Anda di halaman 1dari 28

SHIFT 6

Penetapan Kadar
Vitamin C Secara
Spektrofotometri Ultra
Violet
ANGGOTA KELOMPOK
1. Apriza Yuswan 1910631210004
2. Marisah 1910631210011
3. Putri Mutiara Iskandar 1910631210014
4. Riani 1910631210015
5. Sekar Ayu Maharani 1910631210016
6. Silvana Lestari Irwansyah 1910631210017
7. Siti Farikha 1910631210018
8. Sulastri 1910631210019
9. Febi Febriani Hasanah 1910631210034
10. Fira Aulia Fatan 19106631210035
11. Fitri Aida 1910631210036
12. Galih Ibnu Mukti 1910631210037
13. Regita Nailuvar 1910631210078
TABLE OF CONTENS

3. ALAT DAN BAHAN

1. TUJUAN 4. PROSEDUR 6. PEMBAHASAN

2. DASAR TEORI 5. HASIL 7. KESIMPULAN


01.
TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami
cara penetapan kadar secara
spektrofotometri Ultra Violet
02.
DASAR TEORI
Vitamin C atau biasa dikenal sebagai asam askorbat memiliki struktur kimia
C6H8O6 banyak digunakan karena khasiatnya sebagai antioksidan. Kebutuhan vitamin C
bisa didapatkan dari buah-buahan seperti jeruk, mangga, papaya, anggur, semangka,
cabai dan lain-lain.
Kandungan vitamin C pada tablet suplemen pun berbeda-beda, semakin banyak kadar
vitamin C yang terkandung di dalam tablet suplemen, maka semakin besar
kemampuannya sebagai inaktivator reaksi oksidasi.

Penetapan kadar vitamin C dapat dilakukan dengan cara spektrofotometri ultra violet.
(200-400nm)
- Analisis kuantitatif umumnya didasarkan atas pengukuran resapan dari larutan
Zat dalam pelarut yang cocok pada panjang gelombang resapan maksimum dari
Zat tersebut.
- Pada analisa kuantitatif dibuat dahulu kurva standar/kurva kalibrasi. Kurva
Standar menunjukkan hubungan antara konsentrasi larutan (sumbu-x) dengan
Absorbansi larutan (sumbu-y).
- Pembuatan kurva kalibrasi dibuat dari larutan standar. Larutan standar berfungsi
Sebagai standar yang digunakan pada analisis volumetrik. Bila kondisi percobaan
Memenuhi hukum Beer, maka hubungan resapan dengan konsentrasi adalah linier.
Pembatasan dalam hukum Lambert Beer :
1. Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
2. Penyerapan terjadi dalam volume yang memiliki penampang luas yang sama
3. Tidak ada senyawa lain yang menyerap dalam larutan senyawa
4. Tidak terjadi fluoresensi atau fosforesensi
5. Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan

Hal – hal penting dalam pengukuran spektrofotometri UV-Visibel :


6. Terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna dan akan diukur dengan
spektrofotometer visibel dilakukan derivatisasi
2. Waktu operasional untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil
3. Pemilihan panjang gelombang maksimum (λ max)
4. Pembuatan kurva baku sebaiknya sering diperiksa ulang
5. Pembacaan absorbansi sampel/cuplikan sebaiknya dalam rentang 0,2 – 0,8
03.
ALAT DAN
BAHAN
Alat

Spektrofotometer UV-
Corong
Vis

Labu ukur 100 ml Kertas whatman


Pipet ukur

Labu ukur 50 ml Bulb Pipet volume

Erlenmeyer 500 ml Kertas saring


Bahan

Vitamin C

Aquadest
PROSEDUR
HASIL
kelompok 1
Hasil Penentuan Panjang Gelombang Kelompok 1
Maksimum Vitamin C (10 ppm)
 λ max = 260 nm

No Konsentrasi Absorbansi
Ku rv a k a lib ra si s tand ar vita min c
1. 4 ppm 2.149 4
3.5 f(x) = 0.3953 x + 1.9325
2. 6 ppm 2.86 R² = 0.917827572426117
3
3. 8 ppm 3.312 2.5
2
4. 10 ppm 3.653 1.5
5. 12 ppm 1
3.692
0.5
0
Absorbansi Sampel = 4 ppm 6 ppm 8 ppm 10 ppm 12 ppm
3.818
PEMBAHASAN
kelompok 1
PEMBAHASAN
Hasil pada praktikum kali ini didapat serapan panjang gelombang maksimum (λ) sebesar 260 nm pada
larutan baku induk vitamin C dengan konsentrasi 10 ppm, berikut nilai absorbansi setiap konsentrasi pada
kurva kalibrasi.
• Tabel 1 memperlihatkan hasil pengukuran absorbansi dari beberapa larutan standar vitamin C mulai
dari konsentrasi 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm pada panjang gelombang UV.

• Dari tabel tersebut dapat diketahui semakin besar konsentrasi larutan standar vitamin C semakin besar
absorbansi yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara konsentrasi dan
absorbansi yang dihasilkan pada panjang gelombang UV, akan tetapi pada tabel tersebut diperoleh
persamaan regresi linear dari kurva kalibrasi adalah y= 0,3953x + 1,9325 dengan nilai koefisien
korelasi (R2) sebesar 0,9178 yang menunjukkan tidak linearitas dari persamaan tersebut.

• Walaupun hubungan konsentrasi dan absorbansi berbanding lurus, artinya nilai r yang didapat tidak
sesuai dengan hukum Lambert-Beer. Hal ini menyatakan koefisien korelasi ini menunjukkan hasil tidak
linear, karena tidak memenuhi persyaratan dimana nilai (r) berada pada rentang 0,95 ≤ r ≤ 1.
KESIMPULAN
kelompok 1
Kesimpulan
• Penentuan kadar vitamin C yang terkandung di dalam sampel obat,
makanan dan minuman kemasan bisa ditentukan menggunakan metode
spektrofotometer UV.
• Spektrofotometer UV ini memiliki panjang gelombang UV 200 – 400 nm,
sedangkan kadar vitamin C dapat diukur pada panjang gelombang UV 265
nm.
• Prosedur kerja praktikum ini dimulai dari pembuatan larutan induk vitamin
C 100 ppm, penentuan panjang gelombang maksimum larutan vitamin C,
pembuatan kurva kalibrasi (4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm, dan 12 ppm),
dan penetapan kadar sampel.
• Hasil yang didapat pada praktikum kali ini kurva kalibrasi tidak linier
dimana yang berarti tidak sesuai dengan hukum Lambert-Beer walaupun
nilai absorbansi semakin tinggi maka berbanding lurus juga dengan
konsentrasi yang semakin tinggi juga. Akan tetapi nilai R2 atau nilai
koefisien korelasinya tidak tepat
HASIL
kelompok 2
Hasil Penentuan Panjang Gelombang Kelompok 2
Maksimum Vitamin C (10 ppm)
 λ max = 260 nm

No Konsentrasi Absorbansi
Regresi Linier
1. 4 ppm 1.425 4
3.5
2. 6 ppm 3 f(x) = 0.24615 x + 0.4596
2.468 R² = 0.711894972683785

Absorbansi
2.5
absorbansi
2
3. 8 ppm 1.623 Linear (absorbansi)
1.5
1
4. 10 ppm 3.015 0.5
0
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
5. 12 ppm 3.613 Konsentrasi vitamin C (mg/L)

Absorbansi Sampel =
3.923
PEMBAHASAN
kelompok 2
PEMBAHASAN
Hasil pada praktikum kali ini didapat serapan panjang gelombang maksimum (λ) sebesar 260 nm pada
larutan baku induk vitamin C dengan konsentrasi 10 ppm, berikut nilai absorbansi setiap konsentrasi pada
kurva kalibrasi.
• Tabel 1 memperlihatkan hasil pengukuran absorbansi dari beberapa larutan standar vitamin C mulai dari
konsentrasi 4 sampai 12 mg/L pada panjang gelombang 260nm dan mendapatkan persamaan garis linier
y = 0.2462x + 0.4596 . Pada tabel 1 terlihat bahwa terjadinya penurunan absorbansi pada konsentrasi 8
ppm yaitu 1.623.
• Pada Gambar 1 nilai R2 = 0.7119 ini menunjukkan tingkat linier yang buruk dari data yang diolah.
KESIMPULAN
kelompok 2
Kesimpulan

Pada praktikum analisis kuantitatif vitamin C menggunakan spektrofotometri


UV Vis menghasilkan persamaan garis linier y = 0.2462x + 0.4596 dengan
koefisien korelasi R2 = 0.7119, yang mana menunjukkan data yang diolah tidak
memenuhi persyaratan yang ada dan dapat dikatakan tidak linier. Selain itu,
nilai absorbansi yang turun pada konsentrasi 8 ppm dan nilai absorbansi yang
tidak berada pada daerah Hukum Lambert-Beer berlaku, memperkuat bahwa
data yang diperoleh tidak linier, sehingga perhitungan konsentrasi kadar
vitamin C pada sampel tablet X tidak dapat dihitung lebih lanjut.
THANK YOU
Daftar Pustaka
1. Warono D, Syamsudin. 2013. Unjuk Kerja Spektrofotometer Untuk Analisa Zat Aktif Ketoprofen. Konversi. Vol 2(2);57-
65
2. Ngibad K, Herawati D. 2019. Perbandingan Pengukuran Kadar Vitamin C Menggunakan Spektrofotometri Uv-Vis Pada
Panjang Gelombang Uv Dan Visible. Borneo Journal Of Medical Laboratory Technology. 1(2);77-81
3. Solikha D.F. 2019. Penentuan Kadar Tembaga (Ii) Pada Sampel Menggunakan Spektroskopi Serapan Atom (Ssa) Perkin
Erlmer Analyst 100 Metode Kurva Kalibrasi. Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia. 4(2);1-11
4. Sayuthi M.I, Kurniawati P. 2017. Validasi Metode Analisis Dan Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Sediaan Tablet
Secara Spektrofotometri Uv-Visible. Prosiding Seminar Nasional Kimia Fmipa Unesa. ISBN : 978-602-0951-15-7
5. Jurwita M, Nasir. M, Gani A. 2020. Analisis Kadar Vitamin C Bawang Putih dan Hitam dengan Metode Spektrofotometri
UV-Vis. Kovalen: Jurnal Riset Kimia. 6(3):252-261

6. Dachriyanus, D. (2004). Analisis struktur senyawa organik secara spektroskopi. LPTIK Universitas Andalas.2.

7. Suhartati, T. (2017). Dasar-dasar spektrofotometri UV-Vis dan spektrometri massa untuk penentuan struktur senyawa
organik.

8. Ngibad, K., & Herawati, D. (2019). Perbandingan Pengukuran Kadar Vitamin C Menggunakan Spektrofotometri UV-Vis
pada Panjang Gelombang UV dan Visible. Borneo Journal of Medical Laboratory Technology,

9. Maulana, Statistika dalam Penelitian Pendidikan: Konsep Dasar dan Kajian Praktis. Sumedang: UPI Sumedang Press, 2016.

Anda mungkin juga menyukai