Anda di halaman 1dari 14

Bakteri

Clostridium botulinum
Oleh
Syahrin pontoh (19051104002)
Calista jehosua(1905110400)
Notari alung(16051104009)
Apa Itu Clostridium botulinum ?
Clostridium botulinum adalah bakteri anaerobik yang menyebabkan
botulisme. Ini organisme Gram-positif berbentuk batang, motil, dan memiliki
spora yang sangat tahan terhadap sejumlah tekanan lingkungan seperti panas,
asam tinggi dan dapat menjadi aktif dalam asam rendah. Bakteri ini ditemukan
dalam kondisi rendah oksigen, terutama dibawah sedimen laut.
Ciri-Ciri Clostridium botulinum ?
Clostridium botulinum membentuk spora untuk bertahan hidup dalam kondisi iklim yang
merugikan. Emile van Ermengem yang pertama kali diindentifikasi dan diisolasi bakteri pada tahun
1895. Clostridium botulinum bertanggung jawab untuk menyebabkan botulisme
Spora memungkinkan bakteri untuk bertahan hidup dalam kondisi lingkungan yang merugikan
dan menjadi bentuk vegetatif setelah kondisi menjadi lebih menguntungkan. Clostridium
botulinum sering ditemukan pada tanah dan air. Meskipun bakteri dan spora sendiri tidak
menyebabkan penyakit, produksi toksin botulinum adalah yang menyebabkan botulisme, kondisi
lumpuh serius yang dapat mengakibatkan kematian.
Klasifikasi Ilmiah 

Kingdom: Bacteria
Division: Firmicutes
Class: Clostridia
Order: Clostridiales
Family: Clostridiaceae
Genus: Clostridium
Species: Clostridium botulinum
Patogenesis
Botulisme adalah suatu keracunan akibat memakan makanan dimana Clostridium botulinum
tumbuh dan menghasilkan toksin. Spora Clostridium botulinum tumbuh dalam keadaan anaerob,
bentuk vegetative  tumbuh dan menghasilkan toksin. Ada beberapa cara bakteri Clostridium
botulinum masuk kedalam tubuh antara lain adalah sebagai berikut :
 Menelan makanan yang mengandung toksin Clostridium botulinum. Toksin botulinum dapat
ditemukan dalam makanan yang belum ditangani dengan benar atau kaleng dan sering hadir dalam
sayuran kaleng, daging, dan produk makanan laut. Penyebab paling sering adalah makanan kaleng yang
bersifat basa, dikemas kedap udara, diasap, diberi rempah-rempah, yang dimakan tanpa dimasak lagi.
 Botulisme pada bayi terjadi ketika bayi menelan C. Botulinum spora yang berkecambah dan
memproduksi toksin dalam intestine.
 Clostridium botulinum menginfeksi luka dan menghasilkan racun. Toksin dapat dibawa ke seluruh
tubuh melalui aliran darah
 Botulisme iatrogenik adalah kecelakaan overdosis racun, yang telah disebabkan oleh inhalasi disengaja
oleh pekerja laboratorium
Bagaimana sih Gejala Patogenesisnya ?

Gejala klinis botulisme mulai 18-36 jam setelah konsumsi toksin dengan kelemahan, pusing dan kekeringan mulut. Mual dan
muntah dapat terjadi. Neurologis segera mengembangkan fitur, termasuk penglihatan kabur, ketidakmampuan untuk menelan,
kesulitan dalam berbicara, turun dari kelemahan otot rangka dan kelumpuhan pernapasan.
Toksin yang terdapat dalam makanan yang terkontaminasi oleh bakteri Clostridium botulinum dalam bentuk vegetatif
maupun spora akan terserap oleh bagian atas dari saluran pencernaan di duodenum dan jejunum lalu melewati aliran darah
hingga mencapai sinapsis neuromuskuler perifer.
Racun tersebut melakukan blokade terhadap penghantaran serabut saraf kolinergik tanpa mengganggu saraf adrenegik.
Karena blokade itu, pelepasan asetilkolin terhalang. Efek ini berbeda dengan efek kurare yang menghalang-halangi efek asetil
kolin terhadap serabut otot lurik. Maka dari itu efek racun botulisme menyerupai khasiat atropin, sehingga manifetasi
klinisnya terdiri dari kelumpuhan flacid yang menyeluruh dengan pupil yang lebar (tidak bereaksi terhadapt cahaya), lidah
kering, takikardi dan perut yang mengembung.
Kemudian otot penelan dan okular ikut terkena juga, sehingga kesukaran untuk menelan dan diplopia menjadi keluhan
penderita. Akhirnya otot pernafasan dan penghantaran impuls jantung sangat terganggu, hingga penderita meninggal karena
apnoe dan cardiac arrest.
Ayo Bicara Tentang Toksin nya.
Selama pertumbuhan Clostridium botulinum dan selama autolysis bakteri, toksin dikeluarkan ke dalam
lingkungan sekitarnya. Dikenal tujuh varaiasi antigenic toksin (A-G). tipe A,B, dan E (kadang-kadang F) adalah
penyebab utama penyakit pada manusia. Tipe A dan B dihubungkan dengan berbagai makanan, dan tipe E
terutama pada hasil ikan.
Tipe C mengakibatkan leher lemas pada unggas; tipe D botiulisme pada mamalia. Toksin merupakan protein
neurotoksik (BM 150.000) dengan struktur dan kerja yang mirip.
Toksin Clostridium botulinum merupakan substansi paling toksik yang diketahui. Dosis letal bagi manusia
mungkin sekitar 1-2 µg. Toksin dirusak oleh pemanasan selama 20 menit pada suhu 1000C. pembentukan
toksin dibawah kendali suatu gen virus.
Beberapa strain Clostridium botulinum pembentuk toksin menghasilkan bakteriofaga yang dapat menginfeksi
strain nontoksigenik dan mengubahnya menjadi toksigenik. Racun botulinum sangat mirip dalam struktur dan
fungsi terhadap toksin tetanus, tetapi berbeda secara efek klinis karena mereka menargetkan sel-sel yang
berbeda dalam sistem saraf. Botulinum neurotoksin dominan mempengaruhi sistem saraf perifer mencerminkan
preferensi toksin untuk stimulasi motor neuron pada sambungan neuromuskuler.
Gejala utama adalah kelemahan atau kelumpuhan lembek. Toksin tetanus dapat mempengaruhi sistem yang
sama, namun tetanospasmin yang menunjukkan tropisme untuk penghambatan motor neuron sistem saraf pusat,
dan efeknya terutama kekakuan dan kelumpuhan spastik.
Toksin botulinum disintesis sebagai rantai polipeptida tunggal dengan berat molekul sekitar 150 kDa.
Dalam bentuk ini, racun tersebut memiliki potensi yang relatif rendah. Toksin ini dibentuk dari rantai
ringan dan rantai berat yang diikat oleh pita disulfida. Rantai berat diduga untuk mengikat toksin secara
spesifik dan kuat pada ujung saraf motorik dan dengan internalisasi toksin.
Rantai ringan menghambat pelepasan asetilkolin yang diperantai kalsium. Toksin bekerja dengan
menghambat pelepasan asetilkolin pada sinaps dan hubungan saraf-otot, mengakibatkan paralisis flasid.
Toksin dibelah oleh protease bakteri (atau mungkin oleh protease lambung) untuk menghasilkan dua
rantai: rantai cahaya (fragmen A) dengan berat molekul 50 kDa, dan rantai berat (fragmen B), dengan
berat molekul 100kDa.
Bagaimana cara Mendiagnosis Racun ini ?
Ternyata pemeriksaan fisik tidak cukup untuk menegakkan diagnosa karena penyakit lain yang merupakan
diagnosa banding, seperti Guillain-Barre Syndrome, stroke dan myastenia gravis memberikan gambaran yang
serupa.
Dari anamnesa didapatkan gejala klasik dari botulisme berupa diplopia, penglihatan kabur, mulut kering,
kesulitan menelan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan otot. Jika sudah lama, keluhan bertambah
dengan paralise lengan, tungkai sampai kesulitan nafas karena kelemahan otot-otot pernafasan. Pemeriksaan
tambahan yang sangat menolong untuk menegakkan diagnosa botulisme adalah.
 CT-Scan
 pemeriksaan serebro spinalis
 nerve conduction test seperti electromyography atau EMG,
 tensilon test untuk myastenia gravis.
 Diagnosa dapat ditegakkan dengan ditemukannya toksin botulisme di serum pasien juga dalam urin. Bakteri
juga dapat diisolasi dari feses penderita dengan foodborne atau infant botulisme
Bagaimana Cara Pengobatan Penyakitnya?

Penderita botulisme harus segera dibawa ke rumah sakit. Pengobatannya segera dilakukan meskipun belum diperoleh hasil
pemeriksaan laboratorium untuk memperkuat diagnosis. Untuk mengeluarkan toksin yang tidak diserap dilakukan
 perangsangan muntah.
 pengosongan lambung melalui lavase lambung
 pemberian obat pencahar untuk mempercepat pengeluaran isi usus.
Bahaya terbesar dari botulisme ini adalah masalah pernafasan. Tanda-tanda vital (tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas
dan suhu) harus diukur secara rutin. Jika gangguan pernafasan mulai terjadi, penderita dibawa ke ruang intensif dan dapat
digunakan alat bantu pernafasan. Perawatan intensif telah mengurangi angka kematian karena botulisme, dari 90% pada awal
tahun 1900 sekarang menjadi 10%. Mungkin pemberian makanan harus dilakukan melalui infus.
Pemberian antitoksin tidak dapat menghentikan kerusakan, tetapi dapat memperlambat atau menghentikan kerusakan fisik dan
mental yang lebih lanjut, sehingga tubuh dapat mengadakan perbaikan selama beberapa bulan. Antitoksin diberikan sesegera
mungkin setelah diagnosis ditegakkan. Pemberian ini pada umumnya efektif bila dilakukan dalam waktu 72 jam setelah
terjadinya gejala. Antitoksin tidak dianjurkan untuk diberikan pada bayi, karena efektivitasnya pada infant botulism masih
belum terbukti.
Antitoksin yang poten terhadap tiga tipe toksin botulinum telah dibuat pada hewan. Karena tipe penyebab pada suatu kasus
tertentu biasanya tidak diketahui, antitoksin trivalent (A, B, E) harus diberikan secara intravena sedini mungkin dengan hati-
hati. Bila perlu, ventilasi yang adekuat harus dipertahankan oleh respirator mesin. Secara eksperimental telah dicoba
pemberian guanidine hidroklorida yang kadang-kadang berhasil. Tindakan-tindakan ini mengurangi angka kematian dari 65%
menjadi di bawah 25%.
Cara Pencegahaan dan Pengendaliaan nya ?

Spora sangat tahan terhadap pemanasan dan dapat tetap hidup selama beberapa jam pada proses perebusan. Tetapi
toksinnya dapat hancur dengan pemanasan, Karena itu memasak makanan pada suhu 80 derajat Celsius selama 30
menit, bisa mencegah foodborne botulism
Memasak makanan sebelum memakannya, hampir selalu dapat mencegah terjadinya foodborne botulism. Tetapi
makanan yang tidak dimasak dengan sempurna, bisa menyebabkan botulisme jika disimpan setelah dimasak, karena
bakteri dapat menghasilkan toksin pada suhu di bawah 3 derajat Celsius (suhu lemari pendingin).
Penting untuk memanaskan makanan kaleng sebelum disajikan. Makanan kaleng yang sudah rusak bisa mematikan
dan harus dibuang. Bila kalengnya penyok atau bocor, harus segera dibuang. Anak-anak dibawah 1 tahun sebaiknya
jangan diberi madu karena mungkin ada spora di dalamnya.
Toksin yang masuk ke dalam tubuh manusia, baik melalui saluran pencernaan, udara maupun penyerapan melalui
mata atau luka di kulit, bisa menyebabkan penyakit yang serius. Karena itu, makanan yang mungkin sudah tercemar,
sebaiknya segera dibuang. Hindari kontak kulit dengan penderita dan selalu mencuci tangan segera setelah mengolah
makanan.
Faktor utama yang membatasi pertumbuhan untuk Clostridium botulinum adalah
 suhu pH ekstrim <4 span=””>6
 aktivitas air rendah karena makanan dengan kadar air yang tinggi dan dengan kadar gula atau garam yang
tinggi dapat menjadi pemicu pertumbuhan bakteri
 pengawet makanan misalnya pengawet seperti nitrit, asam sorbat, fenolik antioksidan, polifosfat, dan
ascorbates, dan
 mikroorganisme yang lainnya yang tumbuh bersamaan dengan bakteri ini misalnya bakteri asam laktat.
Strain Clostridium botulinum dapat baik mesofilik dan Psikotropika, dengan pertumbuhan antara 3 ° C hingga
43 ° C (38 ° F sampai 110 ° F). Oleh karena itu, strain dapat tumbuh tidak hanya pada suhu kamar, tetapi pada
pendinginan normal dan suhu yang lebih tinggi. Waktu yang tepat, suhu, dan tekanan yang diperlukan untuk
menghancurkan spora tahan panas, dan metode penyimpanan yang benar diperlukan untuk menjamin keamanan
konsumen.
Sebuah pressure cooker dapat digunakan untuk tujuan pengalengan rumah karena dapat mencapai suhu lebih
tinggi dari mendidih (212 ° F), yang diperlukan untuk membunuh spora. Sementara spora botulinum dapat
bertahan hidup dalam air mendidih, toksin botulinum adalah panas labil. Memanaskan makanan sampai suhu 80
° C (176 ° F) selama 10 menit sebelum dikonsumsi dapat sangat mengurangi risiko penyakit.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai