditur Preferen (pasal 1134
KUHPdt)
• Kreditur Separatis
Kreditur Konkuren

• Para kreditur dengan hak PARI


PASSU DAN PRO RATA
• Kreditur konkuren mempunyai
kedudukan yang sama atas
pelunasan utang tanpa ada yang
didahulukan
Kreditur Preferen
• Kreditur yang karena UU,
mendapatkan pelunasan terlebih
dahulu
• Mempunyai hak istimewa yaitu hak
yg oleh UU diberikan kpd seorang
berpiutang sehingga tingkatnya lbh
tinggi drpda orang berpiutang
lainnya
• Lihat kembali pasal 1139 dan 1149
BW
Kreditur Separatis

• Kreditur pemegang hak jaminan


kebendaan
• Hak yang dipunyai kreditur ini
adalah hak kewenangan sendiri
menjual / mengeksekusi objek
agunan, tanpa putusan
pengadilan (parate eksekusi)
4 jaminan kebendaan

• Hipotek (pasal 1162 s.d pasal


1232 BW)
• Gadai (pasal 1150 s.d pasal
1160 BW)
• Hak tanggungan (UU No.4/1196)
• Fidusia (UU No.42/1999)
Syarat cukup satu utang yang
telah jatuh tempo dan dapat
ditagih
• Utang harus lahir dari perikatan
yang sempurna
• Misal ; utang yang lahir dari
perjudian tidak dapat
mengajukan permohonan pailit
Syarat pemohon pailit
(pasal 2 ayat 1 UUK)
• Debitur
• Seorang kreditur atau lebih
• Kejaksaan
• Bank Indonesia
• Badan Pengawas Pasar Modal
• Menteri Keuangan
Debitur Sendiri

 Seorang debitur dapat


mengajukan permohonan
pernyataan pailit atas dirinya
sendiri
 Jika debitur masih terikat dalam
pernikahan yang sah,
permohonan hanya dpt diajukan
atas persetujuan suami atau istri
Seorang Kreditur atau lebih

 Kreditur yang dapat mengajukan


permohonan pailit terhadap
debiturnya adalah kreditur
konkuren, kreditur preferen,
kreditur separatis
Kejaksaan

 Kejaksaan dapat mengajukan


permohonan pailit demi
kepentingan umum
 Pengertian kepentingan umum
adalah kepentingan bangsa dan
negara dan atau kepentingan
masyarakat, misalnya :
 Debitur melarikan diri
 Debitur menggelapkan bagian dari
harta kekayaan
 Debitur mempunyai utang kpd
BUMN atau badan usaha lain yg
menghimpun dana dari masyarakat
 Debitur mempunyai utang yang
berasal dari penhimpunan dana dari
masyarakat luas
 Debitur tidak beritikad baik atau
tidak kooperatif dalam
menyelesaikan masalah utang
piutang yang telah jatuh waktu
 Dalam hal lainnya yg menurut
mrpkan kepentingan umum
Bank Indonesia

 Permohonan pailit terhadap


bank hanya dapat diajukan oleh
Bank Indonesia berdasarkan
penilaian kondisi keuangan
perbankan secara keseluruhan
Badan Pengawas Pasar
Modal
 Permohonan pailit terhadap
perusahaan efek, bursa efek,
lembaga kliring dan penjaminan,
lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, hanya dapat
diajukan oleh BAPEPAM
Menteri Keuangan

 Permohonan pernyataan pailit


terhadap perusahaan
asuransi,perusahaan
reasuransi, dana pensiun atau
badan usaha milik negara yang
bergerak di bidang kepentingan
publik, hanya dapat diajukan
Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai