Anda di halaman 1dari 18

SOSIALISASI PERATURAN DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2019

TENTANG
PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK
KEKERASAN

Drs. Parsaulian Tambunan, M.Pd


DASAR HUKUM
1.UUD 1945
2.UU Nomor 7 tahun 1984 tentang pengesahan
konvensi menegnai penghapusan segala
bentuk diskriminasi terhadap wanita
3.UU nomor 39 tahun 1999 tentang HAM
4.UU nomor 23 tahun 2002 tentang
perlindungan anak
5.UU nomor 23 tahun 2004 tentang
penghapusan kekerasan dalam rumah tangga
TUJUAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK
DARI TINDAK KEKERASAN

1. Mencegah kekerasan terhadap perempuan


dan anak
2. Melindungi dan memberikan rasa aman bagi
perempuan dan anak
3. Memberikan pelayanan kepada perempuan
dan anak korban tindak kekerasan
4. Melakukan pemberdayan kepada perempuan
korban kekerasan
PENTINGNYA DIBENTUK PERATURAN DAERAH TENTANG
PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK
KEKERASAN
•Dengan dibentuknya PERDA tentang perempuan dan anak dari
tindak kekerasan ini,

• Maka orang tua, masyarakat, dan pemerintah provinsi sumatera


utara mempunyai arahan yang jelas dalam melaksanakan
perlindungan hak-hak perempuan dan hak- hak anak. Mereka
mempunyai pegangan yang jelas tentang apa saja hak-hak yang
dilindungi. Cara melindungi dan akibat dari perbuatan yang
melanggar hak-hak perempuan dan anak.

•Dengan demikian diharapkan kehidupan masyarakat yang damai


dan tentram dalam kehidupan keluarga dapat diwujudkan.
AZAS PERLINDUNGAN ANAK
1. Penghormatan dan pemenuhan terhadap
hak-hak korban
2. Keadilan dan kesetaraan gender
3. Non-diskriminasi
4. Kepentingan terbaik bagi perempuan dan
anak
5. Pemberdayaan
FAKTA – FAKTA EMPIRIS KEKERASAN

• Hasil survey Biro Pusat Stastik ( BPS ) tahun


2016 terkait pengalaman hidup perempuan
menyatakan dari setidap 10 rumah tangga 6
diantara mengalami KDRT.
• Juga Bahwa 1 dari 3 perempuan mengalami
kekerasan oleh pasangannya dan selain
pasangan selama hidupnya.
BEBERAPA POKOK MATERI YANG DIATUR DALAM PERDA
PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK

1. Ketentuan umum
2. Bentuk – bentuk kekerasan
3. Hak-hak perempuan dan anak dari tindak kekerasan
4. Kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah, masyarakat, dan
keluarga.
5. Pencegahan kekerasan terhadap perempuan & anak.
6. Pelayanan korban tindak kekerasan
7. Pemberdayaan
8. Kerjasama
9. Pembinaan dan pengawasan
10.Pendanaan
11.Ketentuan pidana
Bentuk – bentuk kekerasan
Dalam Perda nomor 3 Tahun 2019 Pasal
5,6,7,8,9 bentuk kekerasan meliputi :
1. Kekerasan Fisik;
2. Kekerasan Psikis;
3. Kekerasan Seksual; dan,atau
4. Penelantaran rumah tangga
Hak perempuan & anak dari tindak kekerasan
(pasal 10.11.12.13)

• Hak untuk dihormati harkat dan martabatnya


• Hak atas pemulihan kesehatan dan psikologis
• Hak untuk menentukan sendiri keputusannya
• Hak mendapatkan informasi
• Hak atas kerahasiaan identitasnya
• Hak atas restitusi
• Hak atas rehabilitasi sosial
• Hak atas penanganan pengaduan
• Hak untuk mendapatkan kemudahan dalam proses peradilan
• Hak atas pendampingan
HAK ANAK SEBAGAI HAK KHUSUS
(PASAL 13)
• Hak penghormatan atas kelangsungan
hidup,tumbuh dan berkembang
• Hak pelayanan dasar
• Hak perlindungan yang sama
• Hak bebas dari berbagai stigma
• Hak mendapatkan kebebasan
Kewajiban dan tanggungjawab pemerintah daerah,
masyarakat dan keluarga
(pasal 14,15,dan 16)
Kewajiban Pemerintah Daerah :
a. Pemerintah daerah berkewajiban melaksanakan kebijakan perlindungan
b. Menetapkan kebijakan program dan kegiatan perlindungan
c. Melakukan kerjasama dengan pihak lain diantaranya penegak hukum, lembaga masyarakat
• Tanggungjawab pemerintah daerah :
a. memberikan dukungan sarana & prasarana
b. mengalokasikan anggaran sesuai kemampuan keuangan daerah
c. menyusun rencana aksi daerah untuk perlindungan korban
• Tanggungjawab & kewajiban masyarakat dan keluarga
• Mencegah terjadinya kekerasan
• Memberikan informasi atau melaporkan tindak kekerasan
• Turut serta dalam pengamanan korban tindak kekerasan
• Melindungi korban
• Memberikan pertolongan darurat
• Peran serta masyarakat dilaksanakan secara bertanggungjawab sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan
Pencegahan (pasal 17)

• Upaya pencegahan terhdap kekerasan perempuan &


anak dikordinasikan oleh dinas PPPA dalam bidang
a. Pendidikan
b.Ketenagakerjaan
c. Kesehatan
d.Sosial
e.Pemberdayaan perempuan dan anak
f. Mental & spiritual
g. Ketentraman & ketertiban
Pelayanan korban tindak kekerasan (pasal 19)

• Bentuk pelayanan yang diberikan :


a.Pelayanan pengaduan
b.Pelayanan kesehatan
c.Bantuan hukum
d.Penyampaiann laporan, pemulangan, dan reintegrasi
sosial
e.Rehabilitasi
f. Medikolegal
g.Pelayanan psikologis
h.Pelayanan pendampingan
Pemberdayaan
pasal 32
• Bentuk pemberdayan perempuan korban
kekerasan meliputi :
1.Pelatihan kerja
2.Usaha ekonomi produktif
3.Bantuan permodalan
Pendanaan
Pasal 35
• Pendanaan penyelenggaraan perlindungan
perempuan dan anak dari tindak kekerasan
bersumber dari :
a. Anggaran pendapatan dan belanja daerah
(APBD)
b. Sumber lain yang sah sesuai dengan
ketentuan perundang-undnagan
Contoh kasus kekerasan terhadap perempuan di
sumut selama pandemi corona
Himpunan Serikat Perempuan Indonesia (HAPSARI) mengungkapkan kasus kekerasan terhadap
perempuan di Sumatera Utara meningkat selama pandemi Corona. Peningkatan tercatat
sepanjang Januari hingga Agustus 2020.
"Dari data yang ada, 26 kasus dari jumlah tersebut merupakan kekerasan dalam rumah tangga
dan 6 kasus lainnya adalah kasus kekerasan seksual,“
bentuk kekerasan yang dialami para korban mulai dari kekerasan fisik, psikis, ekonomi hingga
penelantaran.
Secara nasional, angka kekerasan terhadap perempuan juga meningkat signifikan.
Secara nasional, Komnas Perempuan mencatat bahwa pelaporan kasus kekerasan seksual pada
Januari hingga Mei 2020 mencapai 768 kasus
Sebanyak 542 kasus terjadi di ranah personal (kekerasan dalam rumah tangga) dan 24 persen di
antaranya atau 170 kasus adalah kekerasan seksual. 
Pada pada ranah komunitas, jumlah kasus kekerasan terhadap perempuan mencapai 226 kasus
dan sekitar 89 persen atau 203 kasus berkaitan dengan kekerasan seksual
Berdasarkan hasil kajian Komnas Perempuan yang dihimpun dari lembaga layanan, dalam rentang
waktu sepuluh tahun (2001 hingga 2011) menemukan bahwa rata-rata setiap hari 35 orang
perempuan menjadi korban kekerasan seksual. 
Contoh kasus kekerasan terhadap perempuan di sumut
selama pandemi corona
Sementara itu, bentuk kekerasan terhadap anak di era daring semakin berkembang. Pola
kekerasan yang semula dari langsung menjadi tidak langsung atau melalui daring juga terus
meningkat, dengan modus hubungan pacaran.

"Modusnya, korban diminta pacarnya mengirimkan foto, video tanpa busana, dan telepon
seks,”
KUHP baru mengakomidir perkosaan dan pencabulan sebagai bentuk kekerasan
seksual. Sedangkan KUHAP tidak mengatur hak-hak korban dalam proses hukum.

Anda mungkin juga menyukai