Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN KEJANG DEMAM


Created by: Ns. Meisa Daniati, S.Kep
DEFENISI
 Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh ( suhu rektal diatas 380 C) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium (Mirzani &
Leksana, 2006).
 Kejang demam adalah kenaikan suhu tubuh yang
menyebabkan perubahan fungsi otak akibat perubahan
potensial listrik serebral yang berlebihan sehingga
mengakibatkan renjatan berupa kejang
ETIOLOGI
 Infeksi ekstrakranial
Infeksi ekstrakranial : suhu tubuh
Pathway
Gangguan keseimbangan membran sel neuron

Difusi Na dan Ca berlebih

Depolarisasi membran dan lepas muatan listrik berlebih

kejang

parsial umum

sederhana kompleks absens mioklonik Tonik atonik


klonik

Kesadaran Gg peredaran Aktivitas otot


darah
Metabolisme
hipoksia MK :
MK : Reflek Hipertermi
Resiko menelan Permeabilitas kapiler Keb. O2
cedera
Sel neuron asfiksia
aspirasi otak rusak
KLASIFIKASI KEJANG DEMAM
Menurut sub bagian syaraf bayi FK-UI membagi tiga jenis
kejang demam, yaitu :
 Kejang demam kompleks

Diagnosisnya :
- Umur kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun
- Kejang berlangsung lebih dari 15 menit
- Kejang bersifat fokal/multipel
- EEG abnormal
- Frekuensi kejang lebih dari 3 kali / tahun
- Temperatur kurang dari 39 derajat celcius
 Kejang demam sederhana
Diagnosisnya :
- Kejadiannya antara umur 6 bulan sampai dengan 5
tahun
- Serangan kejang kurang dari 15 menit atau singkat
- Kejang bersifat umum (tonik/klonik)
- Tidak didapatkan kelainan neurologis sebelum dan
sesudah kejang
- Frekuensi kejang kurang dari 3 kali / tahun
- Temperatur lebih dari 39 derajat celcius
 Kejang demam berulang
Diagnosisnya :
- Kejang demam timbul pada lebih dari satu episode
demam
MANIFESTASI
1. Kejang parsial ( fokal, lokal )
a. Kejang parsial sederhana : Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup
satu atau lebih hal berikut ini :
 Tanda – tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.
 Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
 Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
 Gejala psikis : dejavu, rasa takut.
b. Kejang parsial kompleks
 Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada
awalnya sebagai kejang parsial simpleks
 Dapat mencakup otomatisme atau gerakan
otomatik : mengecap – ngecapkan bibir,mengunyah,
gerakan menongkel yang berulang – ulang pada
tangan dan gerakan tangan lainnya.
 Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
2. Kejang umum ( konvulsi atau non konvulsi )
 Kejang absens
 Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
 Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung
kurang dari 15 detik
 Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kembali waspada dan
konsentrasi penuh
 Kejang mioklonik
 Kedutan – kedutan involunter pada otot atau
sekelompok otot yang terjadi secara mendadak.
 Sering terlihat pada orang sehat selaam tidur tetapi
bila patologik berupa kedutan keduatn sinkron dari
bahu, leher, lengan atas dan kaki.
 Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan
terjadi dalam kelompok otot
 Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
 Kejang tonik klonik
 Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit
 Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
 Saat tonik diikuti klonik pada ekstrenitas atas dan bawah.
 Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
 Kejang atonik
 Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat
menyebabkan kelopak mata turun, kepala
menunduk,atau jatuh ke tanah.
 Singkat dan terjadi tanpa peringatan.
KOMPLIKASI
 Aspirasi
 Asfiksia
 Retardasimental
 Kejang berulang
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
 Elektroensefalogram ( EEG ) : dipakai unutk membantu
menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
 Pemindaian CT : menggunakan kajian sinar X yang lebih
sensitif dri biasanya untuk mendeteksi perbedaan kerapatan
jaringan.
 Magneti resonance imaging ( MRI ): menghasilkan bayangan
dengan menggunakan lapangan magnetik dan gelombang
radio, berguna untuk memperlihatkan daerah – daerah otak
yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT
 Pemindaian positron emission tomography ( PET ): untuk
mengevaluasi kejang yang membandel dan membantu
menetapkan lokasi lesi, perubahan metabolik atau alirann
darah dalam otak
PENATALAKSANAAN
1. Memberantas kejang Secepat mungkin
Diberikan antikonvulsan
2. Pengobatan penunjang
 Semua pakaian ketat dibuka

 Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah


aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk
menjamin kebutuhan oksigen, bila perlu
dilakukan intubasi atau trakeostomi.
 Penghisapan lendir harus dilakukan secara
teratur dan diberikan oksigen.
3. Pengobatan rumatan
 Profilaksis intermiten  Untuk mencegah kejang
berulang, diberikan obat campuran anti konvulsan
dan antipiretika.
 Profilaksis jangka panjang Diberikan pada keadaan
 Epilepsiyang diprovokasi oleh demam
 Kejang demam yang mempunyai ciri :
 Terdapat gangguan perkembangan saraf seperti serebral palsi,
retardasi perkembangan dan mikrosefali
 Bila kejang berlangsung lebih dari 15 menit, berdifat fokal atau

diikiuti kelainan saraf yang sementara atau menetap


 Riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik

 Kejang demam pada bayi berumur dibawah usia 1 bulan


PENGKAJIAN
1. Pengkajian neurologik :
 Tanda – tanda vital
 Suhu
 Pernapasan
 Denyut jantung
 Tekanan darah
 Tekanan nadi
2. Hasil pemeriksaan kepala
 Fontanel : menonjol, rata, cekung
 Lingkar kepala : dibawah 2 tahun
 Bentuk Umum

3. Reaksi pupil
 Ukuran
 Reaksi
terhadap cahaya
 Kesamaan respon
4. Tingkat kesadaran
 Kewaspadaan : respon terhadap panggilan
 Iritabilitas
 Letargidan rasa mengantuk
 Orientasi terhadap diri sendiri dan orang lain

5. Aktivitas kejang
 Jenis
 Lamanya
6. Fungsi sensoris
 Reaksi terhadap nyeri
 Reaksi terhadap suhu
7. Kemampuan intelektual
 Kemampuan menulis dan menggambar
 Kemampuan membaca
MASALAH KEPERAWATAN
 Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan
jalan nafas
 Resiko kejang berulang
 Gangguan mobilitas fisik Hipertermia
 Kurang pengetahuan keluarga
 Risiko cedera
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
 Tujuan : (luaran utama dan luaran tambahan) ekspektasi:
positif atau negatif
 Kriteria hasil : skala likert, dapat diamati dan diukur

Cth: Tujuan: termoregulasi membaik


Kriteria Hasil: suhu tubuh membaik
ventilasi membaik pucat
menurun
kulit merah menurun
hipoksia menurun
INTERVENSI
 Segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran
 Tindakan keperawatan: perilaku spesifik yang dikerjakan
oleh perawat untuk mengimplementasikan intervensi
 Komponen : Label, defenisi, Tindakan
 Jenis Tindakan
a. Observasi
b. Terapeutik
c. Edukasi
d. Kolaborasi
CONTOH
 Intervensi: Manajemen Hipertermia
 Tindakan Keperawatan:

a. Observasi: Identifikasi penyebab hipertermia, monitor


suhu tubuh
b. Terapeutik: sediakan lingkungan yang dingin, lakukan
pendinginan eksternal
c. Edukasi: anjurkan tirah baring

d. Kolaborasi: kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit


intravena
PENUGASAN
 Buatlah Askep stroke dan gagal napas
 Buat dalam bentuk makalah, panduan sesuai coordinator
KGD

Anda mungkin juga menyukai