Penetapan Kadar
Vitamin C Secara
Spektrofotometri Ultra
Violet
ANGGOTA KELOMPOK
1. Apriza Yuswan 1910631210004
2. Marisah 1910631210011
3. Putri Mutiara Iskandar 1910631210014
4. Riani 1910631210015
5. Sekar Ayu Maharani 1910631210016
6. Silvana Lestari Irwansyah 1910631210017
7. Siti Farikha 1910631210018
8. Sulastri 1910631210019
9. Febi Febriani Hasanah 1910631210034
10. Fira Aulia Fatan 19106631210035
11. Fitri Aida 1910631210036
12. Galih Ibnu Mukti 1910631210037
13. Regita Nailuvar 1910631210078
TABLE OF CONTENS
Penetapan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan cara spektrofotometri ultra violet.
(200-400nm)
- Analisis kuantitatif umumnya didasarkan atas pengukuran resapan dari larutan
Zat dalam pelarut yang cocok pada panjang gelombang resapan maksimum dari
Zat tersebut.
- Pada analisa kuantitatif dibuat dahulu kurva standar/kurva kalibrasi. Kurva
Standar menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan (sumbu-x) dengan
Absorbansi larutan (sumbu-y).
- Pembuatan kurva kalibrasi dibuat dari larutan standar. Larutan standar berfungsi
Sebagai standar yang digunakan pada analisis volumetrik. Bila kondisi percobaan
Memenuhi hukum Beer, maka hubungan resapan dengan konsentrasi adalah linier.
Pembatasan dalam hukum Lambert Beer :
1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
2. Penyerapan terjadi dalam volume yang memiliki penampang luas yang sama
3. Tidak ada senyawa lain yang menyerap dalam larutan senyawa
4. Tidak terjadi fluoresensi atau fosforesensi
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Spektrofotometer UV-
Corong
Vis
Vitamin C
Aquadest
PROSEDUR
HASIL
kelompok 1
Hasil Penentuan Panjang Gelombang Kelompok 1
Maksimum Vitamin C (10 ppm)
λ max = 260 nm
No Konsentrasi Absorbansi
Ku rv a k a lib ra si s tand ar vita min c
1. 4 ppm 2.149 4
3.5 f(x) = 0.3953 x + 1.9325
2. 6 ppm 2.86 R² = 0.917827572426117
3
3. 8 ppm 3.312 2.5
2
4. 10 ppm 3.653 1.5
5. 12 ppm 1
3.692
0.5
0
Absorbansi Sampel = 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm
3.818
PEMBAHASAN
kelompok 1
PEMBAHASAN
Hasil pada praktikum kali ini didapat serapan panjang gelombang maksimum (λ) sebesar 260 nm pada
larutan baku induk vitamin C dengan konsentrasi 10 ppm, berikut nilai absorbansi setiap konsentrasi pada
kurva kalibrasi.
• Tabel 1 memperlihatkan hasil pengukuran absorbansi dari beberapa larutan standar vitamin C mulai
dari konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm pada panjang gelombang UV.
• Dari tabel tersebut dapat diketahui semakin besar konsentrasi larutan standar vitamin C semakin besar
absorbansi yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi yang dihasilkan pada panjang gelombang UV, akan tetapi pada tabel tersebut diperoleh
persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi adalah y= 0,3953x + 1,9325 dengan nilai koefisien
korelasi (R2) sebesar 0,9178 yang menunjukkan tidak linearitas dari persamaan tersebut.
• Walaupun hubungan konsentrasi dan absorbansi berbanding lurus, artinya nilai r yang didapat tidak
sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Hal ini menyatakan koefisien korelasi ini menunjukkan hasil tidak
linear, karena tidak memenuhi persyaratan dimana nilai (r) berada pada rentang 0,95 ≤ r ≤ 1.
KESIMPULAN
kelompok 1
Kesimpulan
• Penentuan kadar vitamin C yang terkandung di dalam sampel obat,
makanan dan minuman kemasan bisa ditentukan menggunakan metode
spektrofotometer UV.
• Spektrofotometer UV ini memiliki panjang gelombang UV 200 – 400 nm,
sedangkan kadar vitamin C dapat diukur pada panjang gelombang UV 265
nm.
• Prosedur kerja praktikum ini dimulai dari pembuatan larutan induk vitamin
C 100 ppm, penentuan panjang gelombang maksimum larutan vitamin C,
pembuatan kurva kalibrasi (4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm),
dan penetapan kadar sampel.
• Hasil yang didapat pada praktikum kali ini kurva kalibrasi tidak linier
dimana yang berarti tidak sesuai dengan hukum Lambert-Beer walaupun
nilai absorbansi semakin tinggi maka berbanding lurus juga dengan
konsentrasi yang semakin tinggi juga. Akan tetapi nilai R2 atau nilai
koefisien korelasinya tidak tepat
HASIL
kelompok 2
Hasil Penentuan Panjang Gelombang Kelompok 2
Maksimum Vitamin C (10 ppm)
λ max = 260 nm
No Konsentrasi Absorbansi
Regresi Linier
1. 4 ppm 1.425 4
3.5
2. 6 ppm 3 f(x) = 0.24615 x + 0.4596
2.468 R² = 0.711894972683785
Absorbansi
2.5
absorbansi
2
3. 8 ppm 1.623 Linear (absorbansi)
1.5
1
4. 10 ppm 3.015 0.5
0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
5. 12 ppm 3.613 Konsentrasi vitamin C (mg/L)
Absorbansi Sampel =
3.923
PEMBAHASAN
kelompok 2
PEMBAHASAN
Hasil pada praktikum kali ini didapat serapan panjang gelombang maksimum (λ) sebesar 260 nm pada
larutan baku induk vitamin C dengan konsentrasi 10 ppm, berikut nilai absorbansi setiap konsentrasi pada
kurva kalibrasi.
• Tabel 1 memperlihatkan hasil pengukuran absorbansi dari beberapa larutan standar vitamin C mulai dari
konsentrasi 4 sampai 12 mg/L pada panjang gelombang 260nm dan mendapatkan persamaan garis linier
y = 0.2462x + 0.4596 . Pada tabel 1 terlihat bahwa terjadinya penurunan absorbansi pada konsentrasi 8
ppm yaitu 1.623.
• Pada Gambar 1 nilai R2 = 0.7119 ini menunjukkan tingkat linier yang buruk dari data yang diolah.
KESIMPULAN
kelompok 2
Kesimpulan
6. Dachriyanus, D. (2004). Analisis struktur senyawa organik secara spektroskopi. LPTIK Universitas Andalas.2.
7. Suhartati, T. (2017). Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrometri massa untuk penentuan struktur senyawa
organik.
8. Ngibad, K., & Herawati, D. (2019). Perbandingan Pengukuran Kadar Vitamin C Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
pada Panjang Gelombang UV dan Visible. Borneo Journal of Medical Laboratory Technology,
9. Maulana, Statistika dalam Penelitian Pendidikan: Konsep Dasar dan Kajian Praktis. Sumedang: UPI Sumedang Press, 2016.