Anda di halaman 1dari 47

Pokok Sengketa

Wika Yudha Shanty, SH., M.Hum., A.Md.


Pokok Sengketa
Dalam bidang hukum perdata dikenal dua pokok
sengketa:
1. Wanprestasi (Contractual Liability)
2. Perbuatan Melawan Hukum (On Recht
Matigedaad)
Contractual Liability atau pertanggung jawaban kontaktual adalah tanggung jawab
perdata atas dasar perjanjian atau kontrak dari pelaku usaha baik barang maupun
jasa atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang yang
dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang diberikan. Artinya dalam kontraktual ini
terdapat suatu perjanjian atau kontrak langsung antara pelaku usaha dengan
konsumen.
Pertanggung Jawaban
Hk. perdata

Perbuatan Melawan
Wanprestasi
Hukum

Tanggung jawab
Ps. 1365 KUHPerdata
Kontraktual
Wanprestasi Perbuatan Melawan Hukum
• Perjanjian/Kontrak • Bukan kontrak
• Breach of contract • Unlawful conduct
• Tujuan gugatannya: debitur membayar • Tujuan gugatannya: mengembalikan
tepat waktu pada posisi semula sebelum terjadi PMH
WANPRESTASI
Definisi Wanprestasi
• “Wanprestasi” berasal dari bahasa Belanda yang
berarti “Prestasi Buruk”.

• Yahya Harahap, mengartikan wanprestasi dengan


pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya.
Pihak yang merasa dirugikan akibat adanya
wanprestasi bisa menuntut pemenuhan perjanjian,
pembatalan perjanjian atau meminta ganti kerugian
pada debitur.
Bentuk Wanprestasi
Wanprestasi merupakan suatu keadaan dimana si berutang (debitur) tidak
melakukan apa yang dijanjikannya.

Wanprestasi dapat berupa :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;

2. Melaksanakan apa yang dijanjikan, tetapi tidak sebagaimana


diperjanjikan;

3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat;

4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.


Akibat Wanprestasi
Hukuman akibat wanprestasi dapat berupa :

1. Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur


(ganti rugi);

2. Pembatalan perjanjian;

3. Peralihan resiko;

4. Membayar biaya perkara.


Kapan debitur dinyatakan lalai?
Pasal 1238 BW menyebutkan:

”si berutang adalah lalai bila ia dengan surat


perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu
telah dinyatakan lalai, atau demi perikatannya
sendiri menetapkan bahwa si berutang akan
harus dianggap lalai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan”
Unsur-unsur ganti rugi
1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau perongkosan
yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu
pihak.

2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang-barang


kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si
debitur.

3. Bunga, yaitu kerugian yang berupa kehilangan


keuntungan yang sudah dibayangkan atau dihitung
oleh kreditur.
Pembatasan Tuntutan Ganti Rugi
meliputi:
1. Kerugian yang dapat diduga yang merupakan
akibat langsung dari wanprestasi ( pasal
1247, 1248 KUH Perdata)

2. Bunga moratoir (bunga akibat kelalaian)


ditetapkan sebesar 6%, dihitung sejak
dituntutnya ke pengadilan ( pasal 1250
KUHPerdata).
Pembatalan Perjanjian
• Pembatalan perjanjian harus dimintakan
kepada hakim.

• Jadi tidak mungkin perjanjian itu batal secara


otomatis pada waktu debitur nyata-nyata
melalaikan kewajibannya.
( pasal 1266 KUHPerdata)
Peralihan resiko
• Resiko dapat dipikulkan kepada pihak yang
melakukan kelalaian.

• misalnya dalam jual beli, dari pembeli ke


penjual. ( Ps 1460 BW).
Kewajiban Debitur
• Kewajiban debitur untuk membayar ganti rugi tidak serta
merta timbul pada saat dirinya lalai.

• Harus ada pernyataan lalai terlebih dahulu yang


disampaikan oleh kreditur ke debitur. (Pasal 1238 jo pasal
1243 BW).

• Untuk menghindari celah yang mungin bisa dimanfaatkan


debitur, ada baiknya kreditur membuat secara tertulis
pernyataan lalai tersebut atau bila perlu melalui surat
peringatan resmi yang dibuat oleh juru sita pengadilan.
Debitur yang Lalai
Tuntutan terhadap debitur yang lalai, menurut
pasal 1267 BW, yaitu :

1. Pemenuhan perjanjian;
2. Pemenuhan perjanjian disertai ganti rugi;
3. Ganti rugi saja;
4. Pembatalan perjanjian;
5. Pembatalan disertai ganti rugi.
Keadaan memaksa
(Force Majeur)
Keadaan memaksa (force majeur)
Unsur-unsur keadaan memaksa pasal 1244 BW :

“jika ada alasan untuk itu, si berhutang harus


dihukum mengganti biaya, rugi dan bunga
apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal
tidak atau tidak pada waktu yang tepat
dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena
suatu hal yang tidak terduga pun tidak dapat
dipertanggungjawabkan padanya,kesemuanya itu
pun jika itikad buruk tidaklah ada pada
pihaknya”.
Unsur Keadaan Memaksa

Menurut undang-undang ada tiga unsur yang


harus dipenuhi untuk keadaan memaksa, yaitu :
1. Tidak memenuhi prestasi;
2. Ada sebab yang terletak di luar kesalahan debitur;
3. Faktor penyebab itu tidak diduga sebelumnya dan
tidak dapat dipertanggungjawabkan kepada debitur.
Contoh Force Majeur :
• A harus menyerahkan sapi kepada B, sapi di tengah jalan
disambar petir, hingga oleh siapapun juga penyerahan sapi
itu tidak mungkin dilaksanakan.

• Seorang penyanyi yang berjanji untuk mengadakan


pertunjukan. Sebelum pertunjukan diadakan, ia
mendengar berita tentang kematian anaknya hingga sukar
bagi debitur untuk melaksanakan perjanjian itu.
Perbuatan Melawan
Hukum
(onrechtmatige daad)
Ps. 1365 BW

“ Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan


membawa kerugian kepada orang lain,
mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian
itu karena kesalahannya untuk mengganti
kerugian tersebut”
Unsur-unsur Perbuatan Melawan Hukum

Harus ada perbuatan

Melawan hukum

Ada kesalahan

Ada kerugian

Hubungan kausal antara perbuatan dengan


akibat
Perbuatan Melawan Hukum :

Bertentangan dengan hak orang lain

Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, atau

Bertentangan dengan kesusilaan (geode zeden), atau

Bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat


dalam memperhatikan kepentingan orang lain
Perbuatan

Aktif

• Dengan sengaja melakukan perbuatan yg


menimbulkan kerugian pada orang lain

Pasif

• Melanggar suatu keharusan sehingga


menimbulkan kerugian pada orang lain
Tuntutan Yang Dapat Diajukan Karena
Perbuatan Melawan Hukum
1. Ganti rugi dalam bentuk uang atas kerugian yang
ditimbulkan.

2. Ganti rugi dalam bentuk natura atau dikembalikan


pada keadaan semula.

3. Pernyataan bahwa perbuatan yang dilakukan


adalah melawan hukum.

4. Melarang dilakukannya perbuatan tertentu.


Alasan Pembenar
(Rechtvaardigings gronden)

1. Keadaan memaksa (Overmacht)

2. Pembelaan Terpaksa

3. Melaksanakan Undang-undang

4. Perintah Atasan
Kerugian
(Dalam wanprestasi dan
Perbuatan Melawan Hukum)
Kerugian
• Adalah kondisi dimana seseorang tidak
mendapatkan keuntungan dari apa yang telah
mereka keluarkan (modal).

• Kerugian dalam BW dapat bersumber pada:


• Wanprestasi diatur dalam pasal 1238 jo 1243 BW
• Perbuatan melawan hukum diatur dalam pasal
1365 BW.
Klasifikasi Kerugian
Kerugian dapat dipisahkan menjadi 2 klasifikasi, yaitu :
• Kerugian Materiil yaitu kerugian yang nyata-
nyata ada yang diderita oleh penggugat.

• Kerugian Immateriil yaitu kerugian atas


manfaat yang kemungkinan akan diterima oleh
penggugat dikemudian hari atau kerugian dari
kehilangan keuntungan yang mungkin diterima oleh
penggugat dikemudian hari.
Kerugian dalam Wanprestasi
• Wanprestasi adalah peristiwa dimana pihak tidak
melaksanakan prestasinya, berupa salah satu pihak :
• Tidak memenuhi prestasi sama sekali.
• Memenuhi prestasi, tetapi tidak sebagaimana
mestinya.
• Memenuhi prestasi, tetapi tidak tepat pada
waktunya.
• Memenuhi prestasi, tetapi melakukan yang
dilarang dalam perjanjian.
Kerugian dalam Wanprestasi
Pasal 1238 BW

“si berhutang adalah lalai, apabila ia dengan surat


perintah atau dengan sebuah akta sejenis itu telah
dinyatakan lalai, atau demi perikatannya sendiri, ialah
jika ia menerapkan, bahwa si berhutang harus
dianggap lalai dengan lewatnya waktu yang
ditentukan”
Kerugian dalam Wanprestasi
Pasal 1246 BW, ganti kerugian terdiri dari 3 unsur yaitu :

1. Biaya, yaitu segala pengeluaran atau ongkos-ongkos yang


nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh salah satu pihak.

2. Rugi, yaitu kerugian karena kerusakan barang dan/atau harta


kepunyaan kreditur yang diakibatkan oleh kelalaian si debitur.

3. Bunga, yaitu keuntungan yang seharusnya


diperoleh/diharapkan oleh salah satu pihak apabila pihak
yang lain tidak lalai dalam melaksanakannya.
Kerugian dalam
Perbuatan Melawan Hukum
• Pasal 1365 BW
“dalam hal seseorang melakukan seuatu perbuatan
melawan hukum maka dia berkewajiban membayar
ganti rugi akan perbuatannya tersebut”

• Hal yang berbeda dengan tuntutan kerugian dalam


wanprestasi, dalam tuntutan perbuatan melawan
hukum tidak ada pengaturan yang jelas mengenai
hal tersebut.
Kerugian dalam
Perbuatan Melawan Hukum
Pedoman yang tersirat ada dalam pasal :
Pasal 1371 Ayat (2) BW
“... Juga penggantian kerugian ini dinilai menurut kedudukan
dan kemampuan kedua belah pihak, dan menurut keadaan”

Pasal 1372 ayat (2) BW


“dalam menilai suatu dan lain, hakim harus memperhatikan
berat ringannya penghinaan, begitu pula pangkat, kedudukan
dan kemampuan kedua belah pihak, dan pada keadaan”
Kerugian dalam
Perbuatan Melawan Hukum
Menurut Prof. Rosa Agustina :

“Kerugian akibat perbuatan melawan hukum sebagai


scade (rugi) saja, sedangkan kerugian akibat
wanprestasi oleh pasal 1246 BW dinamakan “konsten,
scaden en interessen” (biaya, kerugian dan bunga)”
Kerugian dalam
Perbuatan Melawan Hukum
Menurut Prof. Rosa Agustina :

Kerugian dalam PMH menurut BW, penggugat dapat


meminta kepada penggugat untuk mengganti
kerugian yang nyata telah diderita (materiil) maupun
keuntungan yang akan diperoleh di kemudian hari
(immateriil).
Kerugian dalam
Perbuatan Melawan Hukum
Pemenuhan gugatan imateriil dalam PMH, berdasarkan
putusan perkara PK. MA. No. 650/PK/Pdt/1994 menerbitkan
pedoman yang isinya :

“Berdasarkan pasal 1370, 1371, 1372 BW ganti


kerugian immateriil hanya dapat diberikan
dalam hal-hal tertentu saja seperti perkara
kematian, luka berat dan penghinaan”
Kerugian dalam
Perbuatan Melawan Hukum
Syarat dikabulkannya tuntutan materiil dan immateriil
dalam PMH :
1. Perbuatan tersebut melawan hukum
2. Harus ada kesalahan pada pelaku
3. Harus ada kerugian
4. Harus ada hubungan kausal antara perbuatan dan
kerugian.
Wanprestasi
atau
Perbuatan
Melawan Hukum ?
Perbedaan Wanprestasi dan
Perbuatan melawan Hukum
1. Seseorang dikatakan WP bila ia melanggar suatu
perjanjian yang telah disepakati dengan pihak
lain. Tiada WP apabila tidak ada perjanjian
sebelumnya;
Sedangkan seseorang dikatakan melakukan PMH
apabila perbuatannya bertentangan dengan hak
orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban
hukumnya sendiri, atau bertentangan dengan
kesusilaan.
Perbedaan Wanprestasi dan
Perbuatan melawan Hukum
2. Perbedaan dalam pembebanan pembuktian,
perhitungan kerugian, dan bentuk ganti ruginya
antara tuntutan WP dan PMH.
Dalam gugatan PMH penggugat harus
membuktikan semua unsur-unsur PMH, selain
harus mampu membuktikan adanya kesalahan
yang diperbuat. Debitur. Sedangkan dalam WP,
penggugat cukup menunjukan adanya WP atau
adanya perjanjian yang dilanggar.
Perbedaan Wanprestasi dan
Perbuatan melawan Hukum
3. Dalam gugatan PMH, penggugat dapat menuntut
pengembalian pada keadaan semula (restitutio in
integrum). Namun tuntutan tersebut tidak
diajukan apabila gugatan yang diajukan dasarnya
adalah WP.
Perbedaan Wanprestasi dan
Perbuatan melawan Hukum
4. Mengenai tuntutan ganti rugi yang diminta, untuk
WP jumlahnya tentu bisa diperkirakan karena ada
dalam perjanjian;

Sedangkan untuk PMH diserahkan kepada hakim


untuk menilai besarnnya ganti rugi.
Vicarious
Liability
Vicarious Liability
• Diartikan sebagai liability (kewajiban) yang timbul
ketika seseorang ikut bertanggung jawab atas tort
(kesalahan) yang dilakukan orang lain.

• Dalam hal ini belaku doktrin “qui facit per alium


facit perse” yang artinya “barang siapa yang
menyuruh orang lain mengerjakan sesuatu maka
dia dianggap melakukannya sendiri.
Perumusan Pasal 1367 KUHPerdata
Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian
yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga
atas kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang
yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan barang-
barang yang berada di bawah pengawasannya.
Perumusan Pasal 1367 KUHPerdata
Dalam pasal ini disebutkan bahwa V.L. dapat timbul dalam
hubungan :

1.Orang tua dan wali bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh anak-anak
yang belum dewasa, yang tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan
kekuasaan orang tua atau wali.

2.Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-urusan mereka,
bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan atau bawahan mereka
dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang-orang itu.

3.Guru sekolah atau kepala tukang bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan
oleh murid-muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-orang itu berada di
bawah pengawasannya.
Tanggung jawab yang disebutkan
di atas berakhir, jika orang tua,
wali, guru sekolah atau kepala
tukang itu, membuktikan bahwa
mereka masing-masing tidak
dapat mencegah perbuatan atas
mana mereka seharusnya
bertanggung jawab.

Anda mungkin juga menyukai