Anda di halaman 1dari 50

KMB I

ASUHAN KEPERAWATAN PPOK/COPD

DOSEN PEMBIMBING : NS.DONA AMELIA,KEP

OLEH :
RAHMADANI PUTRI INSANI
2021144010002
D3.KEPERAWATAN TINGKAT II
UMNATSIR YARSI SUMBAR BUKITTINGGI
2021/2022
KONSEP
• PPOK/COPD (cronic obstruction pulmonary disease) merupakan
istilah yang sering digunakan untuk sekelompok penyakit paru yang
berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan resistensi terhadap
aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya.

Klasifikasi derajat PPOK menurut Global initiative for


chronic Obstritif Lung Disiase (GOLD) 2011.
1. Derajat I (PPOK Ringan)
2. Derajat II (PPOK Sedang)
3. Derajat III (PPOK Berat)
4. Derajat IV (PPOK Sangat Berat)
1.Derajat I (ppok ringan)
gejala klinis:dengan atau tanpa batuk,adanya atau tidak produksi sputum
spirometri : FEV1/FVC<70%,FEV1 >80 %

2.Derajat II (PPOK Sedang)


dengan adanya atau tidaknya batuk,ada atau tidaknya produksi sputum,sesak napas dengan
derajat sesak 2 (sesak timbul pada saat aktivitas).
Spirometrii:FEV1/FEC <70%,50%<FEV1<80%

3.Derajat III (PPOK Berat)


sesak napas ketika berjalan dan berpakaian,eksaserbasi lebih sering terjadi
spirometri:FEV1/FVC<70%,30%<FEV1<50%

4.Derajat IV (PPOK Sangat Berat)


Pasien derajat 3 dengan gagal napas kronik
disertai kombinasi korpulmonale atau gagal jantung kanan
spirometri: FEV1/FVC<70%,FEV1,30% ATAU ,50%
FAKTOR RISIKO
• Rokok
• Faktor keturunan
• Pajanan polusi udara
• Riwayat infeksi saluran napas
• Pekerjaan
• Usia
• Jenis kelamin
• Gangguan fungsi paru
PATOFISIOLOGI

• Perubahan patofisiologis pada ppok terjadi di saluran pernapasan, bronkiolus


dan parenkim paru. Peningkatan jumlah leukosit polimorfonuklear yang diaktifasi
dan makrofag yang melepaskan elastase tidak dapat dihalangi secara efektif
oleh antiprotease. Hal ini mengakibatkan dektruksi paru, peningkatan tekanan
oksidatif yg disebabkan oleh radikal-radikal bebas di dalam rokok dan pelepasan
oksidan oleh fagosit, dan leukosit polimornofuklear menyebabkan apoptis dn
nekrosis sel yg terpapar. Penurunan usia dan mekanisme autoimun juga
mempunyai peran dalam patogenesis PPOK
• Kerusakan Jalan Nafas
Perubahan struktural jalan nafas yang terjadi adalah atrofi, metaplasia sel
skuamosa, abnormalitas siliar, hyperplasia sel otot polos, hiperplasia kelenjar
mukosa, inflamasi dan penebalan dinding bronkial. Inflamasi kronik pada
bronkitis kronik dan emfisema ditandai dengan peningkatan jumlah Sel Limfosit T
CD8, neutrofil, dan monosit/makrofag. Sebagai perbandingan, inflamasi pada
Asma ditandai dengan adanya peningkatan Sel limfosit T CD4, eosinophil dan
interleukin (IL)-4 dan IL-5. Namun hal ini tidak bisa digunakan untuk diagnosis,
karena ada kondisi Asma yang berkembang menjadi PPOK.
TANDA DAN GEJALA
• Sesak napas, terutama saat melakukan aktivitas fisik
• Mengi (suara siulan bernada tinggi yang muncul saat bernapas)
• Dada terasa sesak
• Rasa ingin mengeluarkan dahak setiap bangun pagi, akibat produksi
dahak yang berlebih pada paru-paru
• Batuk jangka panjang akibat produksi dahak yang dapat jernih, putih,
kuning, atau kehijauan
• Kebiruan pada bibir atau ujung kuku
• Infeksi saluran pernapasan yang sering timbul
• Kekurangan energi
• Penurunan berat badan yang tidak disengaja
• Bengkak pada pergelangan kaki, kaki, atau tungkai
PENATALAKSANAAN
Secara umum, pengobatan PPOK menggunakan beberapa golongan obat, seperti:
• Bronkodilator
Bronkodilator merupakan pengobatan yang dapat meningkatkan FEV1(jumlah udara yang
diembuskan dalam satu detik) dan atau mengubah variabel spirometri
• Beta2-agonis (kelompok obat yang digunakan untuk meredakan atau mengontrol gejala
penyempitan saluran napas akibat asma atau penyakit paru obsruktif)
Prinsip kerja obat ini adalah relaksasi otot polos pada saluran pernafasan dengan
menstimulasi reseptor beta2-adrenergik, dimana akan meningkatkan siklus AMP dan
memproduksi efek fungsional yang berlawanan dengan bronkokonstriksi
• Antimuskarinik
Prinsip kerjanya dengan mem-blok efek bronkokonstriksi asetikolin pada reseptor
muskarinik M3 pada otot polos saluran pernafasan
• Methylxanthines
Theophylline merupakan jenis methylxantine yang paling sering digunakan, dimana
dimetabolisme oleh cytochrome P450 dengan fungsi oksidase
PENATALAKSANAAN PADA
KEADAAN STABIL
Terapi farmakologi
Terapi farmakologi pada PPOK keadaan stabil berdasarkan kelompok atau populasi yang
sudah ditentukan
• Populasi A, menggunakan bronkodilator dengan pilihan pertama SAMA atau SABA (jika
diperlukan). Pilihan kedua digunakan LAMA atau LABA atau SAMA dan SABA. Sedangkan
untuk pilihan alternative digunakan theophylline.
• Populasi B menggunakan pilihan pertama LAMA atau LABA, pilihan kedua digunakan LAMA
dan LABA, serta pilihan alternative digunakan SABA dan/atau SAMA dan theophylline.
• Populasi C dengan pilihan pertama yaitu ICS+LABA atau LAMA, pilihan kedua menggunakan
LAMA dan LABA, sedangkan pilihan alternative dapat menggunakan PDE4-inhibitor, SABA
dan/atau SAMA, serta theophylline.
• Populasi D dengan pilihan pertama yaitu ICS+LABA atau LAMA. Pilihan kedua menggunakan
beberapa pilihan obat yaitu ICS dan LAMA atau ICS+LABA dan LAMA atau ICS+LABA dan
PDE4- inhibitor atau LAMA dan LABA atau LAMA dan PDE4-inhibitor. Sedangkan untuk
pilihan alternative dapat menggunakan corbocysteine, SABA dan/atau SAMA, serta
theophylline.
Terapi non-farmakologi
• Edukasi dan self managemen
• Aktivitas fisik dan program rehabilitasi
paru
• Vaksinasi
• Terapi oksigen
• Terapi ventilasi
• Intervensi bronkoskopi dan operasi
KAJIAN KEPERAWATAN
• Identitas
• Riwayat penyakit sekarang
• Riwayat penyakit dahulu
• Pemeriksaan fisik
• TTV
• Pemeriksaan penunjang
• Terapi yg di dapat
Diagnosis Penyakit Paru Obstruktif Kronis
• Untuk menentukan diagnosis dari PPOK, dokter akan
mengevaluasi tanda dan gejala yang dialami,
mendiskusikan riwayat penyakit dan riwayat keluarga,
membahas adanya ekspos terhadap zat iritan paru-
paru, terutama asap rokok.
• Beberapa pemeriksaan penunjang yang juga dapat
dilakukan mencakup:
• Pemeriksaan uji fungsi paru
• Rontgen paru-paru. 
• Computerized Tomography (CT) scan.
• Pemeriksaan analisis gas darah arteri. 
ASMA
• Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya
“terengah- engah” dimana asma merupakan penyakit
paru yang tidak menular. Berhubungan dengan
penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi,
yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan
maupun dengan pengobatan,inflamasi ini juga
berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas
terhadap berbagai rangsangan
Etiologi
Asma bronchial adalah suatu ISPA yang dicetuskan oleh
beberapa faktor diantaranya oleh tekanan emosi, kerja
fisik, alergi terhadap sesuatu, virus, bakteri, dll. Asma
bronchiale dapat terbentuk oleh beberapa faktor
diantaranya :
• Ekstrinsik/alergi
• Intrinsik / non alergi
• Campuran
Faktor ekstrinsik bisa terjadi karena inhalan yang masuk ke
dalam tubuh melalui alat pernafasan (makanan, obat
obatan, serpihan binatang dll.), sedangkan intrinsik
disebabkan karena adanya peradangan. Faktor Campuran
terjadi dari faktor ekstrinsk dan intrinsik.
FAKTOR RISIKO

• Genetik
• Alergen
• Stress
• Makanan
• Infeksi virus
• Umur
• Jenis kelamin
PATOFISIOLOGI
• Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada
saluran napas yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot
polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini, bersama dengan faktor
lain menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga
menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran
napas biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian
terapi.Adakalanya saluran napas itu sendiri yang berubah. Biasanya
terjadinya perubahan di saluran napas, termasuk
meningkatnya eosinofil dan penebalan lamina retikularis. Dalam
jangka waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah
ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar
lendir.Jenis sel lain yang terlibat yaitu: Limfosit T, makrofag,
dan neutrofil. Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen
lain sistem imun yaitu: antara lain sitokin, kemokin, histamin,
and leukotrien
Tanda dan Gejala Asma
• Batuk-batuk, kerap kali menjadi tanda awal
asma.
• Dada tertekan, orang menderita asma
biasanya mengatakan dada nya terasa
ditekan.
• Mengik, bunyi dari napas yang keluar.
• Napas pendek
PENATALAKSANAAN
• Penatalaksanaan asma dilakukan melalui berbagai pendekatan yang dapat
dilaksanakan (applicable), mempunyai manfaat, aman dan dari segi harga terjangkau.
Integrasi dari pendekatan tersebut dikenal dengan : Program penatalaksanaan
asma, yang meliputi: - Edukasi - Menilai dan monitor berat asma secara berkala -
Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus - Merencanakan dan memberikan
pengobatan jangka panjang - Menetapkan pengobatan pada serangan akut - Kontrol
secara teratur - Pola hidup sehat Diagnosis Asma Diagnosis asma didasari oleh
gejala yang bersifat episodik, gejala berupa batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di
dada dan variabiliti yang berkaitan dengan cuaca. Anamnesis yang baik cukup untuk
menegakkan diagnosis, ditambah dengan pemeriksaan jasmani dan pengukuran faal
paru terutama reversibiliti kelainan faal paru, akan lebih meningkatkan nilai
diagnostik. Riwayat penyakit/gejala: bersifat episodik, seringkali reversibel dengan
atau tanpa pengobatan, gejala berupa batuk, sesak napas, rasa berat di dada dan
berdahak, gejala timbul/memburuk terutama malam/dini hari, diawali oleh faktor
pencetus yang bersifat individu, serta respons terhadap pemberian bronkodilator. Hal
lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit: riwayat keluarga (atopi),
riwayat alergi / atopi, penyakit lain yang memberatkan, perkembangan penyakit dan
riwayat pengobatan (misalnya pasien sudah sering menggunakan obat inhaler).
PENATALAKSANAAN MEDIS
• Oksigen 4 - 6 liter / menit
• Pemeriksaan analisa gas darah mungkin memperlihatkan
penurunan konsentrasi oksigen.
• Anti inflamasi (Kortikosteroid) diberikan untuk
menghambat inflamasi jalan nafas.
• Antibiotik diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi
• Pemberian obat ekspektoran untuk pengenceran dahak
yang kental
• Bronkodilator untuk menurunkan spasme
bronkus/melebarkan bronkus
• Pemeriksaan foto torak
• Pantau tanda-tanda vital secara teratur agar bila terjadi
kegagalan pernafasan dapat segera tertolong
KAJIAN KEPERAWATAN
• Identitas klien
• Pemeriksaan fisik
• Kepla
• Leher
• Dada/toraks
• Abdomen
• Ekstremitas
• Anus genetalia
Tambahan
wahyu arini

• a. Pengkajian
Menurut Doenges (2012) pengkajian pada pasien dengan PPOK ialah : 1)
Aktivitas dan istirahat :
Gejala :
- Keletihan, kelemahan, malaise.
- Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit
bernafas.
- Ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi.
- Dispnea pada saat istirahat atau respons terhadap aktivitas atau latihan.
Tanda :
- Keletihan.
- Gelisah, insomnia.
- Kelemahan umum atau kehilangan masa otot.
• 2. Sirkulasi
Gejala : Pembengkakan pada ekstrimitas bawah
Tanda : - Peningkatan tekanan darah.
- Peningkatan frekuensi jantung atau takikardia berat atau
disritmia.
- Distensi vena leher atau penyakit berat.
- Edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.

- Warna kulit atau membrane mukosa normal atau abu-abu atau


sianosis, kuku tabuh dan sianosis perifer.
- Pucat dapat menunjukkan anemia.
• 4. Pernafasan
Gejala :
- Nafas pendek, umumnya tersembunyi dengan dispnea sebagai gejala menonjol
pada emfisema , khususnya pada kerja, cuaca atau episode berulangnya sulit
nafas (asma), rasa dada tertekan, ketidakmampuan untuk bernafas (asma).
- Lapar udara kronis.
- Batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama saat bangun
selama minimal 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2 tahun. Produksi
sputum (hijau, putih atau kuning) dapat banyak sekali (bronkhitis kronis).
- Episode batuk hilang-timbul, biasanya tidak produktif pada tahap dini
meskipun dapat menjadi produktif (emfisema).
- Riwayat pneumonia berulang, terpajan oleh polusi kimia atau iritan pernafasan
dalam jangka panjang misalnya rokok sigaret atau debu atau asap misalnya
asbes, debu batubara, rami katun, serbuk gergaji.
- Faktor keluarga dan keturunan misalnya defisiensi alfa antritipsin (emfisema).
Tambahan ika
Pengkajian diagnostik copd
1. Chest X-Ray : dapat menunjukkan hiperinflation paru, flattened diafragma,
peningkatan ruang udara retrosternal, penurunan tanda vaskular/bulla (emfisema),
peningkatan bentuk bronchovaskular (bronchitis), normal ditemukan saat periode
remisi (asthma)
2. Pemeriksaan Fungsi Paru : dilakukan untuk menentukan penyebab dari dyspnea,
menentukan abnormalitas fungsi tersebut apakah akibat obstruksi atau restriksi,
memperkirakan tingkat disfungsi dan untuk mengevaluasi efek dari terapi, misal :
bronchodilator.
3. TLC : meningkat pada bronchitis berat dan biasanya pada asthma, menurun pada
emfisema.
4. Kapasitas Inspirasi : menurun pada emfisema
5. FEV1/FVC : ratio tekanan volume ekspirasi (FEV) terhadap tekanan kapasitas vital
(FVC) menurun pada bronchitis dan asthma.
6. ABGs : menunjukkan proses penyakit kronis, seringkali PaO2 menurun dan PaCO2
normal atau meningkat (bronchitis kronis dan emfisema) tetapi seringkali menurun
pada asthma, pH normal atau asidosis, alkalosis respiratori ringan sekunder terhadap
hiperventilasi (emfisema sedang atau asthma).
Bronchogram : dapat menunjukkan dilatasi dari bronchi saat inspirasi, kollaps
bronchial pada tekanan ekspirasi (emfisema), pembesaran kelenjar mukus
(bronchitis)
8. Darah Komplit : peningkatan hemoglobin (emfisema berat), peningkatan
eosinofil (asthma).
9. Kimia Darah7. : alpha 1-antitrypsin dilakukan untuk kemungkinan kurang
pada emfisema primer.
10. Sputum Kultur : untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen,
pemeriksaan sitologi untuk menentukan penyakit keganasan atau allergi.
11. ECG : deviasi aksis kanan, gelombang P tinggi (asthma berat), atrial disritmia
(bronchitis), gel. P pada Leads II, III, AVF panjang, tinggi (bronchitis,
emfisema), axis QRS vertikal (emfisema)
12. Exercise ECG, Stress Test : menolong mengkaji tingkat disfungsi pernafasan,
mengevaluasi keefektifan obat bronchodilator, merencanakan/evaluasi program.
Diagnosa keperawatan

a)Bersihan jalan nafas tak efektif berhubungan dengan


peningkatan produksi sputum/sekret.
b)Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap
anoreksia akibat rasa dan bau sputum
c)Ketidakefektifan pola napas berubungan dengan perubahan
membran alveolar kapiler
d)Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,
ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen.
e)Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi parenkim paru,
batuk menetap
f)Ansietas orang tua berhubungan dengan perubahan status
kesehatan, kurangnya informasi
Tambahan dari selly
Intervesi harmela
keperawatan

Manajemen jalan nafas


Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi.
Lakukan fisioterapi dada sebagai mana
mestinya
Buang secret dengan memotivasi pasien
untuk melakukan batuk atau menyedot lender
Instruksikan bagaimana agar bias melakukan
batuk efektif
Auskultasi suara nafas
Posisikan untuk meringankan sesak nafas
Penghisapan lendir pada jalan nafas
a) Gunakan alat pelindung
b) Tentukan perlunya suksion mulut atau trachea.
c) Auskultasi suara naafs sebelum dans etelah tindakan
suction
d) Innstruksikan kepada pasien untuk menarik nafas dalam
sebelum dilakukan suction
e) Monitor adanya nyeri
f) Monitor status oksigenasi pasien
g) Monitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi secret
Penghisapan lendir pada jalan nafas
• Gunakan alat pelindung
• Tentukan perlunya suksion mulut atau trachea.
• Auskultasi suara naafs sebelum dans etelah
tindakan suction
• Innstruksikan kepada pasien untuk menarik nafas
dalam sebelum dilakukan suction
• Monitor adanya nyeri
• Monitor status oksigenasi pasien
• Monitor dan catat warna, jumlah dan konsistensi
secret
Tambahan muhamad
sukma

KOMPLIKASI COPD

• Hipoxemia
• Asidosis Respiratory
• Infeksi Respiratory
• Gagal jantung
• Cardiac Disritmia
• Status Asmatikus
BRONKHITIS
•   Bronkitis berasal dari bronkhus (saluran napas) dan itis artinya
menunjukkanadanya suatu peradangan.Bisa disimpulkan bronkitis
merupakan suatu gejala penyakit pernapasan.Bronkitis adalah suatu
penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi pada pembuluh
bronkus, trakea dan bronkioli. Inflamasi menyebabkan bengkak
pada permukaannya, mempersempit ruang pembuluh dan
menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.
• Bronkitis akut. Kondisi ini umumnya dialami oleh anak berusia di
bawah 5 tahun. Bronkitis tipe akut biasanya pulih dengan sendirinya
dalam waktu satu minggu hingga 10 hari. Namun, batuk yang dialami
dapat berlangsung lebih lama.
• Bronkitis kronis. Bronkitis tipe ini biasanya dialami oleh orang
dewasa berusia 40 tahun ke atas. Bronkitis kronis dapat berlangsung
hingga 2 bulan, dan merupakan salah satu penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK).
• Bronkitis yang memburuk dan tidak mendapatkan
penanganan yang tepat, berpotensi menimbulkan
komplikasi berupa pneumonia. Pneumonia adalah
peradangan pada satu atau kedua kantung paru-
paru. Seseorang yang sudah mencapai tahap ini
akan merasakan gejala berupa:
• Nyeri dada ketika batuk bahkan bernapas.
• Badan terasa lelah.
• Linglung, atau terjadi penurunan kesadaran.
• Mual dan muntah.
• Diare.
ETIOLOGI
• Virus influenza merupakan etiologi tersering dari bronkitis akut
dan merokok merupakan faktor risiko yang memperberat
penyakit.
• Bronkitis akut disebabkan oleh karena infeksi virus atau bakteri.
Sekitar 90% bronkitis akut bersifat self-limited disease karena
disebabkan oleh virus. Selain infeksi, bronkitis akut juga dapat
disebabkan oleh karena alergen dan iritan. Bentuk iritan yang
paling sering adalah asap rokok, polusi udara, dan debu.[3,4,5]
• Virus yang sering menjadi penyebab terjadinya bronkitis akut
adalah virus influenza tipe A dan B, parainfluenza, respiratory
syncytial virus, dan coronavirus. Hanya 5-10% bronkitis
disebabkan oleh bakteri patogen. Bakteri yang sering
menyebabkan bronkitis akut adalah Bordetella pertussis,
Mycoplasma pneumonia, dan Chlamydia pneumoniae.[3,4]
FAKTOR RESIKO
• Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kejadian maupun tingkat
keparahan bronkitis akut, yaitu:
• Merokok atau Menghirup Asap Rokok
• Pasien yang merokok secara aktif maupun perokok pasif memiliki faktor risiko yang
lebih tinggi mengalami bronkitis. Hal ini disebabkan oleh karena asap rokok
merupakan iritan kuat yang dapat mengganggu bahkan merusak sel mukosiliari dan
produksi mukus yang berlebihan. Pasien yang merokok merupakan penyebab
utama terjadinya bronkitis kronik dan ekstraserbasi akut pada bronkitis kronik.
• Alergi
• Terdapat hubungan antara riwayat alergi dengan kejadian bronkitis. Beberapa studi
mendapatkan bahwa pasien yang memiliki riwayat alergi, misalnya alergi makanan,
dermatitis atopi, rhinitis alergi, atau asthma, memiliki kemungkinan yang lebih tinggi
mengalami infeksi saluran napas, termasuk bronkitis. [6]
• Usia
• Orang dengan lanjut usia atau > 60 tahun, anak di bawah 5 tahun lebih rentan
mengalami bronkitis akut karena sistem kekebalan tubuh yang melemah.[4]
• Paparan Bahan Kimia Saat Bekerja
• Risiko bronkitis akut juga akan meningkat pada orang yang bekerja pada area yang
tercemar polusi, seperti pabrik tekstil, biji-bijian, terpapar oleh uap zat kimia.
PATOFISIOLOGI
• Disfungsi membran mukosiliar dan hipersekresi mukus pada bronkus
merupakan patofisiologi bronkitis akut yang menyebabkan timbulnya batuk
produktif.
• Bronkitis akut merupakan inflamasi pada daerah bronkus yang ditandai dengan
adanya batuk dan biasanya terjadi setelah infeksi saluran pernapasan atas.
Beberapa pasien yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas, infeksi dan
inflamasi dapat menjalar sampai ke trakea, bronkus, dan bronkiolus. Sel-sel dari
jaringan bronkial akan teriritasi dan membran mukosa menjadi hiperemis dan
edema. Hal ini menyebabkan fungsi mukosiliar akan terganggu. Akibatnya,
saluran udara menjadi tersumbat oleh debris dan iritasi akan semakin
memberat. Tubuh akan merespon dengan melakukan sekresi mukus yang
berlebih (hipersekresi mukus). Adanya refleks batuk membantu eliminasi mukus
dari saluran napas.[1,2,3]
• Pada beberapa hari pertama infeksi, keluhan bronkitis akut biasanya akan
serupa dengan infeksi saluran pernapasan atas. Namun, pada bronkitis akut
batuk akan menetap lebih dari 5 hari. Pada pasien yang sehat, infeksi virus
akan tereliminasi dan membran mukosa akan kembali normal pada 7-10 hari.
Namun, pada kasus infeksi bakteri biasanya inflamasi akan menetap sebelum
diberikan pengobatan definitif.
TANDA dan GEJALA

• Gejala bronkitis adalah batuk, yang dapat disertai sesak


napas dan sakit tenggorokan. Pada kasus yang parah, batuk
dapat menyebabkan nyeri dada bahkan penurunan
kesadaran. Bronkitis disebabkan oleh infeksi virus, dan lebih
rentan menyerang perokok dan orang dengan sistem
kekebalan tubuh lemah. Salah satu kelompok yang rentan
terkena bronkitis adalah anak-anak.
• Sesak napas.
• Sakit tenggorokan.
• Demam dan menggigil akibat infeksi.
• Sakit kepala.
• Lemas dan lelah.
• Hidung tersumbat.
• Radang.
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan bronkitis akut secara umum berupa terapi
suportif yang berfokus untuk mengontrol batuk. Hal ini
disebabkan karena 90% penyebab penyakit adalah virus.

• Karena pada dasarnya bronkitis adalah penyakit infeksi


virus, maka kekebalan tubuh adalah senjata utama untuk
melawannya. Peningkatan kekebalan tubuh bisa dicapai
dengan pola hidup sehat, seperti makan makanan bergizi
dengan jumlah yang seimbang, banyak minum air, serta
berhenti merokok dan menghindari asap rokok berikut
dengan sumber polusi lainnya
KAJIAN KEPERAWATAN
• a.       Demografi
• b.      Keluhan utama
• c.       Riwayat penyakit sekarang
• d.      Riwayat penyakit dahulu
• e.       Riwayat penyakit keluarga
• g.      Pola nutrisi dan metabolic
• h.      Pola eliminasi
• i.        Pola aktivitas dan latihan
• j.        Pola istirahat dan tidur
• k.      Pola persepsi sensori dan kognitif
• l.        Pola hubungan dengan orang lain
DIAGNOSA KEPERAWATAN
•  a.   Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan inflamasi
pada bronchus, peningkatan produksi sputum, pembentukan edema.
• b.      Pola napas tidak efektif berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli
• c.       Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan
kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan penerimaan oksigen.
• d.      Gangguan pola istirahat tidur berhubungan dengan sesak
napas dan batuk serta stimulus lingkungan
• e.       Intoleransi aktivitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen
untuk aktivitas dan keletihan
• f.        Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan anorexia sekunder akibat dyspnea,
kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, mual/muntah.
EMFISEMA

• Emfisema adalah salah satu penyakit progresif jangka panjang


yang menyerang paru-paru dan umumnya menyebabkan
napas seseorang menjadi pendek. Jaringan paru-paru, yang
berperan pada bentuk fisik paru-paru dan fungsi pernapasan,
pada pengidap emfisema sudah mengalami kerusakan.
• Emfisema termasuk dalam kelompok penyakit paru obstruktif
kronis (PPOK) karena kerusakan jaringan paru-paru di sekitar
saluran udara yang lebih kecil, yaitu bronkiolus. Kerusakan ini
membuat bentuk fisik paru-paru tidak normal saat
menghembuskan napas keluar. Bentuk abnormal ini akan
mengganggu pertukaran udara kotor dan udara bersih,
sehingga oksigen yang masuk dan karbondioksida yang keluar
dari aliran darah di paru-paru tidak maksimal.
ETIOLOGI
• Penyebab utama terjadinya emfisema adalah paparan zat di
udara yang mengiritasi paru-paru dalam jangka waktu
panjang. Zat yang mengakibatkan iritasi tersebut dapat
berupa:
• Asap rokok. Emfisema banyak dialami perokok, baik aktif
maupun pasif, yang terpapar asap rokok dalam waktu lama.
• Polusi udara.
• Asap atau debu bahan kimia.
• Selain paparan zat yang mengakibatkan iritasi, emfisema juga
dapat terjadi karena kelainan genetik. Contohnya adalah
defisiensi alpha-1-antitrypsin, di mana terjadi
• kekurangan suatu protein yang berfungsi melindungi struktur
elastis pada paru-paru dalam tubuh. Namun demikian, kondisi
ini jarang terjadi.
FAKTOR RESIKO

• Selain asap rokok, ada beberapa faktor yang


meningkatkan risiko enfisema yaitu:
• Polusi udara, yang memberikan efek mirip seperti asap
rokok pada paru-paru.
• Kekurangan zat Alpha-1-antitrypsin, protein yang
berfungsi melindungi struktur elastis pada paru-paru.
• Usia. Jaringan paru-paru pada orang-orang lansia akan
lebih rentan rusak, sehingga bisa menyebabkan
emfisema.
PATOFISIOLOGI
Karena dinding alveoli terus mengalami kerusakan, area
permukaan alveolar yang
kontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu
berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi
(area paru dimana tidak ada pertukaran gas yang dapat
terjadi) dan mengakibatkan kerusakan difusi oksigen
sehingga mengakibatkan hipoksemia. Pada tahap akhir
penyakit, eliminasi karbon dioksida mengalami kerusakan,
mengakibatkan peningkatan tekanan karbon dioksida
dalam darah arteri dan menyebabkan asidosis respiratoris.
Sekresi meningkat dan tertahan menyebabakan individu
tidak mampu untuk membangkitkan batuk yang kuat untuk
mengeluarkan sekresi. Infeksi akut dan kronis dengan
demikian menetap dalam paru-paru yang mengalami
emfisema.
TANDA dan GEJALA

• Kemampuan untuk berolahraga dan menjalani


aktivitas rutin menurun secara bertahap.
• Napas pendek, sehingga tidak bisa menaiki
tangga.
• Bibir dan kuku menjadi biru atau abu-abu.
• Menjadi kurang awas secara mental.
PENATALAKSANAAN

• Pemeriksaan diagnostik
• a.Rontgen dada
• Menunjukkan hiperinflasi, pendataran diafragama,
pelebaran margin intercosta, dan jantung normal.
• b. Spirometri
• Pemeriksaan fungsi pulmonary, biasanya menunjukkan
peningkatan kapasitas paru total dan volume residual,
penurunan dalam kapsitas vital dan volume ekspirasi kuat
• c.Pemeriksaan gas-gas darah arteri
• Dapat menunjukkan hipoksia ringan dengan hiperkapnia.
KAJIAN KEPERAWATAN
• 1)                  Identitas Klien
• Nama                                       : Tuan A
• TTL                                         : 17/11/1970
• Jenis Kelamin                          : Laki-laki
• Umur                                       : 40 tahun
• Pekerjaan                                 : Buruh bangunan
• Nama Ayah/ Ibu                      : Tn. M (Alm) / Ny.M
• Pekerjaan Istri                          : Ibu rumah tangga
• Alamat                                                 : Jl. Kedinding 78, Surabaya
• Agama                                                 : Islam
• Suku bangsa                            : Jawa
• Pendidikan terakhir                  : SD
• Pendidikan terakhir Istri           : SD
• Diagnosa                                  : Emfisema
• 2. Riwayat Sakit dan Kesehatan
• Keluhan Utama : sesak napas.
• Riwayat Penyakit Sekarang :
• Tuan A tinggal bersama istri dan dua anaknya. Tuan A mengeluh sesak napas, batuk, dan nyeri
di daerah dada sebelah kanan pada saat bernafas. Banyak sekret keluar ketika batuk, berwarna
kuning kental. Tuan A tampak kebiruan pada daerah bibir dan dasar kuku. Tuan A merasakan
sedikit nyeri pada dada. Tuan A cepat merasa lelah saat melakukan aktivitas.
• Riwayat Penyakit dahulu : 
• Tuan A selama 3 tahun terakhir mengalami batuk produktif dan pernah menderita pneumonia
• Riwayat Keluarga :
• Tidak Ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama atau berhubungan dengan
klien saat ini.
• Pengkajian Psikologi dan Spiritual
• Klien kooperatif, tetap  rajin beribadah dan memohon agar penyakitnya bisa disembuhkan.
• 3)      Pemeriksaan Fisik
• Tanda-Tanda Vital : 
• S           : 37,40C
• N           :102 x/mnt
• TD        :130/80 mmHg
• RR        : 30 x/mnt
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Tes pencitraan. Contohnya adalah foto Rontgen dada untuk
mengidentifikasi adanya perubahan pada paru-paru yang
menandakan emfisema. Foto Rontgen biasanya akan
dipadukan dengan CT scan guna menghasilkan gambar yang
lebih detail untuk memastikan emfisema.
• Tes darah. Tes ini berfungsi untuk melihat memeriksa jumlah
oksigen dan karbondioksida dalam aliran darah atau
dinamakan analisia gas darah.
• Tes fungsi paru. Dalam tes fungsi paru atau yang disebut juga
spirometri, pasien akan diminta mengembuskan udara ke alat
khusus untuk mengukur jumlah udara yang keluar.
• Elektrokardiografi, untuk melihat fungsi jantung dalam rangka
meneliti penyebab dari gejala yang ditimbulkan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai