Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH DAN KONSEP KONGNITIF PADA LANSIA

SERTA ASPEK LEGAL KEPERAWATAN GERONTIK


oleh kelompok 2

1. Angelina T. Klaas
2. Calista Nenobahan
3. Jeni Dorince Abi
4. Mardiana Tenggu Nalu
5. Musa Riwu
6. Taroci Padakama
Sejarah Terapi Kongnitif
• Sejarah terapi kognitif pada awalnya dikembangkan pada awal 1960 oleh
Dr. Aaron Beck dari University of Pennsylvania. Teori tersebut
memostulasikan bahwa selama perkembangan kognitifnya klien belajar
kebiasaan-kebiasaan yang tidak tepat untuk memproses dan
menginterpretasi informasi. Terapi kognitif berusaha bahwa distorsi
kognitif klien dan membantunya mempelajari berbagai macam cara yang
berbeda dan lebih realistis untuk memproses dan menguji realitas
informasi.
Secara historis, terapi kognitif dapat dirunut kembali kepada karya filsuf Epictetus, pada
abad pertama Masehi berpendapat bahwa orang-orang tidak terganggu oleh hal
jasmaniah, namun terganggu oleh pandangan mereka tentang hal-hal itu. Yang lebih
mutakhir, akarnya terletak pada karya John Broadus Watson, seorang yang dikenal
sebagai bapak pendekatan perilaku, dan karya fisiolog Ivan Pavlov, yang berdasarkan
risetnya pada binatang, menghasilkan prinsip-prinsip pengkondisian klasik.
Kemudian pendapat Alfred Alder, dalam bukunya berjudul What Life Should Mean to
You menuliskan bahwa makna tidak ditentukan oleh situasi, namun kitalah yang
menentukan diri kita dengan makna yang kita berikan pada situasi tersebut. Juga pada
tahun 1950, George Kelly pencipta terapi konstruk personal berpendapat bahwa individu
adalah ilmuwan yang mengembangkan gagasan dan kemudian mengujinya dengan
mempraktikannya.
Definisi dan Tujuan Terapi Kongnitif
Terapi perilaku kognitif/Cognitive Behavior Therapy (CBT), atau disebut juga dengan
istilah Cognitive Behavior Modification merupakan salah satu terapi modifikasi
perilaku yang menggunakan kognisi sebagai “kunci” dari perubahan perilaku. Terapis
membantu klien dengan cara membuang pikiran dan keyakinan buruk klien, untuk
kemudian diganti dengan konstruksi pola pikir yang lebih baik. Perilaku merupakan
pendekatan konseling dan terapi yang memadukan pendekatan cognitive (pikiran) dan
behavior (perilaku) untuk memecahkan masalah. Pendekatan cognitive (pikiran)
berusaha memfokuskan untuk menempatkan suatu pikiran, keyakinan, atau bentuk
pembicaraan diri (self talk) terhadap orang lain (misalnya, hidup saya sengsara
sehingga sulit untuk dapat menentukan tujuan hidup saya).
Tujuan Terapi Kongnitif
• Langsung: memperbaiki ( menghentikan mengganti/
mengubah) proses pikir.
• Tidak langsung: mengurangi sampai dengan
menghilangkan perilaku yang menyimpang,
meningkatkan perilaku yang produktif, dan
meningkatkan kepuasan serta penerimaan diri.
Terapi Kongnitif Kepribadian
Beck (dalam Seligman, 2006) membagi kognisi individu ke dalam empat tingkatan, yaitu pikiran otomatis, keyakinan tingkat
tinggi, keyakinan inti, dan skema.
• Pikiran otomatis
menjembatani situasi dan emosi, artinyadari situasi tertentu dapat muncul pikiran otomatis tertentu dan dapat membangkitkan
emosi tertentu. 
• Keyakinan tingkat tinggi
merefleksikan suatu aturan dan sikap yang absolut yang membentuk pikiran otomatis
• Keyakinan hati
ide sentral tentang diri yang mendasari berbagai pikiran otomatis dan selalu direfleksikan dalam keyakinan lanjut
• Skema
didefinisikan sebagai struktur kognitif yang mencakup keyakinan inti atau suatu aturan khusus yang mengendalikan perilaku
dan pemrosesan informasi. Skema akan mempengaruhi cara individu mempersepsi realita dan dapat bersifat personal. Suatu
skema dapat diaktifkan melalui satu stimuli khusus. Jika skema telah aktif, skema akan menggabungkan berbagai informasi
yang konsisten dan relevan serta menolak informasi yang kontradiktif.
Teori Terapi Kongnitif
Pola pikir seseorang terhadap sesuatu dapat memengaruhi emosi dan perilakunya. Sebagai
contoh, seseorang yang pernikahannya berakhir dengan perceraian akan berpikir bahwa dirinya
bukan pasangan yang baik, dan tidak pantas menjalani suatu hubungan. Pola pikir tersebut akan
membuatnya putus asa, kemudian memicunya menjauhkan diri dari lingkup sosial. Bila kondisi
tersebut dibiarkan, dia akan terjebak pada siklus pola pikir, emosi dan perilaku yang
negatif.Pada terapi perilaku kognitif, pasien yang mengalami kondisi seperti di atas akan belajar
cara berpikir positif, sehingga akan menghasilkan emosi dan perilaku positif pula.
Terapi perilaku kognitif dapat dilakukan dalam sesi personal, baik bertemu langsung atau
melalui telepon dan panggilan video. Terapi juga bisa dilakukan secara berkelompok, baik
bersama anggota keluarga, maupun dengan orang yang memiliki masalah serupa. Pada
beberapa kondisi, terapi dapat dilakukan secara online melalui komputer.
Teknik Terapi Kongnitif
Teknik yang biasa dipergunakan oleh para ahli dalam Cognitive Behavior Therapy CBT yaitu:
• Menata keyakinan irasional.
• Bibliotherapy, menerima kondisi emosional internal sebagai sesuatu yang menarik ketimbang sesuatu yang
menakutkan.
• Mengulang kembali penggunaan beragam pernyataan diri dalam role play dengan konselor.
• Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri yang berbeda dalam situasi ril.
• Mengukur perasaan, misalnya dengan mengukur perasaan cemas yang dialami pada saat ini dengan skala 0-100.
• Menghentikan pikiran. Konseli belajar untuk menghentika pikiran negatif dan mengubahnya menjadi pikiran positif.
• Desensitization systematic. Digantinya respons takut dan cemas dengan respon relaksasi dengan cara mengemukakan
permasalahan secara berulang-ulang dan berurutan dari respon.
Langkah-langkah Terapi Kongnitif
A. Tujuan E. Langkah-langkah
•Pasien mampu mendemonstrasikan cara mengatasi pikiran otomatis Persiapan
negative • Kontrak dengan pasien
B. Setting • Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
•Pertemuan dilakukan di satu ruangan yang ada di ruang rawat inap Orientasi
pasien • Salam teraupetik
•Suasana ruangan harus tenang Fase kerja

•Pasien duduk berhadapan dengan terapis • Diskusikan cara melawan pikiran otomatif negative dengan cara memberi tanggapan
positif (aspek positif yang domiliki pasien) dan minta pasien mencatatnya dalam lembar
C. Alat cara melawan pikiran otomatis negative
•Format evaluasi proses • Latih kembali pasien untuk menggunakan aspek-aspek positif pasien dalam melawan
pikiran otomatis negative
•Format dokumentasi
• Memberi pujian terhadap keberhasilan
•Format jadwal kegiatan harian Terminasi
•Alat tulis • Evaluasi
D. Metode • Terapis menyanyakan perasaan pasien setelah latihan mengatasi pikiran otomatis
•Diskusi dan Tanya jawab negative
Contoh Terapi Kongnitif
1. Terapi dengan puzzle
• Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kongnitif adalah dengan menjagak mereka bermain puzzle. Hal ini
bertujuan untuk melatih organ otak untuk mengingat dan tidak mudah pikun. Dengan bermain ini lansia akan
terangsang daya ingat dan kreatifnya untuk berpikir dan melakukannya dengan perasaan yang riang gembira serta
antusia tinggi.
2. Terapi teka-teki
• Contoh terapi kongnitif pada lansia adalah dengan mengajak bermain teka-teki. Permainan ini juga dapat merangsang
perasaan, daya ingat dan juga lansia bersemangat untuk menjawab didalamnya. Dengan demikian lansia akan merasa
gembira serta terhibur.
3. Terapi bermain catur
• Tujuan dari permainan ini sama dengan permainan lainnya, untuk menyegarkan daya ingat serta melatih otak untuk
tetap berfungsi dengan baik. Terapi ini juga berfungsi untuk mengatasi atau mengurangi penyakit pikun pada lansia.
4. Terapi dengan ketrampilan
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan daya ingat. Contoh terapi ketrampilan berupa merajut kain,
menyulan benang, membuat kerajinan, seperti bunga. Hal ini ciukup menarik untuk dilakukan para
lansia untuk mengisi waktu luang dan merasa gembira secara hati dan pikirannya.
5. Terapi bermain tebak-tebakan
Terapi permainan ini cukup asyik dan cukup menantang, para lansia harus menebak apa yang menjadi
tebakannya. Terapi ini dapat meningkatkan daya ingat, memori, juga menjaga perasaan menjadi lebih
tenang dan juga atraktif.
6. Terapi belajar
Contoh terapi konitif belajar yaitu seperti menggambar, belajar mengerjakan sebuah pola, belajar
menegerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Terapi ini bertujuan untuk menghilangkan rasa jenuh,
bosan dan juga mengisi waktu luang. Kegiatan ini dapat melatih para lansia melatih emosi, perasaan,
hati dan juga pikiran lebih fokus dan terarah.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai