Anda di halaman 1dari 7

KELOMPOK

9
PEPAYA
Anggota :

Heni Rahmawati (2010103139)


Gilang Lukman Okta Hidayat (2010103146)
Destiana Cardelia (2010103010)
Vegas Septyawan Sanni (2010103070)
SEJARAH UMKM DAPUR KENCOT
UMKM yang kami pilih sebagai sumber informasi adalah Dapur Kencot. Dapur Kencot merupakan
salah satu UMKM yang menjual berbagai makanan berat serta makanan ringan yang terletak di Kota
Kebumen, tepatnya di Jalan Walikonang, No. 17a, Wonoyoso, Kebumen dan sudah beroperasi dari
bulan Juli 2020 hingga sekarang. Nada Nabila yang merupakan mahasiswa jurusan pendidikan
Akuntansi semester 5 di salah satu perguruan tinggi di Kota Yogyakarta yang berinisiatif untuk
mencoba mengolah sayur milik orangtuanya yang merupakan penjual sayur menjadikannya olahan-
olahan modern. Setelah melakukan banyak percobaan, akhirnya Nada Nabila memberanikan diri
untuk menjual hasil olahan makanannya kepada teman-temannya melalui media sosial dan kemudian
mendapat respon positif. Dapur Kencot berkembang dengan membuka sistem pre-order dan
menggunakan sistem delivery order untuk memberikan produknya kepada konsumen. Nada Nabila
mengikuti program PMW di kampusnya dengan mengajukan program dan mendapatkan rezeki
tambahan untuk membuka warung makan di tengah Kota Kebumen. Dia mulai mengkonsultasikan
usahanya tersebut kepada para dosen pembimbingnya dan memutuskan untuk membuka warung
makan dengan menyewa tempat, merekrut karyawan, hingga memperbanyak produk-produk
usahanya. Saat ini ada sekitar 50 menu yang di jual oleh Dapur Kencot, mulai dari bento, mie dan
seblak, nasi goreng, paket irit, cemilan, ricebowl dan ricebox, makanan tanpa nasi, hingga olahan
ayam dan kentucky.
PENENTUAN BIAYA PRODUK
1. Penentuan Harga Jual

Dalam menentukan harga jual tiap


produknya, pemilik usaha Dapur Kencot
menggunakan metode perhitungan
sebagai berikut :

- HPP × 1,5 (Untuk jenis cemilan)


- HPP × 2 (Untuk jenis makanan berat )
2. Macam-Macam Pembebanan yang
Dibebankan dalam Setiap Produk
Beban Iklan atau
1 Promosi 2 Biaya Sewa 3 Biaya Listrik

Biaya yang diperlukan terhitung Beban sewa tempat usaha daya listrik 1300watt dengan
sebagai beban Wi-Fi, yaitu sebesar Rp. 7.000.000/tahun biaya tagihan sebesar Rp.
sebesar: Rp. 283,-/produknya. dengan pembebanan langsung 600.000 per bulannya
ke setiap produknya yaitu dibebankan langsung ke setiap
sebesar Rp. 420,- produknya sebesar Rp. 400,-

4 Biaya Tenaga Kerja 5 Biaya transportasi 6 Biaya Peralatan

total 5 orang biaya tenaga kerja Biaya transportasi yang Biaya peralatan yang
yang dikeluarkan perbulannya dibebankan langsung ke setiap dibebankan langsung ke setiap
adalah sebesar Rp. produknya yaitu sebesar produknya yaitu sebesar Rp.36,-
1.000.000/orang dibebankan Rp.166,-
langsung ke setiap produknya
yaitu sebesar Rp. 1.960,-
ANALISIS
PENENTUAN
BIAYA
Dapur Kencot melakukan kesalahan pada
biaya sewa tempat yang terlalu mahal
yaitu sekitar Rp 30.000.000,00/tahun.
Kesalahan lainnya selama satu tahun
pertama yaitu pada penentuan harga
produknya yang terlalu rendah sehingga
keuntungan yang didapat sedikit. Oleh
karena itu, Dapur Kencot melakukan
evaluasi dalam menentukan harga
produk yang terbaru yang dapat
digunakan untuk menentukan standar
harga produk yang sesuai. Selain itu,
perlu adanya evaluasi dalam target
hariannya dengan melihat peluang dan
target penjualan agar HPP-nya tetap
seimbang dan tidak mengalami kerugian
tetapi tetap mendapatkan keuntungan.
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN
Dapur Kencot mengaku mendapatkan omset perhari
Rp.800.000,00. yang kemudian terbagi untuk menutup
keperluan biaya-biaya yang harus dipenuhi antara lain
untuk berbelanja kurang lebih Rp.200.000,00 setiap
harinya, kemudian hitungan laba bersih yang didapat
sekitar Rp.500.000,00 yang masih dikurangi beban
tenaga kerja dan dikurangi beban-beban operasional
lainnya.

Harga produk yang terlalu rendah dan biaya sewa


tempat yang terlalu tinggi menjadikan sebab utama
kerugian yang dialami Dapur Kencot. Sebab-sebab
kerugian lainnya yaitu karena terdampak pandemi
Covid-19 yang melonjak, ketatnya persaingan pada
tempat yang strategis, egoisme pribadi, kurangnya
survei akan perbandingan tempat dan harga sewa,
serta target pasar dan pengunjung yang tidak sesuai
harapan.
TERIMAKA
SIH

Anda mungkin juga menyukai