• Klasifikasi Rhinitis Alergi berdasarkan dari WHO Initiative ARIA (Allergic Rhinitis and irs Impact on
Asthma) yang dibagi berdasarkan durasi dari gejala yaitu; intermittent atau persistent dan dibagi pula
berdasarkan berat penyakitnya yaitu; mild, moderate, atau severe.
(Dhingra, 2014)
DIAGNOSIS
1.Mild (ringan) bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar,
bekerja, dan hal-hal lain yang mengganggu
2. Moderate-severe (sedang-berat) bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.
(Dhingra, 2014)
DIAGNOSIS
1.ANAMNESIS
•Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja.
•Gejala rhinitis yang khas ialah terdaparnya serangan bersin berulang. Gejala lain ialah keluar ingus (rinore) yang encer dan banyak, hidung
tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan air mata keluar lakrimasi
•Kadang-kadang keluhatn hidung tersumbat merupakan keluhan utama atau satu-satunya gejala yang diutarakan oleh pasien .
(Soepardi,2012)
DIAGNOSIS
2. PEMERIKSAAN FISIK
• Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat disertai secret encer yang banyak.
• Lakrimasi berlebihan, sklera dan konjungtiva yang merah.
• Pada anak dapat ditemukan daerah gelap periorbita (mata biru alergi) atau allergic shiner, allergic salute,
allergic crease, dan facies adenoid.
• Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone appearance) dan dinding lateral faring
menebal.
• Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue).
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan alergi dapat dilakukan dengan uji kulit in vivo atau dengan pemeriksaan serum in vitro untuk
menemukan alergen yang terdapat di lingkungan pasien
• Uji kulit (Prick/tusuk) memberikan hasil yang cepat dan akurat
• Pemeriksaan serum in vitro akan bermanfaat untuk pasien yang mempunyai kondisi kulit abnormal, kecenderungan
mengalami anafilaksis atau pasien yang meminum obat yang dapat mepengaruhi hasil uji kulit.
• Kerugian pemeriksaan serum antara lain biaya yang lebih mahal, ketidakmampuan untuk mendapatkan hasil dalam
waktu singkat dan sensitifitas yang lebih rendah dibandingkan uji kulit
(Soepardi,2012)
DIAGNOSIS
(Soepardi,2012)
DIAGNOSIS
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
IN VITRO
• Pemeriksaan sitologi hidung dari sekret hidung atau kerokan mukosa walaupun tidak dapat
memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap (e.g. RAST (radio
immune sorbent test) atau ELISA (enzyme linked immune sorbent assay test)
(Soepardi,2012)
DIAGNOSIS
(Soepardi,2012)
Soepardi et al. 2012. Rhinitis Alergi ini Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga
Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. FKUI. Page 128-134
Dhingra PL, Dhingra S (2014). Diseases of ear, nose and throat, 4 th ed, India:
Elsevier, pp: 166.
Boies, Adams, George, Lawrence, Higler, Peter. BOIES Buku Ajar Penyakit
THT. Edisi VI. Jakarta : EGC. 2012.