Anda di halaman 1dari 23

Penyakit osteoporosis

kelompok 3

1. Algi Fahri (0432950319020)


2. Deni Krisna Wijaya (0432950319014)
3. Fadiyah Aryani (0432950319041)
4. Ilmi Firdaus Aliyah (0432950319025)
5. Inkka Okvyanda (0432950319046)
6. Lala Tiara (0432950319024)
7. Muhamad Rizky Pratama (0432950319028)
8. Muslima (0432950319033)
9. Nabila Putri Septiani (0432950319037)
10. Nurlaila (0432950319016)
11. Salsabila Anggraeni Zahra (0432950319009)
12. Siti Nurandini Aulia (0432950319007)
1. Pengertian
Osteoporosis merupakan penurunan masa tulang yang disebabkan ketidakseimbangan resorpsi tulang dan
pembentukkan tulang . Pada osteoporosis terjadi peningkatan resorpsi tulang dan penurunan pembentukan
tulang (Asikin;dkk 2012: 101).

Osteoporosis yang lebih dikenal dengan keropos tulang menurut WHO adalah penyakit sekeletal sistemik
dengan karakteristik masa masa tulang yang rendah dan perubahan mikroarsitektur dari jaringan tulang
dengan akibat meningkatnya fragilitas tulang dan meningkatnya kerentanan terhadap patah tulang
(Lukman,ningsih 2013 : 141).

.
2. Etiologi
Osteoporosis dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor menurut (Asikin ;dkk 2012 : 101). Ada 3 faktor utama yang
mempengaruhi osteoporosis yaitu :

a. Defesiensi kalsium yaitu dapat disebabkan oleh :

1) Asupan kalsium dalam makanan yang tidak adekuat sehingga mudah mempercepat penurunan masa tulang.

2) Tidak adekuatnya asupan vitamin D.

3) Penggunaan otot tertentu,misalnya penggunaan kortikoteroid dalam jangka panjang.

b. Kurangya latihan teratur yaitu mobilitas dapat menyebabkan proses penurunannya masa tulang . Sedangkan
olahraga yang teratur dapat mencegah penurunan masa tulang. Tekanan mekanisme pada latihan akan membuat otot
berkontraksi yang dapat merangsang formasi tulang.

c. Perbedaan jenis kelamin yaitu kekuatan tulang dipengaruhi oleh horman reproduksi. Pada perempuan
postmenopause, hormon reproduksi dan timbunan kalsium tulang menurun. Hormon reproduksi yang dimaksud yaitu
estrogen. Hal ini menyebabkan resorpsi tulang yang berlebihan tanpa disertai pembentukan tulang yang cukup. Oleh
karena itu, perempuan lebih cepat mengalami osteoporosis dibandingkan dengan laki-laki.
3. Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Masa Tulang Pada Usia
Lanjut Menurut (Asikin;dkk 2012 : 103).
1) Faktor genetik

Perbedaan genetik mempunyai pengaruh terhadap derajat kepadatan tulang. Pada umunya mempunyai struktur
tulang lebih kuat dibandingkan dengan bangsa kaukasia.

2) Faktor mekanis

Selain faktor genetik, beban mekanisme juga berpengaruh terhadap massa tulang. Penambahan akan
mengakibatkan bertambahnya massa tulang, sedangkan pengurangan beban akan mengakibatkan berkurangnya
masa tulang.

3) Faktor makanan dan hormone :

a. Kalsium

Kalsium merupakan nutrisi yang sangat penting bagi tulang. Perempuan pada masa perimenopasue dengan
asupan kalsium yang renda dan absorpsinya tidak baik, akan mengakibatkan keseimbangan kalsium menjadi
negatif, sedangkan bagi mereka yang asupan kalsiumnya baik dan asbsorpsinya juga baik akan menunjukkan
keseimbangan kalsium positif.
Lanjutan…
b. Estrogen
Berkurangya/hilangnya estrogen dari dalam tubuh akan mengakibatkan terjadinya gangguan
keseimbangan kalsium.
c. Rokok dan kopi
Merokok dan minum kopi jumlah banyak cenderung akan mengakbatkan penurunan masa
tulang , terlebih jika disertai asupan kalsium yang rendah.
d. Alkohol
Alkoholisme merupakan masalah yang sering kali ditemukan pada saat ini.
4. Patofisiologi

Dalam keadaan normal, proses resorpsi dan proses pembentukkan tulang(remodeling) terjadi secara terus-menerus
dan seimbang. Jika terdapat perubahan dan keseimbanga ini, misalnya proses resorpsi lebih besar dibandingkan
dengan proses pembentukan , maka akan terjadi penurunan massa tulang. Remodeling tulang normal pada orang
dewasa akan meningkatkan masa tulang sampai sekitar usia 35 tahun. Sementara itu, prosess pembentukan secara
maksimal akan dicapai pada usia 30-35 tahun untuk tulang bagian korteks dan lebih dini pada bagian trabekula.
Setelah itu, secara berlahan resorpsi tulang akan lebih cepat dibandingkan dengan pembentukan tulang. Pucak masa
tulang akan dipengaruhi oleh faktor genetik,nutrisi, pilihan gaya hidup, serta aktivitas fisik (Asikin;dkk 2012: 106).
5. Gejala-gejala osteoprosis menurut (umi 2017 : 120) ;

a.Kekuatan otot melemah. Klien merasa kekuatan melemah sehingga tak mampu mengangkat beban atau naik tangga.

b.Penurunan tinggi badan. Pengukuran tinggi badan menunjukkan penurunan dibandingkan beberapa tahun
sebelumnya, misalnya tubuh memendek 3cm selama tiga tahun. Ha ini mungkin disebabkan adanya fraktur pada
vertebra.

c.Bungkuk. Osteoporosis menimbulkan fraktur kompresi atau terjadinya kolaps. Kondisi ini menyebabkan
tulang menjadi bungkuk.

d.Tulang rapuh. Kondisi tulang yang semakin rapuh walaupun belum pernah mengalami post traumatic (patah atau
retak.)

e.Patah tulang. Kasus umum penyebab osteoporosis yang sering kali tidak menyadari adalah ketika pasien pernah
mengalami patah tulang.
Lanjutan…
f. Dowager’ hump . Kondisi ketika tulang belakang menjadi
condong ke arah depan dan memunculkan punuk di atas
punggung.

g. Stress fratures. Kondisi tress fratures umumnya jarang


disadari penderita.

h. Nyeri punggung. Rasa nyeri pada bagian punggung juga


mungkin menjadi gejala osteoporosis, terutama jika
nyeri muncul akibat fraktur vertebra
6. Manifestasi Klinis
Kepadatan tulang berkurang secara berlahan (terutama pada
penderita osteoporosis senilis), sehingga pada awalnya
osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa
penderita. Jika kepadatan tulang sangat berkurang yang
menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur, maka akan
timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk (Lukman, ningsih
2013 : 144).
7. Diagnosis
Untuk mendiagnosa osteoporosis pada pasien diperlukan:
1.Riwayat penyakit dan pengobatan pasien
2.Identifikasi faktor risiko
3.Pemeriksaan fisik lengkap
4.Tes laboratorium untuk mengidentifikasi kemungkinan osteoporosis
sekunder,Parameter laboratorium yang umum digunakan adalah kadar 25
(OH) vitamin Dserum, sebagai indikator status vitamin D total tubuh. Kadar
25 (OH) vitamin Dserum dalam berbagai kondisi :
Normal :230 ng/ml.
Insufisiensi : 11-29 ng/ml
Defisiensi vit D: <atau sama dengan 10 ng/mL.
5. Pengukuran massa tulang
8. Penatalaksanaan dan Pencegahan
Menurut (Asikin;dkk 2012 :2019) :
A. Penatalaksaan farmakologi. Prinsip pengobatan pada osteoporosis yaitu :
1) Meningkatkan pembentukkan tulang
2) Menghambat resorpsi tulang.

B. Pencegahan. Terapi pencegahan osteoporosis dapat dilakukan sedini mungkin yaitu sejakmasa
kanak-kanak. Pencegahan osteoporosis pada usia muda mempunyai tujuan mencapai masa tulang
dewasa (proses konsolidasi) yang optimal. Sejumlah pencegahan yang dapat dilakukan di antaranya :
3) Mengonsumsi kalsium dan vitamin D yang cukup
4) Latihan/olahraga secara teratur setiap hari
5) Mengonsumsi protein hewani
6) Menghindari perilaku yang meningkatkan risiko osteoprosis misalnya merokok,alkohol, dan
kafein.
9. Pemeriksaan Fisik Osteoporosis

Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada seorang yang diduga menderita asteoporosis antara lain:
1. Pengukuran tinggi badan dengan sebuah stadiometer
2. Pemeriksaan berat badan
3. Pemeriksaan kurvatura, perhatikan ada atau tidaknya skoliosis atau lordosis
4. Pemeriksaan range of motion secara aktif dan pasif. Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mengetahui
apakah terdapat keadaan patologis pada oseos atau tidak
5. Pemeriksaan neurologis untuk mengetahui ada tidaknya gangguan pada spinal cord atau sistem saraf
perifer
6. Tes Timed Up and Go
7. Pemeriksaan fraktur
8. Pemeriksaan defek kolagen
9. Kesulitan menahan keseimbangan & abnormalitas
10. Pemeriksaan Penunjang

Menurut (Asikin;dkk 2012: 107) yaitu ,


sejumlah pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada osteoporosis
yaitu pemeriksaan sinar X, CT scan densitas tulang, rontgen,
pemeriksaan labolatorium , dan penilaian masa tulang.
11. Dampak Psikologis

Menurut Dharmono S (2008),


fraktur osteoporosis menimbulkan banyak kesulitan bagi penderitanya. Perubahan
bentuk tubuh ( deformitas, kifosis), kehilangan kemampuan aktivitas mandiri,
gangguan
nyeri kronis, dan keterbatasan aktivitas. Depresi, ansietas, gangguan tidur, dan
ketakutan akan jatuh (Lukman, ningsih 2013 : 147).
B. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia

Menurut (Kasiati, Wayan 2016 : 176) kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhi
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman(suatu kepuasan yang meningkatkan
penampilan sehari-hari) dan transenden(keadaan tentang suatu yang melebihi masalah atau nyeri).

1. Pengertian Nyeri

Nyeri merupakan suatu kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena
perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatnya, dan hanya orang tersebutlah yang
dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya.

2. Penyebab Nyeri

Menurut (Potter. Perry 2010 : 221) mengidentifikasi penyebab nyeri merupakan langkah pertama untuk
mencapai keberhasilan dalam pengobatan nyeri.
a. Nyeri nosiseptif
b. Nyeri somatik
c. Nyeri visceral
d. Nyeri neuropatik
Konsep Asuhan Keperawatan
Di dalam memberikan asuhan keperawatan terdiri dari beberapa tahap atau langkah – langkah proses keperawatan
yaitu :

1. Pengkajian : ( biodata,riwayat keperawatan,pemeriksaan fisik,riwayat


psikososial,aktivitas/istirahat,kardiovaskuler,integritas
ego,makanan/cairan,hygien,neurosensori,nyeri/kenyamanan,keamanan,interaksi sosial )
2. Analisa Data : merupakan proses intelektual yang meliputi kegiatan menyeleksi data, mengklarifikasi,
mengelompokkan data, mengaitkan dan menentukan kesenjangan informasi, membandingkan dengan
standar, menginterprestasikan serta akhirnya membuat diagnosa keperawatan ( Herdman dan Kamitsuru,
2015)
3. Diagnosa Keperawatan
Menurut SDKI (2017) diagnosa keperawatan yang muncul pada klien Osteoporosis adalah :
1) Nyeri akut berhubungan dengan Agen Pencedera fisiologi
2) Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal
3) Risiko jatuh b.d kekuatan otot menurun
4) Defisit perawatan diri b.d gangguan muskuloskeletal
4. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


.
1. Nyeri akut b.d Tingkat nyeri (L.08066) Manajemen nyeri (I.08238)
Setelah dilakukan Observasi :
agen Pencedera tindakan keperawatan • Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas , insentitas
fisiologi 2x24 jam diharapkan nyeri nyeri
(D.0077) menurun dengan kriteria • Identifikasi skala nyeri
hasil : • Identifikasi respon nyeri non verbal
• frekuensi nadi membaik • Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan hyeri
• pola nafas membaik • Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
• keluhan nyeri menurun Terapeutik :
• gelisah menurun • Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
• kesulitan tidur menurun • Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
• Fasilitrasi istirahat dan tidur
• Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi
merekana nyeri
Edukasi :
• Jelaskan penyebab, pemicu nyeri
• Jelaskan strategi meredakan nyeri
• Ajarkan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi :
• Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
2. Gangguan Mobilitas fisik Dukungan mobilisasi
mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Observasi :
b.d gangguan keperawatan 3x24jam • Indentifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik
muskuloskeletal diharapkan mobilitas fisik lainnya
(D.0054) meningkatkriteria hasil : • Indetifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
1. Pergerakan ekstremitas • Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah
meningkat sebelum memulai mobilisasi
2. Kekuatan otot meningkat • Monitor kondisi umum selama melakukan
3. Nyeri menurun mobilisasi
4. Kaku sendi menurun Terapeutik :
5. Gerakan terbatas menurun • Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu
6. Kaku fisik menurun • Fasilitasi melakukan pergerakan, jika perlu
• Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
• Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
• Anjurkan melakukan mobilisasi dini
• Ajarkan mobilisasi yang harus dilakukan
(misalnya duduk di tempat tidur)
3. Risiko jatuh b.d Termoregulasi Pencehagan cidera
kekuatan otot Observasi :
menurun (D.0143) Setelah dilakukan Tindakan • Indentifikasi obat yang berpotensi
keperawatan 3x8 jam, keparahan menyebabkan cidera
dan cidera yang di amati atau • Indentifikasi kesesuaian alas kaki atau
dilaporkan menurun stoking elastis pada ekstremitas bawah
Kriteria hasil : Teraupetik :
1. Kejadian cidera menurun • Sediakan pencahayaan yang memadai
2. Luka atau lecet menurun • Sosialisasikan pasien dan keluarga
3. Pendarahan menurun Fraktur dengan lingkungan rawat inap
menurun • Sediakan alas kaki antislip
• Sediakan urinal atau urinal untuk
eliminasi di dekat tempat tidur, jika perlu
• Pastikan barang-barang pribadi mudah
dijangkau
• Tingkatkan frekuensi observasi dan
pengawasan pasien, sesuai kebutuhan
Edukasi :
• Jelaskan alasan intervensi pencegahan
jatuh ke pasien dan keluarga
• Anjurkan berganti posisi secara perlahan
dan duduk beberapa menit sebelum
berdiri
4. Defisit perawatan Perawatan diri Dukungan perawatan diri
diri b.d gangguan Observasi :
muskuloskeletal Setelah dilakukan Tindakan • Indentifikasi kebiasaan aktivitas
(D.0109) keperawatan 3x24 jam diharapkan keperawatan diri sesuai usia
perawatan diri meningkat • Monitor tingkat kemandirian
Kriteria hasil : • Indentifikasi kebutuhan alat bantu
1. Kemampuan mandi meningkat kebersihan diri,berpakaian,berhias dan
2. Kemampuan mengenakan pakaian makan
meningkat Terapeutik :
3. Kemampuan makan meningkat • Sediakan lingkungan yang teraupetik
4. Kemampuan ke toilet (BAK/BAB) • Siapkan keperluan pribadi
meningkat • Damping dalam melakukan perawatan diri
5. Verbalisasi keinginan melakukan sampai mandiri
perawatan diri meningkat • Fasilitasi untuk menerima keadaan
6. Mempertahankan kebersihan mulut ketergantungan
meningkat • Jadwalkan rutinitas perawatan diri
Edukasi :
• Anjurkan perawatan diri secara konsisten
sesuai kemapuan
5. Implementasi

Implementasi merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah
status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang baik dengan menggambarkan kriteria hasil yang
diharapkan.
Prinsip – prinsip dalam pelaksanaan implementasi keperawatan adalah sebagai berikut :
1. Berdasarkan respon pasien
2. Berdasarkan ilmu pengetahuan, hasil penelitian keperawatan, standar pelayanan profesional, hukum dan kode
etik keperawatan
3. Berdasarkan sumber –sumber yang tersedia
4. Sesuai dengan tanggungjawab dan tanggung gugat profesi keperawatan
5. Mengerti dengan jelas pesanan – pesanan yang ada dalam intervensi keperawatan
6. Harus dapat menciptakan adaptasi dengan pasien sebagai individu dalam upaya meningkatkan peran serta
untuk merawat diri sendiri (self care)
7. Menekankan pada aspek pencegahan dan upaya peningkatan status kesehatan
8. Menjaga rasa aman, harga diri, dan melindungi pasien
9. Memberikan pendidikan, dukungan dan bantuan
10. Bersifat holistik
11. Kerjasama dengan profesi lain
12. Melakukan dokumentasi
6. Evaluasi

Evaluasi atau tahap penilaian merupakan tindakan perbandingan yang sistematis dan terencana tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersambungan dengan
melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien
mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap perencanaan (Wahyuni, 2016).

Teknik penulisan SOAP menurut (Zaidin Ali, 2009) adalah sebagai berikut :
S (Subjective) : bagian ini meliputi data subjektif atau informasi yang didapatkan dari klien setelah
mendapatkan tindakan
O (Objective) : Informasi yang didapatkan berdasarkan hasil pengamatan, penilaian, pengukuran yang
dilakukan perawat setelah tindakan.
A (Assesment) : Membandingkan antara informasi subjektif & objektif dengan tujuan&kriteria hasil yang
kemudian dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, atau masalah tidak
teratasi
P (Planning) : Perencanaan bergantung pada pengkajian situasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai