Anda di halaman 1dari 29

Manusia dan Peradaban

Wirutomo (2002)

 Millenium kedua yang lalu telah ditandai


dengan perkembangan yang dahsyat dari
peradaban manusia : revolusi industri,
perkembangan teknologi dan kesenian,
lahirnya berbagai ideologi moderen,
gl0balisasi, dsb.
Pernyataan PBB

 “Millenium II adalah Millenium yang paling


kejam”. Kekejaman ini bukan hanya dilihat dari
jumlah korban manusia dalam peperangan dan
konflik antar negara, bangsa dan golongan,
tetapi juga dari hasil pembangunan yang
ternyata hanya memperkaya sekelompok kecil
masyarakat dan menjerumuskan lebih dari satu
milyar orang dalam sekarat kemiskinan.
Kekejaman itu bukan hanya pada manusia,
tetapi juga pada hewan dan lingkungan alam.
 Pesan PBB untuk Millenium III adalah “keadilan
dan anti kekerasan”.
 Ini adalah suatu pesan moral, karena krisis umat
manusia adalah pada aspek moral : Ditengah
perkembangan peradabannya, umat manusia
masih berkubang dalam naluri dasar
“kebiadabannya” yaitu “kekerasan” (violence)
 IPTEK yang berkembang amat pesat pada
millenium II ternyata lebih banyak
mengembangkan rasionalitas, namun tidak
membela nilai-nilai (moral, etika, dsb)
Huntington (1996) : setelah perang ideologi antara
komunisme dan kapitalisme berakhir, justru akan muncul “the
clash of civilization” (perang antar peradaban).

Dasar dari permusuhan antar peradaban itu adalah “basic


instinct” manusia yaitu “kebencian” dan rasa permusuhan
thd golongan lain yang berbeda identitasnya
(Wirutomo,2002)

Seperti dalam motto:


“There can be friends without true enemies” atau :
unless we hate what we are not, we can not love
what we have”
Pengertian adab, peradaban dan
kebudayaan

Adab berarti akhlak atau kesopanan dan kehalusan budi


pekerti. Manusia beradab dengan demikian adalah
manusia yang berakhlak, yang memiliki kesopanan dan
budi pekerti. Yang tidak berakhlak disebut biadab.
Siapa memberikan ukuran beradab tidak nya manusia ?
Huntington (2001) : peradaban tidak lain adalah
perkembangan kebudayaan yang telah mencapai
tingkat tertentu yang diperoleh manusia
pendukungnya.
Ditinjau dari berbagai pendekatan, peradaban
memiliki esensi yang sama : (1) Organisasi sosial, (2)
kebudayaan, (3) cara berkehidupan yang sudah maju.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peradaban


mengacu pada masyarakat yang memiliki organisasi
sosial, kebudayaan, dan cara berkehidupan yang sudah
maju yang menyebabkannya berbeda dari masyarakat
lain.
 Kebudayaan telah mengalami proses perkembangan
secara bertahap (evolusi kebudayaan);
 Evolusi kebudayaan berlangsung sesuai dengan
perkembangan akal budi manusia dalam
menghadapi tantangan hidup dari waktu ke waktu;
 Peradaban merupakan tahap tertentu dari
kebudayaan masyarakat tertentu yang telah
mencapai kemajuan tertentu, yang dicirikan oleh
tingkat ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni yang
telah maju;
Alvin Toffler (The Third Wave, 1981) :

Bahwa dalam evolusi budaya telah terjadi tiga gelombang


dalam kehidupan manusia :
• Gelombang pertama : tahap peradaban pertanian,
dimulai kehidupan baru dari budaya meramu beralih ke
budaya bercocok tanam (revolusi agraris)
• Gelombang kedua : tahap peradaban industri (revolusi
industri)
• Gelombang ketiga : tahap peradaban informasi

Alvin Toffler : Indonesia masih dalam peradaban


pertanian atau gelombang pertama ???
Modernisasi, Globalisasi dan
Universalisme
 Modernisasi merupakan proses yang dilandasi oleh
seperangkat rencana dan kebijakan yang didasari untuk
merubah masyarakat ke arah kehidupan masyarakat
kontemporer yang lebih maju dalam “derajat kehormatan
tertentu”;
 Modernisasi merupakan proses mengangkat kehidupan,
suasana batin yang lebih baik dan maju daripada
kehidupan sebelumnya, suasana kehidupan yang serasi
dengan kemajuan zaman. Oleh karena itu kehidupan
modern, tercermin dalam pikiran yang rasional,
ekonomis, efektif, efisien, menuju ke kehidupan yang
makin produktif (Sumaatmaja,2000)
Globalisasi

Globalisasi adalah arus informasi dan


komunikasi tanpa batas terhadap “kehidupan”
masyarakat di dunia.
Arus informasi yang berkembang cepat,
menumbuhkan cakrawala pandangan manusia
semakin terbuka dan “menembus batas”.
 Keadaan yang menggejala di seluruh dunia
adalah pesatnya kemajuan teknologi;
 Dampak globalisasi didahului oleh teknologi,
sehingga teknologi mempunyai kekuatan
yang “otonom” yang mempengaruhi
perilaku dan gaya hidup (life style)
Teknologi, yang sebenarnya merupakan alat
bantu/ekstensi kemampuan diri manusia,
dewasa ini telah menjadi sebuah kekuatan
“otonom” yang justru “membelenggu” perilaku
dan gaya hidup kita sendiri. Dengan daya
pengaruhnya yang sangat besar, karena
ditopang pula oleh sistem-sistem sosial yang
kuat, dan dalam kecepatan yang semakin
tinggi, teknologi telah menjadi “pengarah”
hidup manusia.
 Globalisasi berhubungan dengan nilai-nilai
kebudayaan, artinya suatu nilai yang diterima
di suatu tempat (komunitas budaya) belum
tentu bisa diterima di komunitas yang lain.
 Akibat dari “global impact” adalah masyarakat
mengalami anomi (tidak memiliki norma) dan
heteronomi (memiliki banyak norma);
 Karena perilaku manusia yang heteronomi,
maka terjadi kompromisme sosial;
Globalisasi, yang semakin menggejala karena
didukung kemajuan teknologi, terutama sekali
dibidang informasi dan komunikasi, juga
menimbulkan beragam “kekacauan normatif”.
Norma-norma yang diserap suatu masyarakat
menjadi simpang siur (heteronomi; anomie)
dan manusia mengalami disorientasi karena
menghadapi “ketidakpastian-ketidakpastian”.
Universalisme
 Universal adalah hal-hal yang berlaku secara
objektif di mana-mana dan kapan saja,
dengan demikian tidak berlaku “relativisme”.
 Dalam hal ini dalil-dalil aksioma berlaku
universal dalam keabsahannya sehingga tidak
mengandung dampak konflik dalam
penerapannya.
Membangun Peradaban Indonesia di
Tengah Globalisasi

Dewasa ini kita menghadapi kewajiban ganda :


 Melestarikan warisan budaya bangsa yang
kaya;
 Membangun kebudayaan nasional yang
modern;
Tujuan akhir dari kedua usaha atau kewajiban ini
adalah masyarakat modern yang tipikal
indonesia, masyarakat yang tidak hanya
mampu membangun dirinya sederajat dengan
bangsa lainnya, tetapi juga tangguh
menghadapi tantangan kemerosotan mutu
lingkungan hidup akibat arus ilmu dan teknologi
modern maupun menghadapi trend global yang
membawa daya tarik kuat ke arah pola hidup
yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur
bangsa.
Bahwa suatu era segera akan selesai dilalui,
yaitu era industri, dan sekarang, manusia
sedang memasuki era baru, yaitu era informasi.
Proses perubahan yang sekarang berlangsung
dikatakan sebagai proses transformasi
masyarakat industri menjadi masyarakat
informasi, yaitu suatu masyarakat yang
kehidupan dan kemajuannya sangat
dipengaruhi oleh penguasaan atas informasi.
 Sejarah manusia mencatat evolusi teknologi
yang mengubah peradaban manusia dari satu
zaman ke zaman lain.
 Evolusi teknologi melahirkan evolusi
kebudayaannya dan peradaban, dari manusia
gua ke masyarakat agraris dan akhirnya ke
masyarakat industri.
Perkembangan teknologi di abad ke 21 ini
tampaknya sudah tidak bisa lagi dikatakan
sebagai evolusi, karena yang terjadi adalah
lompatan-lompatan besar jauh ke muka dalam
tempo yang dalam konteks sejarah peradaban
manusia adalah sangat singkat.
Beberapa terobosan (breakthrough) teknologi
telah membawa manusia melaju ke suatu masa
depan yang manusia sendiri belum dapat
menggambarkan secara pasti arah dan batasan-
batasannya, karena demikian luasnya
kemungkinan-kemungkinan yang terbuka.
Dengan mengabaikan berbagai faktor lainnya,
dapat dikatakan revolusi informasi dan
komunikasi yang terutama terjadi dalam awal
abad ke-21 inilah, yang mempengaruhi
kecenderungan perubahan mendasar dalam
kehidupan manusia yang salah satu aspek di
antaranya adalah kecenderungan globalisasi.
Menurut Azyumardi (2004:2)
Disorientasi, dislokasi atau krisis sosial-budaya
umumnya di kalangan masyarakat kita semakin
bertambah dengan kian meningkatnya penetrasi dan
ekspansi budaya barat khususnya Amerika – sebagai
akibat proses globalisasi yang hampir tidak terbendung.
Berbagai ekspresi sosial budaya yang sebenarnya
“alien” (asing), yang tidak memiliki basis dan preseden
kulturalnya dalam masyarakat kita semakin menyebar
pula sehingga memunculkan kecenderungan-
kecenderungan “gaya hidup” baru yang tidak selalu
positif dan kondusif bagi kehidupan sosial budaya
masyarakat dan bangsa (cf. Al Roubaie 2002).
Arus informasi dan komunikasi telah membuat
makin globalnya berbagai nilai budaya.
Secara lebih mendalam kita saksikan betapa
telah terjadi interaksi dan instrusi budaya yang
sangat intensif yang menjurus kearah
terciptanya nilai budaya universal yang secara
tradisional tidak kita kenal.
Saat ini sedang tercipta sistem-sistem nilai
global yang berlaku di mana-mana.
Keterbukaan juga membawa akibat negatif dari
membiaknya dengan leluasa berbagai penyakit
sosial, seperti masalah narkotika yang semula
merupakan masalah lokal telah menjadi
masalah internasional.
 Melalui proses akulturasi dan inkulturasi,
terbentuklah corak peradaban Indonesia yang
bervariasi, termanifestasi dalam struktur sosial
yang : tradisional dan modern, sistem feodal
dan demokrasi, sikap hidup yang terbuka dan
sinkretik dan individualistik berbenturan dengan
pola hidup gotong royong.
 Karena itu terjadi benturan-benturan yang
timbul berdasarkan pola hidup yang heterogen,
sehingga timbul konflik batin dan krisis budaya.
 Mengembangkan peradaban Indonesia
dewasa ini bukan berarti mengisolasi diri,
tetapi justru harus terbuka terhadap
peradaban dunia;
 Namun demikian, mengacu kepada
peradaban global bukan berarti kehilangan
kepribadian, karena peradaban dunia adalah
milik bersama
 Dalam peradaban dunia tersedia nilai dan
tatanan global yang harus diinternalisasikan
kedalam peradaban masing-masing bangsa,
sehingga terkondisi untuk terjun kedalam
“dunia baru”
 Kewajiban kita adalah untuk menyiapkan
bangsa agar mampu memanfaatkan
momentumnya sehingga justru tidak hanyut
dan tenggelam karenanya.

Anda mungkin juga menyukai