TUBERKULOSIS PARU
DENGAN EFUSI PLEURA
DAN
LIMFADENITIS TUBERKULOSA
TRIS MARDI
NIM. 2175510007
TINJAUAN PUSTAKA
Pendahuluan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis.
Berdasarkan survei kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking
nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional
terakhir TB paru diperkirakan 0,24%.
Pada tahun 2011 Indonesia (dengan 0,38-0,54 juta kasus) menempati
urutan keempat setelah India, Cina, Afrika Selatan. Indonesia merupakan
negara dengan beban tinggi TB pertama di Asia Tenggara yang berhasil
mencapai target Millenium Development Goals (MDG) untuk penemuan kasus
TB di atas 70% dan angka kesembuhan 85% pada tahun 2006.
3
PATOFIOLOGI
Kuman M. Tuberkulosis inhalasi membentuk sarang (ghon) sembuh/
penyebaran/ komplikasi
Penyebaran:
Perkontinuitatum, yakni menyebar ke sekitarnya
Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun paru yang
sebelahnya.
Kuman dapat pua tertelan bersama sputum dan ludah sehingga menyebar
ke usus
Secara limfogen ke organ tubuh lainnya
Secara hematogen ke organ tubuh lainnya
4
Diagnosis
Semua orang dengan batuk
produktif dua sampai tiga minggu
yang tidak dapat dijelaskan
sebaiknya dievaluasi untuk TB.
5
Diagnosis TB ekstraparu
○ Gejala dan keluhan tergantung pada organ yang terkena,
○ Diagnosis pasti pada pasien TB ekstra paru ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,
bakteriologis dan atau histopatologis dari contoh uji yang diambil dari organ tubuh yang
terkena.
○ Pemeriksaan TCM pada beberapa kasus curiga TB ekstraparu dilakukan dengan contoh
uji cairan serebrospinal (Cerebro Spinal Fluid/CSF) pada kecurigaan TB meningitis,
contoh uji kelenjar getah bening melalui pemeriksaan Biopsi Aspirasi Jarum
Halus/BAJAH (Fine Neddle Aspirate Biopsy/FNAB) pada pasien dengan kecurigaan TB
kelenjar, dan contoh uji jaringan pada pasien dengan kecurigaan TB jaringan lainnya.
6
Penatalaksanaan
ILUSTRASI
KASUS
ILUSTRASI KASUS
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 43 tahun di bagian
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang sejak tanggal 3
Juni 2019 dengan:
9
Riwayat Penyakit Sekarang
• Sesak nafas meningkat sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas
sudah dirasakan sejak 6 bulan yang lalu. Sesak nafas tidak berbunyi menciut, tidak
dipengaruhi cuaca, makanan, dan aktivitas. Sesak nafas dipengaruhi posisi. Sesak
nafas meningkat jika pasien miring ke kiri, dan pasien lebih senang tidur miring ke
kanan. Riwayat tidur dengan bantal tinggi untuk mengurangi sesak nafas tidak ada,
riwayat terbangun malam karena sesak nafas tidak ada.
• Batuk sejak 1 tahun yang lalu. Batuk hilang timbul disertai dahak berwarna
kekuningan. Batuk berdahak berwarna kuning kehijauan. Batuk berdarah tidak
ada.
• Benjolan pada leher disadari pasien sejak 1 tahun yang lalu. Bengkak awalnya
muncul di leher sebelah kanan berukuruan sebesar telur puyuh, tidak nyeri.
kemudian dalam 1 bulan benjolan bertambah besar dan banyak disekitar leher dan
juga ditemukan di lipat paha.
10
• Demam sejak 7 bulan yang lalu. Demam dirasakan hilang timbul. Demam
tidak tinggi dan tidak disertai menggigil. Demam biasanya meningkat pada
malam hari.
• Riwayat berkeringat banyak pada malam hari sejak 6 bulan yang lalu
• Kuku tangan kanan berubah kekuningan dan rapuh sejak 6 bulan yang lalu.
Bercak kemerahan dan bersisik pada anggota tubuh tidak ada.
• Penurunan nafsu makan sejak 5 bulan yang lalu. Pasien makan 3 kali sehari.
Pasien hanya menghabiskan 3-5 sendok makan.
• Penurunan berat badan sejak 5 bulan yang lalu. Pasien mengatakan berat badan
sebelum sakit 38 kg dan saat ini berat badan pasien 31.5 kg.
• Pasien dirujuk dari RSUD Painan dengan Diagnosis suspek limfoma maligna
dengan efusi pleura.
11
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU dan
PENGOBATAN
12
Riwayat penyakit keluarga dan Riwayat
pekerjaan, sosial, ekonomi, status perkawinan dan
kebiasaan
Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Pekerjaan, Sosial, Ekonomi, Status
○ Tidak ada keluarga pasien Perkawinan dan Kebiasaan
yang menderita tuberkulosis ○ Pasien adalah seorang ibu rumah tangga.
paru. ○ Pasien telah menikah dan memiliki 4 orang
○ Riwayat keluarga menderita anak.
keganasan tidak ada. ○ Pasien tinggal, rumah permanen dengan 3
○ Riwayat sakit gula pada kamar, jendela dan ventilasi ada di setiap
keluarga tidak ada. ruangan, lantai semen serta pencahayaan
baik.
○ Riwayat merokok tidak ada.
○ Riwayat terpapar herbisida atau pestisida
tidak ada.
13
Pemeriksaan fisik umum
Pemeriksaan Umum Tinggi badan : 145 cm Mata : Konjungtiva
Keadaaan umum: Tampak sakit Berat badan : 31.5 kg anemis (+)
sedang BMI : 15,21 kg/m2
Kesadaran: Kompos mentis (underweight)
kooperatif Edema : Tidak ada Leher : Kaku kuduk (-)
Tekanan darah: 110/70 mmHg Anemis : Ada JVP 5-2 cmH2O, trakea
Nadi : 83 x/menit, teratur, Ikterus : Tidak ada ditengah, kelenjar tiroid
pengisian cukup
Sianosis : Tidak ada tidak membesar, Terdapat
Nafas : 28 x/menit
pembesaran KGB
Suhu : 37,80C
VAS : 3
14
Kelenjar getah bening
Teraba pembesaran kelenjar getah bening multiple dengan konsistensi kenyal,
permukaan rata, mobile, dan tidak nyeri.
-
○ Regio colli dekstra 3 buah dengan ukuran terbesar 4x2x1cm. KGB lainnya
berukuran 3x1x2cm, dan 1x1x1cm.
○ Regio colii sinistra 1 buah dengan ukuran 4x3x2cm.
○ Regio inguinal kanan berukuran 2x1x1,5cm.
○ Regio inguinal kiri 2x1x1cm. Terdapat luka post. Eksisi KGB di regio coli
dekstra dan di regio inguinal kiri
15
PEMERIKSAAN FISIK PARU
Paru Depan
○ Inspeksi : Dinding thorak tampak simetris dalam kondisi statis. Dalam kondisi
dinamis gerakan nafas tidak simetris, Hemithorak kanan tampak tertinggal ketika
respirasi.
○ Palpasi : Fremitus hemitorak kanan menurun setinggi RIC V, dibandingkan
hemitorak kiri.
○ Perkusi : Pekak pada hemitorak kanan setinggi RIC V ke bawah, sonor pada
hemitorak kiri.
○ Auskultasi : Suara nafas menurun pada hemitorak kanan pada setinggi RIC V
ke bawah. Suara nafas hemitorak kiri Bronkovesikuler, ronkhi (+) basah halus
nyaring di apeks dan basal paru, wheezing (-)
16
Paru Belakang
○ Inspeksi : Dinding thorak tampak simetris dalam kondisi statis. Dalam
kondisi dinamis gerakan nafas tidak simetris, Hemithorak kanan tampak
tertinggal ketika respirasi.
○ Palpasi : Fremitus hemitorak kanan menurun setinggi RIC V,
dibandingkan hemitorak kiri.
○ Perkusi : Pekak pada hemitorak kanan setinggi RIC V ke bawah, sonor
pada hemitorak kiri.
○ Auskultasi : Suara nafas menurun pada hemitorak kanan pada
setinggi RIC V ke bawah. Suara nafas hemitorak kiri Bronkovesikuler,
ronkhi (+) basah halus nyaring di apeks dan basal paru, wheezing (-)
17
PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
○ Inspeksi : iktus tidak terlihat
○ Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
○ Perkusi : batas atas RIC II, batas kanan LSD, batas kiri 1 jari
medial LMCS RIC V
○ Auskultasi : irama teratur, M1 > M2, P2 < A2, Bising tidak ada
18
PEMERIKSAAN FISIK
ABDOMEN
19
Status dermatologikus
20
LABORATORIUM
21
URINALISIS
22
FESES RUTIN
Warna Kuning
Konsistensi Cair
Darah (-)
Lendir (-)
Leukosit 1-2 /LPB
Eritrosit 0-1 /LPB
Amuba (-)
Telur cacing (-)
23
EKG
Irama : sinus
HR : 90x /menit
Gel P : normal
PR interval : 0.12 detik
QRS Komplek : 0.08 detik
Axis : normal
ST Segmen : isoelektrik
Gel T : T inverted (-)
SV1+SV2 <35
R/S V1 <1
Kesan : irama sinus
24
DAFTAR MASALAH
SESAK NAFAS
LIMFADENOPATI
PNEUMONIA
ANEMIA
UNDERWEIGHT
25
Diagnosis primer DIAGNOSIS
Efusi Pleura dekstra ec
tuberkulosis paru
26
TERAPI
○ Istirahat / diet ML TKTP 1500 kkal (karbohidrat 840 kkal, protein 350 kkal,
lemak 210 kkal) / O2 3liter/menit
○ IVFD NaCl 0,9% 8 jam/kolf
○ Ceftriaxone 2x1000mg i.v
○ Paracetamol 3 x 500 mg p.o
○ N-acetilsistein 3 x 200 mg p.o
27
PEMERIKSAAN ANJURAN
○ Analisa gas darah ○ Test cepat molekular
○ Darah perifer lengkap ○ Analisa cairan pleura
○ Faal hepar (SGOT, SGPT, ○ Adenosine deaminase cairan
albumin, globulin, bilirubin) pleura
○ Faal ginjal (ureum dan ○ Rontgen thoraks
kreatinin) ○ Biopsi aspirasi jarum halus KGB
○ Rapid test HIV colli (d)
○ Rapid test HbsAg dan anti HCV ○ Konsul spesialis gizi klinik
○ Elektrolit (Ca,Na, K, Cl) ○ Konsul spesialis
dermatovenerologi
○ Kultur sputum
28
FOLLOW UP tanggal 4 Juni 2019
S/ sesak nafas (+), batuk (+), lemah letih (+), demam (-), nyeri dada (-).
O/
29
Retikulosit: 5.0% Kalsium: 8.7 mg/dl Protein total: 6,0
mg/dl Hasil labor
MCV: 91 fl Natrium : 132 mmol/L Albumin : 1.7 mg/dl
MCH: 33 pg Kalium : 2.5 mmol/L Globulin : 4.3 mg/dl
MCHC: 36% Klorida : 103 mmol/L Ureum : 13 mg/dl
GDS: 114 gr/dl SGOT/ SGPT : 83/86 Kreatinin : 0.4 mg/dl
u/l
Ph : 7,54
pCO2 : 24.8 mmHg
pO2 : 191,1 mmHg
HCO3- : 21,4 mmol/l
Beecf : -1.3, mmol/l
SO2 : 98,5%
Kesan : Retikulositosis, hipokalemia, peningkatan SGOT dan
30
SGPT,hipoalbuminemia
31
X-Ray thorak
○ Trakea ditengah
○ Mediastinum superior tidak melebar, aorta baik
○ Jantung ukuran tidak dapat dinilai, batasbkanan
terselubung
○ Tampak konsolidasi irreguler di lapangan atas
paru kanan dan infiltrat di lapangan tengah
kanan infiltrat di perihielr kiri
○ Tampak perselubungan inhomogen kanan
dengan meniskus sign menutupi diafragma dan
kostofrenikus kanan
Kesan: Pneumonia, Tuberkulosis paru. Suspek
tumor paru kanan, efusi pleura kanan
Konsul Spesialis Gizi Klinik Konsul Spesialis Dermatovenerologi
Kesan: Kesan:
Malnutrisi sedang, hipoalbuminemia Tinea unguium
Advis: Advice:
○ Anjuran kultur jamur kuku
○ Berikan nutrisi 1500kk (protein 300kk,
lemak 400kk) ○ Terapi setelah hasil kultur keluar
○ Nutrisi parenteral aminofluid
500ml:clinoleic 20%:Nacl 0.9% (10 jam: 4
jam : 10 jam)
○ Mikronutrien zinc 1x20mg dan vitamin B
compleks 3x2 tablet
32
A/ P/
○ Efusi Pleura kanan ec tuberkulosis paru -IVFD aminofluid 500ml:clinoleic 20%:Nacl 0.9% (10 jam: 4
jam : 10 jam)/ Oksigen 3lt/mnt
○ Suspek limfadenitis tuberklosa
-Tranfusi albumin 25% 100cc i.v
○ Suspek tumor paru kanan
-Kalium klorida 2x600 mg p.o
○ Community acquired pneumonia -Vitamin B kompleks 3x2 p.o
○ Anemia ringan normositik normokrom -Zinc 1x30mg p.o
ec AIHA -Test cepat molekular
○ Hipoalbuminemia ec malnutrisi -Analisa cairan pleura
○ Hipokalemia ec low intake -Sitologi cairan pleura
○ Tinea inguium -Rapid test HIV
-Rapid test Hbsag dan anti HCV
-Coombs test
-Kultur sputum
-CT scan thorak
-Biopsi aspirasi jarum halus KGB colli (d)
33
-Kultur jamur kuku
FOLLOW UP tanggal 4 Maret 2019
S/ sesak nafas berkurang, batuk (+), lemah letih (+), demam (-), nyeri dada (-).
O/
34
Keluar hasil tes cepat molekular:
○ MTB detected low
○ Rifampisin resistance not detected
35
Makroskopis:
Volume
50cc
Hasil analisa cairan
Kekeruhan Positif pleura
Warna Kuning
PH Kesan: berdasarkan keriteria light
Mikroskopis cairan pleura adalah eksudat
Jumlah sel 2875
Hitung jenis sel PMN 20%
Hitung jenis sel MN 80%
Sel abnormal
BTA langsung
Kimia:
Protein 3.1 g/dl
Glukosa 88g/dl
LDH
Albumin 0.9 u/l
Rivalta Posiif
36
Hasil sitologi cairan pleura
- Makroskopis: diterima cairan pleura berwarna kuning muda, keruh volume 10cc
- Mikroskopis: dari sediaan apus yang dibuat dari carian pelura warna kuning muda
keruh, volume 10 cc yang diterima (disentrifuge) mikroskopis tampak sebran padat sel-
sel limfosit dan beberapa kelompokan sel-sel mesotel. Tak tampak sel-sel ganas dalam
sediaan ini.
37
38
Hasil CT scan thorak:
- Vaskuler tidak melebar Kesan:
- Tidak tampak pembesaran jantung, tampak lesi - limfadenopati multipel pada daerah
hipodens yang mengisi daerah perikardium prevaskuler, paraaorta dan subcarina,
- Trakea di tengah peribronkial bilateral
- Cabang utama bronkus kiri dan kanan terbuka
- efusi pleura bilateral dan efusi
- Tampak massa hipodens di hemitorak posterior tengah
sampai bawah kanan dan posterior bawah kiri perikardial
- Tampak kelainan pada jaringan lunak dan skeletal - pneumonia, Tuberkulosis paru
torak meupun pada vertebra torakalis yang terscanning - splenomegali dengan limfadenopati
- Tidak tampak bayangan massa hipoden/ hiperden pada
para aorta
kedua lapangan paru
- Tidak tampak nodul hipodens/hoperdens pada kedua
lapangan paru
- Pada abdomen yang terscanning tampak lesi hipodens
yang berkonglomerasi di daerah paraaorta lien tampak
membesar
39
P/
A/ ○ IVFD aminofluid 500ml:clinoleic
○ Tuberkulosis paru dengan efusi 20%:Nacl 0.9% (10 jam: 4 jam : 10 jam)/
pleura kanan Oksigen 3lt/mnt
○ Tranfusi PRC
○ limfadenitis Tuberkulosa
○ Rifampisin 1 x 450 mg p.o
○ Efusi perikardium
○ Isoniazid 1 x 300 mg p.o
○ Community acquired pneumonia
○ Pirazinamid 1 x 1000 mg p.o
○ Anemia ringan normositik
○ Etambutol 1 x 500 mg p.o
normokrom ec AIHA sekunder
○ Piridoksin 1 x 100 mg p.o
○ Hipoalbuminemia ec malnutrisi
○ Osteocal 1 x 500 mg p.o
○ Hipokalemia ec low intake
○ Echokardiografi
○ Tinea inguium
○ Kultur sputum
○ USG abdomen
○ Biopsi aspirasi jarum halus KGB colli (d)
40
FOLLOW UP tanggal 14 Juni 2019
S/ nyeri punggung (-), nyeri ketika bergerak ada, lemah letih (-), demam (-)
O/
41
Keluar hasil labor ulangan
Hb: 13.0 g/dl Kalsium: 9.1 mg/dl Total protein: 5.9 g/dl
DC: 0/1/0/92/6/1
Meropenem ≥16 R
Ampicillin ≥ 32 R Amikacin ≤2 S
Ampicillin/sulbactam ≥ 64 R Gentamicin 2 S
Ceftriaxone ≥ 64 R Trimetoprim/ ≤ 20 S
sulfamethoxazole
Cefepime ≥64 S
43
Hasil Echokardiografi:
- Fungsi sistolik global LV baik, EF 60% (simpson)
- Global normokinetik
- Fungsi diasolik LV baik
- Katub-katub baik
- Lontraktiltias RV baik
- Efusi eprikard minimal di superior RA
44
P/
A/ - IVFD aminofluid 500ml:clinoleic
- Tuberkulosis paru dengan efusi 20%:Nacl 0.9% (10 jam: 4 jam : 10 jam)/
pleura kanan Oksigen 3lt/mnt
- Gentamicin 2x80mg i.v
- limfadenitis Tuberkulosa
- Kalium klorida 2x600 mg p.o
- Efusi perikardium
- Vitamin B kompleks 3x2 p.o
- Community acquired pneumonia
- Zinc 1x30mg p.o
- Hipoalbuminemia ec malnutrisi
- Ibuprofen 2x800mg
- Tinea inguium
- Rifampisin 1 x 450 mg p.o
- Isoniazid 1 x 300 mg p.o
- Pirazinamid 1 x 1000 mg p.o
- Etambutol 1 x 500 mg p.o
- Piridoksin 1 x 100 mg p.o
- Biopsi aspirasi jarum halus KGB colli (d)
45
FOLLOW UP tanggal 19 Juni 2019
S/ sesak nafas (-), batuk (+), lemah letih (-), demam (-), nyeri dada (-).
O/
46
Keluar hasil biopsi aspirasi jarum halus (BAJAH)
○ Makroskopik : BAJAH
○ Mikroskopik : Dalam sediaan apus BAJAH nodul regio dextra ukuran
1x1.5x1cm, mobile, kenyal padat, aspirat sedikit darah mikroskopik tampak
sebaran sel-sel limfosit, beberapa histiosit epiteloid dan dark spact
Kesan : Limfadenitis tuberkulosa
47
Hasil USG abdomen:
○ Hepar tidak membesar
○ Kandung empedu normal
○ Pankreas normal
○ Lien tidak membesar
○ Ginjal normal
48
P/
- IVFD aminofluid 500ml:clinoleic
20%:Nacl 0.9% (10 jam: 4 jam : 10 jam)/
Oksigen 3lt/mnt
A/
- Gentamicin 2x80mg i.v
- Tuberkulosis paru dengan efusi
- Kalium klorida 2x600 mg p.o
pleura kanan
- Vitamin B kompleks 3x2 p.o
- limfadenitis Tuberkulosa
- Zinc 1x30mg p.o
- Efusi perikardium
- Ibuprofen 2x800mg
- Community acquired pneumonia - Rifampisin 1 x 450 mg p.o
- Hipoalbuminemia ec malnutrisi - Isoniazid 1 x 300 mg p.o
- Tinea inguium - Pirazinamid 1 x 1000 mg p.o
- Etambutol 1 x 500 mg p.o
- Piridoksin 1 x 100 mg p.
49
50
DISKUSI
Telah dirawat seorang pasien perempuan usia 56 tahun di bagian Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang dengan diagnosis akhir:
51
Dasar Diagnosis
GEJALA KLINIS
Batuk berdahak yang
RONTGEN THORAK
lama (1 tahun) TEST CEPAT MOLEKULER
Tuberkulosis paru. Efusi
Demam yang meningkat pleura kanan BAJAH
malam hari MTB detected low
Benjolan pada kelenjar
getah bening Rifampisin resistance
Penurunan berat badan not detected
52
Diagnosis TB ditegakkan berdasarkan terdapat paling sedikit satu spesimen konfirmasi M.
tuberculosis atau sesuai dengan gambaran histologi TB atau bukti klinis dan radiologis sesuai TB.
Kasus TB definitif (Pada revisi guideline WHO tahun Kasus TB diagnosis klinis:
2013 definisi kasus TB definitif ini direvisi menjadi kasus TB yang tidak dapat memenuhi kriteria
kasus TB dengan konfirmasi bakteriologis): konfirmasi bakteriologis walau telah diupayakan
kasus dengan salah satu dari spesimen biologis maksimal, tetapi ditegakkan diagnosis TB aktif oleh
positif dengan pemeriksaan mikroskopis apusan klinisi yang memutuskan untuk memberikan
dahak, biakan atau diagnostik cepat yang telah pengobatan TB berdasarkan foto toraks abnormal,
disetujui oleh WHO (seperti Xpert MTB/RIF). histologi sugestif dan kasus ekstraparu.
54
Fase inisial seharusnya terdiri atas isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol. Fase lanjutan seharusnya terdiri atas isoniazid dan rifampisin yang
diberikan selama 4 bulan. Dosis obat anti TB yang digunakan harus sesuai dengan
rekomendasi internasional. Kombinasi dosis tetap yang terdiri atas kombinasi 2
obat (isoniazid), 3 obat (isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid), dan 4 obat
(isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan etambutol) sangat direkomendasikan.
55
Efusi pleura
Efusi eksudat terjadi bila ada proses peradangan yang menyebabkan permeabilitas kapiler
pembuluh darah pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal
dan terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura
Yoon SA, Hahn YS, Hong JM, Lee OJ, Han HS. Tuberculous pericarditis presenting as multiple free floating masses in pericardial 57
effusion. J Korean Med Sci. 2012
AIHA sekunder pada tuberkulosis
AIHA kejadian yang sangat jarang pada TB. Insiden AIHA adalah 1-3 per 100.000
populasi per tahun.
Perubahan respon imun yang terjadi pada pasien tuberkulosis menjadi dasar
patogenesis AIHA pada tuberkulosis.
AIHA tipe hangat terjadi pada ≥ 37 ° C, dimediasi oleh IgG dan tipe dingin terjadi
pada <37 ° C, yang melibatkan anti-body IgM.
Umumnya gangguan limfoproliferatif menyebabkan tipe hangat, Mycoplasma dan
infeksi virus umumnya menyebabkan tipe dingin.
mengobati penyakit dasar adalah prinsip dasar pengobatan AIHA pada TB
Devarajan Rathishl, Sisira Siribaddana. Tuberculosis induced autoimmune haemolytic anaemia: Faculty of Medicine and Allied Sciences, Rajarata 58
University of Sri Lanka. Medical Articel of Allergy Asthma Clin Immun
TERIMA
KASIH...
59