Anda di halaman 1dari 9

DIAGNOSIS

• Klasifikasi Rhinitis Alergi berdasarkan dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and irs Impact on
Asthma) yang dibagi berdasarkan durasi dari gejala yaitu; intermittent atau persistent dan dibagi pula
berdasarkan berat penyakitnya yaitu; mild, moderate, atau severe.

• Berdasarkan sifat berlangsungnya (durasi):


1. Intermittent (kadang-kadang) : bila gejala kurang dari 4 hari/ minggu atau kurang dari 4 minggu
2. Persisten atau menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari 4 minggu

(Dhingra, 2014)
DIAGNOSIS

Berdasarkan berat penyakitnya yaitu;

1.Mild (ringan) bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar,
bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu

2. Moderate-severe (sedang-berat) bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.

(Dhingra, 2014)
DIAGNOSIS

Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan:

1.ANAMNESIS
•Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.
•Gejala rhinitis yang khas ialah terdaparnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan air mata keluar lakrimasi
•Kadang-kadang keluhatn hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien .

(Soepardi,2012)
DIAGNOSIS

Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan:

2. PEMERIKSAAN FISIK
• Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat disertai secret encer yang banyak.
• Lakrimasi berlebihan, sklera dan konjungtiva yang merah.
• Pada anak dapat ditemukan daerah gelap periorbita (mata biru alergi) atau allergic shiner, allergic salute,
allergic crease, dan facies adenoid.
• Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance) dan dinding lateral faring
menebal.
• Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).

(Boies, 2012; Soepardi, 2012)


DIAGNOSIS

Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan:

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan alergi dapat dilakukan dengan uji kulit in vivo atau dengan pemeriksaan serum in vitro untuk
menemukan alergen yang terdapat di lingkungan pasien
• Uji kulit (Prick/tusuk) memberikan hasil yang cepat dan akurat
• Pemeriksaan serum in vitro akan bermanfaat untuk pasien yang mempunyai kondisi kulit abnormal, kecenderungan
mengalami anafilaksis atau pasien yang meminum obat yang dapat mepengaruhi hasil uji kulit.
• Kerugian pemeriksaan serum antara lain biaya yang lebih mahal, ketidakmampuan untuk mendapatkan hasil dalam
waktu singkat dan sensitifitas yang lebih rendah dibandingkan uji kulit

(Soepardi,2012)
DIAGNOSIS

Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan:


2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IN VITRO
• Hitung eosinofil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat.. Ditemukannya eosinofil dalam jumlah banyak
menunjukan kemungkinan alergi inhalan. Jika basofil (>5 sel/lap) mungkin disebabkan alergi makanan,
sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukan adanya infeksi bakter
• Pemeriksaan IgE total (prist-paper radio immunosorbent test) seringkali menunjukan nilai normal, kecuali bila
tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rhinitis alergi pasien juga menderita
asma bronkial atau urtikaria (pemeriksaan ini berguna untuk prediksi kemungkinan alergi pada bayi atau anak
kecil dari suatu keluarga dengan derajat alergi tinggi)

(Soepardi,2012)
DIAGNOSIS

Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan:

2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IN VITRO
• Pemeriksaan sitologi hidung dari sekret hidung atau kerokan mukosa walaupun tidak dapat
memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap (e.g. RAST (radio
immune sorbent test) atau ELISA (enzyme linked immune sorbent assay test)

(Soepardi,2012)
DIAGNOSIS

Diagnosis rhinitis alergi ditegakkan berdasarkan:


2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IN VIVO
• Skin end-point titration/SET : pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri, yang
dilakukan untuk alergen inhalan dengan menyuntukan alergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya.
• Keuntungan SET selain alergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desensitisasi dapat diketahui.
• Intracutaneus Provocative Dilutional Food Test (IPDFT) : untuk alergi makanan
• Challenge Test : makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati
reaksinya. Pada diet eliminasi jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai gejala menghilang
dengan meniadakan suatu jenis makanan

(Soepardi,2012)
Soepardi et al. 2012. Rhinitis Alergi ini Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. FKUI. Page 128-134

Dhingra PL, Dhingra S (2014). Diseases of ear, nose and throat, 4 th ed, India:
Elsevier, pp: 166.

Boies, Adams, George, Lawrence, Higler, Peter. BOIES Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi VI. Jakarta : EGC. 2012.

Anda mungkin juga menyukai