Anda di halaman 1dari 14

Hak Asasi Manusia

dan
Hak Kesehatan
Seksual Reproduksi
Nama Kelompok
3. • Miftahul Khairiyah Ente
• Nur Ain Faruk Fathan
• Nurlilawati J Rahim
• Revika Nurlela Kasim
• Sartika Abuba
• Auliah Rochimy Zam-zam
Pengertian Hak Asasi
Kesehatan reproduksi perempuan dan hak asasi ▸ Hak adalah sesuatu yang melekat pada manusia pada
manusia (HAM) adalah isu yang bersifat inheren. aspek fisik maupun aspek eksistensialnya.1 Hak asasi
Perlindungan terhadap kesehatan reproduksi manusia atau HAM adalah seperangkat hak yang
perempuan merupakan tuntutan spesifik dari HAM, melekat pada diri manusia semata-mata karena
khususnya hak perempuan, sehingga perlindungan kodratnya sebagai manusia.2 Perlindungan HAM
tersebut mendorong lahirnya konsep hak perempuan pada dasarnya dimaksudkan untuk melindungi hak-
atas kesehatan reproduksi sebagai HAM. Hak atas hak seluruh manusia baik laki-laki maupun
kesehatan reproduksi merupakan hak asasi perempuan perempuan. Tuhan menciptakan perempuan dan laki-
dalam kaitannya dengan hak atas kesehatan. laki dalam posisi setara.

3
Jenis-jenis Dari Hak Atas
Kesehatan Reproduksi

1. Hak Atas Informasi Seksual


2. Hak Atas Hubungan Seksual yang sehat
3. Hak Atas Perlindungan Fungsi
Reproduksi
4. Hak Atas Pelayanan Kesehatan Khusus

4
faktor-faktor yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi perempuan
▸ Kemiskinan dan pemiskinan perempuan, 2 diantara 3
perempuan di seluruh dunia hidup dalam kemiskinan.
Presentase kemiskinan perempuan bukan hanya lebih tinggi
dibanding laki-laki tetapi juga termasuk kelompok paling
miskin dari yang termiskin.
▸ Banyak perempuan yang berpendidikan lebih rendah dibanding
laki-laki
▸ Perempuan kebanyakan tidak mampu menjangkau pelayanan
dan informasi kesehatan yang penting
▸ Perempuan tidak mempunyai kendali atas hak menerima
pelayanan kesehatan yang mendasar
▸ Posisi perempuan yang dianggap rendah (dianggap sebagai
warga negara kelas dua)
5
Masalah Kesehatan yang Mempengaruhi Kesehatan Reproduksi Perempuan
▸ Kurang Gizi/ Gizi Buruk
Kurang gizi/ gizi buruk adalah masalah kesehatan yang paling sering terjadi dan berakibat buruk pada perempuan. Di Indonesia,


mulai dari sejak kanak-kanak, seorang perempuan seringkali mendapatkan jatah makanan yang lebih sedikit dari anak laki-laki.
Akibatnya, ia tumbuh lebih lambat dan secara fisik tidak tumbuh dengan baik.
▸ IMS (Infeksi Menular Seksual) dan HIV/AIDS
Seorang perempuan secara fisik lebih rentan terkena infeksi IMS dan HIV/AIDS daripada laki-laki. Ini karena sperma laki laki
akan tinggal di dalam tubuh perempuan dan kuman akan masuk lewat dinding vagina ke dalam darah. Perempuan yang tertular
sering tidak mengalami tanda-tanda infeksi, karenanya banyak yang terlambat mengobati.
▸ Hamil Terlalu Sering
Hampir di seluruh wilayah di Indonesia, 1/3 sampai 1/2 jumlah perempuan akan menjadi ibu sebelum mencapai usia 20 tahun.
Banyak diantaranya yang melahirkan banyak anak dengan jarak yang berde katan. Angka kehamilan dan melahirkan yang
berdekatan membuat perempuan tidak akan sempat memulihkan tenaga sehingga menjadi mudah sakit dan mengalami
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan.
▸ Komplikasi Kehamilan dan Persalinan
Dalam 10 tahun terakhir, jumlah kematian bayi telah menurun dengan tajam. Tetapi jumlah kematian ibu karena kehamilan dan
persalinan tetap tinggi. Tentu saja hal ini sangat memprihatinkan kita semua bahwa perempuan harus mengalami komplikasi
kehamilan dan persalinan, hal ini menunjukkan betapa jaminan dan perlindungan terhadap perempuan dalam melaksanakan
fungsi reproduksinya masih dianggap tidak penting (tidak menjadi prioritas).

6
Membicarakan Secara Terbuka Mengenai Organ-
Organ Reproduksi

Seksual dan reproduksi, sangat jarang dilakukan oleh


kelompok perempuan -apakah itu perempuan dewasa yang
tidak/belum menikah, ibu rumah tangga, anak-anak, buruh,
IDPs (pengungsi), pe nyandang cacat dan lansia serta
kelompok minoritas. Padahal, pengetahuan atas tubuh
(organ-organ reproduksi) dan hak atas kesehatan seksual
dan reproduksi merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan perempuan ,yang harus memikul beban dan
fungsi reproduksi. Karenanya, sosialisasi atas kesehatan
seksual dan reproduksi sejak dini melalui jalur pendidikan
formal maupun informal merupakan hal yang penting,
khususnya oleh negara sebagai penanggung jawab jaminan
dan perlindungan kepada warga negaranya, juga masyarakat
luas secara sosial.
7
▸ Dari contoh kasus di atas, jelas bahwa perempuan adalah pihak yang paling
dirugikan. Negara memiliki tanggung jawab untuk menyelesaikannya, karena
kesehatan seksual dan reproduksi perempuan adalah salah satu hak dasar perempuan
yang harus dipenuhi dan dijamin oleh negara. Sebagaimana komitmennya dalam UU
No. 7 tahun 1984 tentang Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Terhadap Perempuan (CEDAW), khususnya pasal 11, 12, 14 dan 16 yang terkait
dengan jaminan atas kesehatan dan hak reproduksi. Juga komitmen negara dalam
Konferensi tentang Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) tahun 1994 tentang
kewajiban negara untuk terlibat menjalankan rekomendasi konferensi dalam hal ini
adalah penegakan hak reproduksi perempuan dan kesehatan, khususnya kesehatan
dan hak-hak kesehatan seksual dan reproduksi perempuan.

8
Berikut ini adalah hal-hal penting yang tercatat oleh Komnas
HAM kaitannya dengan persoalan hak atas kesehatan seksual dan
reproduksi pada kelompok perempuan: & lansia

PEREMPUAN: sepanjang LANSIA: Siklus kehidupan, yaitu melihat manusia secara


sejarahnya di Indonesia, pemenuhan ANAK: adalah buah hati kita yang utuh dimulai dari masa konsepsi, kelahiran, anak, remaja,
hak kesehatan seksual dan penuh kepolosan, tawa, canda, dewasa hingga usia lanjut. Secara biologis, ketuaan
reproduksi terhadap perempuan keriangan dan masa depan yang menjadikan manusia rentan terhadap berbagai penyakit.
masih saja didiskriminasikan-terlebih indah. Namun, dalam realitasnya, Karenanya kelompok lansia memerlukan perhatian khusus
dalam konstruksi sosial masyarakat anak-anak perempuan banyak kaitannya dengan kesehatan seksual dan reproduksi
yang tercerabut masuk ke dalam mereka. Mengingat, kelompok lansia seringkali tidak lagi
kita yang masih patriarkhi dimana
diperhitungkan dan diperhatikan keberadaannya karena
perempuan dianggap bertanggung situasi yang eksploitatif dan kejam,
dianggap sudah tidak produktif lagi secara sosial dan
jawab atas pengasuhan dan menjadi korban perdagangan anak reproduksi.
pemeliharaan kehidupan. dan dilacurkan

9
Hak Kesehatan Reproduksi
 
Hak untuk hidup
Setiap perempuan mempunyai hak untuk bebas dari risiko kematian karena kehamilan.
Hak atas kemerdekaan dan keamanan
Setiap individu berhak untuk menikmati dan mengatur kehidupan seksual dan reproduksinya dan tak seorang pun dapat dipaksa
untuk hamil, menjalani sterilisasi dan aborsi. 
Hak atas kesetaraan dan bebas dari segala bentuk diskriminasi
Setiap individu mempunyai hak untuk bebas dari segala bentuk diskriminasi termasuk kehidupan seksual dan reproduksinya.
Hak-hak atas kerahasiaan pribadi
Setiap individu mempunyai hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan seksual dan reproduksi dengan menghormati kerahasiaan
pribadi
Hak atas kebebasan berpikir
Tradisi yang membatasi kemerdekaan berpikir tentang pelayanan kesehatan reproduksi dan seksual.
Hak mendapatkan informasi dan pendidikan
Setiap individu mempunyai hak atas informasi dan pendidikan yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi dan seksual termasuk
jaminan kesehatan perorangan maupun keluarga.
Hak untuk menikah atau tidak menikah serta membentuk dan merencanakan keluarga
Hak untuk memutuskan mempunyai anak atau tidak dan kapan mempunyai anak.
Hak atas pelayanan dan perlindungan kesehatan
Setiap individu mempunyai hak atas informasi, keterjangkauan, pilihan, keamanan, kerahasiaan, kepercayaan, harga diri,
kenyamanan, dan kesinambungan pelayanan.
Hak untuk mendapatkan manfaat dari kemajuan ilmu pengetahuan
Setiap individu mempunyai hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan reproduksi dengan teknologi mutakhir yang aman dan dapat
diterima.
Hak atas kebebasan berkumpul dan berpartisipasi dalam politik
Setiap individu mempunyai hak untuk mendesak pemerintah agar memprioritaskan kebijakan berkaitan dengan hak-hak kesehatan
seksual reproduksi.

10
Hak seksualitas tersebut digunakan secara global.
Pemerintah Indonesia menerjemahkan hak kesehatan
reproduksi sebagai berikut:
 
-Setiap orang berhak memperoleh standar pelayanan kesehatan
reproduksi yang terbaik. Ini berarti penyedia pelayanan harus
memberikan pelayanan kesehatan reproduksi yang berkualitas
dengan memperhatikan kebutuhan klien, sehingga menjamin
keselamatan dan keamanan klien
-Setiap orang, perempuan, dan laki-laki (sebagai pasangan atau
sebagai individu) berhak memperoleh informasi selengkap-
lengkapnya tentang seksualitas, reproduksi dan manfaat serta efek
samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan
untuk pelayanan dan/atau mengatasi masalah kesehatan
reproduksi.
-Setiap orang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan Keluarga
Berencana (KB) yang aman, efektif, terjangkau, dapat diterima,
sesuai dengan pilihan, tanpa paksaan dan tak melawan hukum.

11
Pada tahun 2007 IPPF mengembangkan 12 hak kesehatan reproduksi menjadi 10
hak seksual yaitu :
-Hak kesetaraan, perlindungan yang sama di muka hukum dan bebas dari semua bentuk
diskriminasi yang berdasarkan jenis kelamin, seksualitas, dan gender,
-Hak berpartisipasi bagi semua orang tanpa memandang Jenis Kelamin, Seksualitas, dan Gender.
Pelibatan Remaja dalam pengambilan kebijakan,
-Hak Hidup, Merdeka, dan Terjamin Keamanan dirinya secara utuh,
-Hak atas privasi,
-Hak Otonomi dan Pengakuan Hukum,
-Hak berpikir bebas, berpendapat, berekspresi dan berserikat (pelibatan remaja dalam
pengambilan kebijakan),
-Hak sehat dan manfaat kemajuan ilmu pengetahuan. Pendidikan kesehatan reproduksi
dimasukkan dalam muatan lokal, layanan konseling dan klinik yang ramah remaja,
-Hak pendidikan dan informasi. Kesetaraan pendidikan bagi siswi korban KTD (Kehamilan
Tidak Direncanalan), pendidikan kesehatan reproduksi dimasukkan dalam muatan local,
-Hak memilih menikah atau tidak, merencanakan berkeluarga atau tidak, memutuskan
bagaimana dan kapan mempunyai anak atau tidak,
 -Hak pertanggungjawaban dan ganti rugi.

12
Kesimpulan
Ketidaksetaraan gender (hubungan yang tidak seimbang antara laki-laki dan perempuan
dimana posisi laki-laki yang lebih superior dibandingkan perempuan) adalah penyebab
utama terjadinya persoalan kesehatan seksual dan reproduksi bagi perempuan: ibu rumah
tangga & lajang anak, buruh, IDPs, penyandang cacat dan lansia, serta minoritas.
Pengaruh lainnya adalah kemiskinan, mitos-mitos seksualitas, stereotipe dan belum adanya
kebijakan negara yang berfihak pada peningkatan/memprioritaskan kesehatan reproduksi
perempuan termasuk alokasi dananya.Kemiskinan juga mengakibatkan maraknya kasus-
kasusperdagangan perempuan dan anak yang sangat beresiko tinggiterhadap persoalan
kesehatan seksual dan reproduksi.

Saran
Untuk itu wawasan dan pengetahuan kesehatan reproduksi perempuan, agar dapat
meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan bisa tercapai dengan sempurna. Dengan cara
sosialisasi, dalam kegiatan tersebut mudah-mudahan kesehatan reproduksi masyarakat bisa
tercapai dan masyarakat lebih pintar dan menjaga kesehatannya.

13
THANKS!
Any questions?

14

Anda mungkin juga menyukai