Anda di halaman 1dari 12

RENIN

ANGIOTENSIN
ALDOSTERON
SYSTEM
(RAAS)
oleh :  
Muhammad Rizqi Ramadhan Pramono
Elcarista Shita Dewi
Dwinda Aprilia Mardhianasari
Ni Putu Wanda Osiana Putri
Rizka Ayu Lestari
Dwi Nur Aini
Pokok Bahasan
01 02
Konsep Kerja
Pendahuluan
RAAS

04 06
Resume
Kesimpulan
Jurnal
Pendahulu
Latar Belakang an
Tekanan darah tinggi atau yang sering disebut dengan hipertensi merupakan suatu kondisi peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Hipertensi secara umum merupakan kondisi dimana tekanan darah sistolik mencapai 140 atau lebih dan
tekanan darah diastolik mencapai 90 mmHg atau lebih pada individu.

Sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAAS) merupakan komponen penting dalam patogenesis hipertensi, penyakit jantung, dan
penyakit progresif ginjal. Jalur RAAS mencakup 3 komponen penting yaitu renin, angiotensin dan aldosteron . Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal dapat menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukkan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal

Penatalaksanaan pada kondisi hipertensi bertujuan untuk menurunkan tingkat morbiditas, mortalitas akibat hipertensi serta
mengontrol tekanan darah. Umumnya penderita hipertensi mendapatkan obat untuk menstabilkan tekanan darah. Namun
pemakaian obat dalam jangka waktu panjang dapat menimbulkan efek buruk, sehingga dibutuhkan alternative lain sangat
dibutuhkan untuk mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi.
Pembahasa
n
RENIN ANGIOTENSIN
ALDOSTERON SYSTEM (RAAS)

Sistem renin angiotensin (RAS) atau sistem


renin angiotensin aldosteron (RAAS)
adalah sistem hormon yang mengatur
tekanan darah dan keseimbangan cairan dan
elektrolit serta resistensi vaskular sistemik.

Komponen sistem ras ada beberapa yaitu


renin-angiotensin converting enzim (ACE)
dan angiotensin II.
Konsep RAAS
1. Pelepasan Renin
Renin dilepaskan dari sel granular aparatus juxtaglomerular ginjal (JGA) sebagai respons terhada salah satu dari tiga faktor :
a. Penurunan pengiriman natrium ke tubulus berbelit-belit distal yang dideteksi oleh sel makula densa.
b. Penurunan tekanan perfusi di ginjal yang dideteksi oleh baroreseptor di arteriol aferen.
c. Stimulasi simpatis JGA melalui adrenoreseptor β1.
Pelepasan renin dihambat oleh atrial natriuretic peptide (ANP), yang dilepaskan oleh atrium yang diregangkan sebagai respons terhadap
peningkatan tekanan darah.

2. Produksi Angiotensin I
Angiotensinogen adalah protein prekursor yang diproduksi di hati dan dibelah oleh renin untuk membentuk angiotensin I yang nantinya
akan dirubah oleh ACE menjadi Angiotensin II. konversi ini utamanya terjadi di paru-paru.

3. Peningkatan Angiotensin II
Angiotensin II menggunakan aksinya dengan mengikat berbagai reseptor di seluruh tubuh. Ini mengikat salah satu dari dua reseptor
berpasangan G-protein, reseptor AT1 dan AT2. Kebanyakan tindakan terjadi melalui reseptor AT1.
Konsep RAAS
4. Pengaruh Angiotensin II
a.Efek Kardiovaskuler = Efek bersihnya adalah peningkatan resistensi perifer total dan akibatnya, tekanan darah meningkat.
b.Efek Syaraf = Angiotensin II bekerja di hipotalamus untuk merangsang sensasi haus, sehingga terjadi peningkatan konsumsi cairan. Dan juga
merangsang sistem saraf simpatis untuk meningkatkan pelepasan noradrenalin (NA).
c.Efek Ginjal = Angiotensin II bekerja pada ginjal untuk menghasilkan berbagai efek, termasuk penyempitan arteriol aferen dan eferen dan
meningkatkan reabsorpsi Na + di tubulus berbelit-belit proksimal.  

5. Aldoteron
Angiotensin II bekerja pada korteks adrenal untuk merangsang pelepasan aldosteron. Hormon steroid yang dilepaskan dari zona glomerulosa korteks
adrenal. Aldosteron bekerja pada sel utama dari aluran pengumpul di nefron. Ini meningkatkan ekspresi saluran Na + epitel apikal (ENaC) untuk
menyerap kembali natrium urin.

6. Pengaruh RAAS dalam tubuh


Sistem dapat diaktifkan bila ada kehilangan volume darah atau penurunan tekanan darah (seperti perdarahan atau dehidrasi ). Penurunan laju aliran
filtrat juga dapat menyebabkan pelepasan renin. Angiotensin II adalah produk bioaktif utama dari sistem renin-angiotensin, yang mengikat reseptor
pada sel mesangial intraglomerular , menyebabkan sel-sel ini berkontraksi bersama dengan pembuluh darah di sekitarnya dan menyebabkan pelepasan
aldosteron dari zona glomerulosa di korteks adrenal . Angiotensin II bertindak sebagai hormon endokrin, autokrin / parakrin, dan intrakrin .
Resume
Jurnal
“Potensi Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Antihipertensi”

Berdasarkan hasil analisis secara farmakologis hampir semua


bagian dari seledri bermanfaat sebagai obat.

Diketahui ekstrak methanol biji seledri mengandung karbohidrat, flavonoid, alkaloid, steroid
dan glikosida (Al-Snafi, 2014). Seledri mengandung minyak esensial dengan hasil senyawa
yang telah diisolasi antara lain d-limonene, d-selinene, sedanolide, terpineol, santalol,
selinene, nerolidol, dcarvone, β-pinene, β-myrcene. Daun seledri juga mengandung vitamin A,
K, C, magnesium, kalium, riboflavin, kalsium, zat besi, fosfor, tiamin dan nikotinamid.
Resume
Jurnal
Apigenin yang merupakan flavonoid alami memiliki
pengaruh terhadap kontrakilitas otot polos
pembuluh darah (Vasodilator) (Je, Kim, & La,
2014) . mekanisme kontraksi terjadi apabila terdapat
peningkatan Ca pada sel, menyebabkan Ca sitosol
meningkat dan memicu kontraksi pembuluh darah
sehingga meningkatkan tekanan darah. Jika terjadi
pada sel otot jantung maka akan memperkuat
kontraksi otot jantung sehingga jantung memompa
lebih keras dan terjadi peningkatan tekanan darah Kalium pada seledri diketahui dapat
(Anggraini, Rusdi, & Ibrahim, 2016). Apigenin menurunkan volume cairan ektstra seluler
dalam daun seledri akan memblokade Ca sehingga dengan menarik cairan ekstraseluler masuk
tidak dapat menyatu dengan sel otot polos pada ke dalam cairan intraseluler, sehingga terjadi
pembuluh darah dan jantung sehingga tidak terjadi perubahan keseimbangan pompa natrium–
kontraksi. Pembuluh darah akan melebar sehingga kalium yang akan menyebabkan penurunan
darah mengalir dengan lancar dan tekanan darah tekanan darah. Salah satu strategi dalam
menurun penanganan hipertensi adalah mengubah
keseimbangan Na+
Resume
Jurnal
“Hubungan Asupan Serat dan IMT Pada Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang”

Makanan yang tinggi serat, misal pada sereal, buah, sayur, dan kacangkacangan memiliki dampak
positif terhadap kesehatan. Serat dapat menurunkan tekanan darah pada subjek hipertensi, mekanisme yang
bisa mendukung adalah serat dapat meningkatkan sensitivitas insulin, dimana insulin merupakan komponen
yang berperan dalam regulasi tekanan darah. pada suatu penelitian juga menyatakan bahwa serat mempunyai
kaitan dengan asam empedu, apabila serat pangan kurang tidak mampu mengurangi kadar kolesterol
sehingga tidak mampu mengikat garam empedu, tidak dapat mencegah penyerapan kolesterol dalam usus
dan mengakibatkan asam empedu lebih sedikit dikeluarkan feses. Kondisi ini akan mengakibatkan semakin
banyak kolesterol dalam darah yang mengakibatkan hipertensi. Selain itu, serat juga berperan untuk
meningkatkan fungsi endotelium vaskuler. Sebuah meta analisis menyatakan bahwa asupan serat, terutama
serat beta-glucan, dengan dosis 30 g dapat menurunkan sistolik dan diastolic.
Kesimpula
n

Sistem renin angiotensin (RAS) atau sistem renin angiotensin aldosteron (RAAS) adalah sistem hormon yang
mengatur tekanan darah dan keseimbangan cairan dan elektrolit serta resistensi vaskular sistemik komponen
sistem ras ada beberapa yaitu renin-angiotensin converting enzim (ACE) dan angiotensin II. Tahap pertama yaitu
pengeluaran enzim renin langsung ke sirkulasi. Kemudian renin melakukan konversi angiotensinogen, yang
dilepaskan oleh hati, menjadi angiotensin I. Angiotensin I kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh enzim
pengubah angiotensin (ACE). Angiotensin II juga merangsang sekresi hormon aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron menyebabkan tubulus ginjal meningkatkan reabsorpsi natrium yang akibatnya menyebabkan
reabsorpsi air ke dalam darah, sekaligus menyebabkan ekskresi kalium (untuk menjaga keseimbangan elektrolit )
dan meningkatkan volume cairan ekstraseluler dalam tubuh yang juga meningkatkan tekanan darah. Seledri
mengandung flavanoid (apiin, apigenin), kalium, riboflavin, kalsium yang berpotensi sebagai agen antihipertensi.
Sedangkan serat memang tidak langsung dapat menurunkan tekanan darah tetapi serat dapat meningkatkan
sensitivitas insulin, dimana insulin merupakan komponen yang berperan dalam regulasi tekanan darah
References
● Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih bahasa: Waluyo Agung., Yasmin Asih., Juli.,
Kuncara., I.made karyasa, EGC, Jakarta.
● Dewi, L., Ningsih, S. R., & Bintanah, S. (2019). Hubungan Asupan Serat dan IMT Pada Pasien Hipertensi di RSUD Tugurejo
Semarang. Jurnal Gizi, 8(2), 81. https://doi.org/10.26714/jg.8.2.2019.81-86
● Effendy, Henny Vidia, and Surya Mustika Sari. 2020. "PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN SELEDRI TERHADAP
TEKANAN DARAH PADA MENOPAUSE PENEDERITA HIPERTENSI." Journals of Ners Community 11.2 : 130-140.
● Goldszmidt, Adrian J. 2010. Stroke Essentials, Second Edition. Jones and Bartlett Publishers, LLC 40 Tall Pine Drive,
Sudbury, MA 01776.
● Kholifah, F. N., Bintanah, S., & Handarsari, E. (2015). Serat dan Status Gizi Kaitannya dengan Tekanan Darah pada Pasien
Hipertensi Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang. Jurnal Gizi Unimus, 5(2), 21–30. Retrieved from
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/jgizi/article/view/2362
● Naqiyya, Nada. 2020. "Potensi Seledri (Apium Graveolens L) Sebagai Antihipertensi." Journal of Health Science and
Physiotherapy 2.2 : 160-166.
● Suwitra , K. (2009) Penyakit Gijal Kronis. Dalam A. W. Sudoyo, S. Bambang, A. Idrus, K. Marcellus Simadibrata ,& S.
Setiadi (Ed.) , Buku Ajar IlmuPenyakitDalam . (pp. 1035-1040). Jakarta :Interna Publishing
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo,
including icons by Flaticon, and infographics & images by Freepik
and illustrations by Stories
Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai