IDENTITAS NASIONAL
POKOK-POKOK KAJIAN
Pokok Kompetensi yang Sub Pokok bahasan Tatap
Kajian diharapkan Muka
IDENTITAS 1. Mampu 1. Pengertian identitas nasional 1
NASIONAL mendeskripsikan 2. Identitas nasional sebagai karakter
identitas nasional dan bangsa
sejarah kelahiran 3. Proses berbangsa dan bernegara
faham nasionalisme 4. Politik Identitas
Indonesia
2. Memiliki karakter
sebagai identitas
kebangsaan
I. PENGERTIAN IDENTITAS
NASIONAL
• Identitas/jati diri = hal yang mencirikan seseorang atau
sekelompok orang secara bersama-sama.
• Identitas pribadi = membedakan seseorang dari orang
lainnya.
• Identitas pribadi= penting dalam relasi dan komunikasi
dengan orang/kelompok lain.
• Identitas kelompok: hal-hal yang menandakan/mencirikan
suatu kelompok dari kelompok lainnya. Mis.: identitas suku,
daerah, agama, budaya, dll.
Identitas Nasional:
• Identitas nasional (national identity): kepribadian nasional
atau jati diri nasional yang dimiliki suatu bangsa yang
membedakan bangsa satu dengan bangsa yang lain.
• Faktor-faktor yang menjadikan setiap bangsa memiliki
identitas yang berbeda-beda:
• keadaan geografi,
• ekologi,
• demografi,
• sejarah,
• kebudayaan,
• dan watak masyarakat.
Identitas nasional Indonesia:
• 1. negara kepulauan (archipelago): ribuan pulau.
• 2. negara maritim: sebagian terbesar wilayahnya
terdiri dari laut.
• 3. Beragam suku, Bahasa, agama dan budaya.
• 4. Negara agraris: kebanyakan hidup dari
pertanian.
• 5. Masyarakat pedesaan cenderung ada dalam
persekutuan kekeluargaan (Gemeinschaft),
• 6 suka membuat perkumpulan baik di dalam negeri
maupun di luar negeri.
• 7. memiliki: bahasa nasional, bendera nasional, lagu
kebangsaan, lambang negara burung Garuda, ideologi
negara (Pancasila), dan lain-lain.
8. Memiliki Watak dasar orang Indonesia:
• ramah, sopan, mudah menerima kehadiran orang lain.
• religius, humanis,
• menyukai persatuan/kekeluargaan,
• suka bermusyawarah dan bergotong-royong
• lebih mengutamakan kepentingan bersama
• Rukun dan toleran
• Rasa senasib dan sepenanggungan terutama karena pengalaman
penjajahan oleh bangsa lain.
Identitas nasional = dinamis: mengalami
perubahan sejalan dengan irama perubahan
zaman.
• Tarik-menarik antara etnisitas dan globalitas
• Etnisitas memiliki watak: statis, mempertahankan apa
yang sudah ada secara turun temurun, selalu ada
upaya fundamentalisasi dan purifikasi.
• Globalitas memiliki watak: dinamis, selalu berubah
dan membongkar hal-hal yang mapan, oleh karena
itu, perlu kearifan dalam melihat ini.
• Globalitas atau globalisasi adalah kenyataan yang tidak
mungkin dibendung, sehingga sikap arif sangat diperlukan
dalam hal ini.
• Globalisasi tidak selalu negatif. Kita bisa menikmati HP,
komputer, transportasi dan teknologi canggih lainnya berkat
globalisasi, bahkan kita mengenal dan menganut agama dan
kepercayaan yang berbeda melalui proses globalisasi.
• Sikap kritis dan evaluatif diperlukan dalam menghadapi dua
kekuatan itu (globalitas dan etnisitas).
• Baik etnisitas maupun globalisasi mempunyai sisi positif dan
negatif:
• Melalui proses dialog dan dialektika diharapkan akan
terbangun ciri yang khas bagi identitas nasional kita.
• Sebagai contoh pandangan etnis adalah sikap nrimo
(Jawa) yang artinya menerima apa adanya.
• Sikap nrimo secara negatif bisa dipahami sikap yang pasif,
tidak responsif bahkan malas.
• Sikap nrimo secara positif bisa dipahami sebagai sikap
yang tidak memburu nafsu, menerima setiap hasil usaha
keras yang sudah dilakukan. Sikap positif demikian sangat
bermanfaat untuk menjaga agar orang tidak stres karena
keinginannya tidak tercapai. Sikap nrimo justru diperlukan
dalam kehidupan yang konsumtif kapitalistik ini.
Secara umum, identitas nasional
mencakupi:
• Faktor primordial: hal-hal yang sejak lama hidup
dalam kebersamaan orang-orang Indonesia
sebagai bangsa;
• Faktor kondisional: hal-hal yang lahir akibat
penjajahan (rasa senasib dan
sepenanunggungan, rasa cinta tanah air dan
cinta kemerdekaan).
II. IDENTITAS NASIONAL SEBAGAI
KARAKTER BANGSA
• Janji itu disampaikan oleh Perdana menteri Jepang Jenderal Kunaiki Koisu
(Pengganti Perdana Menteri Tojo) dalam Sidang Teikuku Gikoi (Parlemen
Jepang).
• Sebagai realisasi dari janji itu, dibentuklah BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-
usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) pada 29 April 1945 dan anggota-
anggotanya dilantik pada 28 Mei 1945 dengan ketuanya Dr. KRT. Radjiman
Wedyodiningrat.
• Peristiwa inilah yang menjadi tonggak pertama proses Indonesia menjadi
negara. Pada sidang ini mulai dirumuskan syarat-syarat yang diperlukan
untuk mendirikan negara yang merdeka (Bakry, 2009: 91).
b. Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia) setelah sebelumnya membubarkan BPUPKI pada
9 Agustus 1945.
• Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan wakil ketua adalah Drs.
Moh. Hatta.
• Betelah Jepang takluk pada Sekutu dan setelah
Kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, Badan yang
mula-mula buatan Jepang untuk memersiapkan
kemerdekaan Indonesia ini bersifat ‘Badan Nasional’ yang
mewakili seluruh bangsa Indonesia.
• Dengan penyerahan Jepang pada sekutu, janji Jepang
tidak terpenuhi, sehingga bangsa Indonesia dapat
memproklamirkan diri menjadi negara yang merdeka.
c. Proklamasi kemerdekaan Indonesia
• Proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada
tanggal 17 Agustus 1945, menyusul penetapan
Undang undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 pada sidang PPKI tanggal 18 Agustus
1945.
• Peristiwa ini merupakan momentum yang paling
penting dan bersejarah karena menjadi titik balik: dari
negara yang terjajah menjadi negara yang merdeka.
IV. POLITIK IDENTITAS
• Politik identitas adalah nama untuk menjelaskan situasi yang
ditandai dengan kebangkitan kelompok-kelompok identitas
sebagai tanggapan untuk represi yang memarjinalisasikan
mereka di masa lalu. Identitas berubah menjadi politik
identitas ketika menjadi basis perjuangan aspirasi kelompok
(Bagir, 2011: 18).
• Identitas bukan hanya persoalan sosio-psikologis tetapi juga
politis. Ada politisasi atas identitas. Identitas yang dalam
konteks kebangsaan seharusnya digunakan untuk merangkum
kebinekaan bangsa ini, justru digunakan untukpenguatan
identitas-identitas sektarian dalam agama, suku, daerah dll.
• Identitas yang menjadi salah satu dasar konsep
kewarganegaraan (citizenship) adalah
kesadaran atas kesetaraan manusia sebagai
warganegara.
• Identitas sebagai warganegara ini menjadi
bingkai politik untuk semua orang, terlepas dari
identitas lain apapun yang dimilikinya seperti
identitas agama, etnis, daerah dan lain-lain
(Bagir, 2011: 17).
Era Reformasi:
• Pada era reformasi, kebebasan berpikir, berpendapat dan kebebasan
lain dibuka.
• Dalam perkembangannya kebebasan (yang berlebihan) ini telah
menghancurkan pondasi dan pilar-pilar yang pernah dibangun oleh
pemerintah sebelumnya. Masyarakat tidak lagi kritis dalam melihat
apa yang perlu diganti dan apa yang perlu dipertahankan. Ada
euphoria untuk mengganti semua.
• Perkembangan lebih lanjut adalah menguatnya wacana hak asasi
manusia dan otonomi daerah yang memberikan warna baru bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara yang menunjukkan sisi positif
dan negatifnya.
• Perjuangan menuntut hak asasi menguat.
Perjuangan tersebut muncul dalam berbagai
bidang dengan berbagai permasalahan seperti:
kedaerahan, agama dan partai politik. Mereka
masing-masing ingin menunjukkan identitasnya,
sehingga muncul kesan adanya ‘perang’ identitas.
• Munculnya istilah ‘putra daerah’, organisasi
keagamaan baru, lahirnya partai-partai politik
yang begitu banyak, kalau tidak hati-hati dapat
memunculkan ‘konflik identitas’.
• Sebagai negara-bangsa, perbedaan-perbedaan tersebut harus
dilihat sebagai realitas yang wajar dan niscaya.
• Perlu dibangun jembatan-jembatan relasi yang menghubungkan
keragaman itu sebagai upaya membangun konsep kesatuan
dalam keragaman.
• Kelahiran Pancasila diniatkan untuk itu yaitu sebagai alat
pemersatu. Keragaman adalah mozaik yang mempercantik
gambaran tentang Indonesia secara keseluruhan.
• Idealnya dalam suatu negara-bangsa, semua identitas dari
kelompok yang berbeda-beda itu dilampaui, idealitas
terpenting adalah identitas nasional.
Politik identitas bisa bersifat positif maupun
negatif:
• Bersifat positif berarti menjadi dorongan untuk mengakui dan
mengakomodasi adanya perbedaan, bahkan sampai pada tingkat
mengakui predikat keistimewaan suatu daerah terhadap daerah lain
karena alasan yang dapat dipahami secara historis dan logis.
• Bersifat negatif ketika terjadi diskriminasi antar kelompok satu
dengan yang lain, misalnya dominasi mayoritas atas minoritas.
Dominasi bisa lahir dari perjuangan kelompok tersebut, dan lebih
berbahaya apabila dilegitimasi oleh negara.
• Negara bersifat mengatasi setiap kelompok dengan segala
kebutuhan dan kepentingannya serta mengatur dan membuat
regulasi untuk menciptakan suatu harmoni.