Anda di halaman 1dari 41

KEUANGAN KECAMATAN / KELURAHAN

DALAM PERENCANAAN DAN PENYUSUNAN


ANGGARAN BERBASIS KINERJA
semua hak dan kewajiban daerah dalam
KEUANGAN rangka penyelenggaraan pemerintahan
DAEARAH daerah yang dapat dinilai dengan uang

AZAZ UMUM APBD


1.Disusun sesuai kebutuhan dan
penyelenggaraan pemerintah daerah
berdasarkan kewenangan daerah
2.Berpedoman pada RKPD dalam rangka APBD
Mewujudkan Pelayanan Kepada Masyarakat.
3.Mempunyai fungsi Otorisasi, perencanaan,
pengawasan, alokasi, distribusi, dan
stabilisasi
4.Dikelola secara tertip, taat, efesien,
ekonomis, efektif, transparan dan Pasal 18 ayat (2) PP 58/2005 “Setiap
bertanggungjawab. Pengeluaran Harus Ada Dasar Hukum
5.Ditetapkan dengan PERDA Yang Melandasinya”
Prinsip ”Money Follows Program”
Pendanaan atas fungsi-fungsi pemerintahan dilakukan berdasarkan
pembagian urusan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah dengan fokus
kepada program prioritas

Urusan pemerintahan yang menjadi sinkron Urusan pemerintahan yang menjadi


kewenangan pusat kewenangan daerah

didanai dari didanai dari

APBN APBD
Pasal 282 (2) UU 23/2014 Pasal 282 (1) UU 23/2014
Termasuk kegiatan dekonsentrasi dan tugas
pembantuan
3
SINKRONISASI KEBIJAKAN PUSAT DAN KEBIJAKAN DAERAH

RPJMD RPJM

5 tahun 5 tahun
Renstra
SKPD
5 tahun
1 tahun 1 tahun

Renja
RKPD RKP
SKPD
1 tahun 1 tahun

Dibahas bersama
DPRD
KUA PPAS

NOTA KESEPAKATAN PIMPINAN DPRD DGN KDH

PEDOMAN
RKA-SKPD PENYUSUNAN
RKA-SKPD

TAPD

RAPERDA
1 tahun
APBD
Sinkronisasi Kebijakan Pemerintah Daerah dan Pemerintah

PENYUSUNAN RANC. KUA


R. APBD TA 2019
& PPAS

KUA dan PPAS


Provinsi Tahun
RKPD PROV RKP
2019 TA 2019 TA 2019

KUA dan PPAS RKP & RKPD


Kab/Kota Tahun
RKPD Kab/Kota
Prov
2019 TA 2019 TA 2019
KONSISTENSI PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN
Perencanaan Penganggaran
20 tahun 5 tahun
1 tahun
KUA
RPJPD RPJMD RKPD R-APBD APBD
PPAS

Renstra Renja
RKA-SKPD
PD PD DPA-SKPD

KONSISTENSI

KECUALI

DARURAT/MENDESAK

“Apa yang direncanakan dibuat anggarannya dan


apa yang dianggarkan telah (ada) dasar perencanaannya” 6
PRINSIP PENYUSUNAN APBD
APBD disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan
pemerintahan daerah;
APBD harus disusun secara tepat waktu sesuai tahapan dan jadwal;
Penyusunan APBD dilakukan secara transparan, dimana memudahkan
masyarakat untuk mengetahui dan mendapatkan akses informasi
seluas-Iuasnya tentang APBD;
Penyusunan APBD harus melibatkan partisipasi masyarakat;
APBD harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan serta
manfaat bagi masyarakat;
Substansi APBD tidak boleh bertentangan dengan kepentingan umum,
peraturan yang lebih tinggi dan peraturan daerah lainnya.
PENYUSUNAN RKPD Akhir Juni

PENYAMPAIAN KUA & PPAS


Mgg I juli
OLEH TAPD KPD KDH

PENYAMPAIAN KUA &PPAS Mgg II Juni


KPD DPRD

KESEPAKATAN KUA & PPAS Mgg I Agustus

TAHAPAN SE KDH & PENYSN & PEMBHSN


Mgg II Agustus
PROSES RKA-SKPD, RKA-PPKD, &
RAPBD
PENYUSUNAN Mgg I September
PENYAMP RAPBD KPD DPRD
APBD
PERSETUJUAN BERSAMA 31 Nopember
DPRD & KDH

EVALUASI RAPBD 15 hari kerja

PENETAPAN PERDA APBD Akhir Desember


STRUKTUR APBD APBD

PENDAPATAN BELANJA PEMBIAYAAN

PAD Belanja Tdk Langsung Penerimaan Pembiayaan


Pajak Daerah B. Pegawai SiLPA
Retribusi Daerah B. Bunga Pencairan d. cadangan
Hsl Pengelolaan Keyaan yg Penj yang dipisahkan
B. Subsidi
Dipisahkan
B. Hibah Penerimaan pinjaman
Lain –lain PAD yg Sah
 B. Bantuan Sosial  Penerimaan kembali pemberian
DANA PERIMBANGAN
pinjaman
DBH B. Bagi Hasil
Penerimaan piutang
DAU B. Bantuan Keuangan
Penerimaan Pembiayaan
DAK B. Tidak Terduga
 Pembentukan dana cadangan
LAIN 2 PD YG SAH Belanja Langsung
Hibah
B. Pegawai  Penyertaan modal
Bantuan Keuangan
B. Barang & Jasa Pembayaran hutang
Dana Darurat
B. Modal Pemberian pinjaman
Dana Penyesuain
BELANJA DAERAH
ARAH DAN KEBIJAKAN BELANJA DAERAH

 Pencapaian prioritas pembangunan nasional melalui sinkronisasi kebijakan antara


pemerintah dan pemerintah daerah, sesuai potensi dan kondisi masing-masing daerah.
 Belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan yg menjadi kewenangan
daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan pemerintahan pilihan.
 Penggunaan APBD harus lebih fokus terhadap kegiatan yang berorientasi produktif dan
memiliki manfaat untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, pelayanan publik
dan pertumbuhan ekonomi daerah.
 Pemda Menetapkan target capaian kinerja setiap belanja daerah, baik dalam konteks
daerah, SKPD, maupun program dan kegiatan, yang bertujuan untuk meningkatkan
akuntabilitas perencanaan anggaran dan memperjelas efektifitas dan efisiensi penggunaan
anggaran.
 Program dan kegiatan harus memberikan informasi yang jelas dan terukur serta kualitas
memiliki korelasi langsung dengan keluaran yang diharapkan dari program dan kegiatan
dimaksud ditinjau dari aspek indikator, tolak ukur dan target kinerjanya.
11
Belanja Tidak Langsung

12
BELANJA TIDAK LANGSUNG
BELANJA PEGAWAI

Gaji Pokok dan Tunjangan PNSD sesuai peraturan Penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi Kepala
perundang-undangan Daerah/Wakil Kepala Daerah, Pimpinan dan Anggota
DPRD serta PNSD, terkait hal tersebut,
pengembangan cakupan di luar yang disediakan oleh
Pengangkatan Calon PNSD sesuai formasi BPJS, tidak diperkenankan
Tahun 2015
JKK dan JKM bagi Kepala Daerah/Wakil Kepala
Kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat, Daerah, Pimpinan dan Anggota DPRD serta PNSD
dibebankan pada APBD
tunjangan keluarga dan mutasi pegawai
memperhitungkan acress yang besarnya Tambahan PNSD harus memperhatikan
maksimum 2,5% dari jumlah belanja kemampuan keuangan daerah dengan
pegawai untuk gaji pokok dan tunjangan persetujuan DPRD
Tunjangan profesi guru PNSD dan dana
tambahan penghasilan guru PNSD yang
Insentif pajak dan retribusi daerah bersumber dari APBN
BELANJA BANTUAN KEUANGAN

UMUM
Pemerintah

penganggaaran
Daerah Lainnya
KHUSUS

Bantuan keuangan kepada partai politik harus dialokasikan


Partai politik dalam APBD Tahun Anggaran 2019, berpedoman kepada PP no
5/2009 terakhor dirubah PP 1/2018 tentang bantuan keuangan
partai politik.

Pemerintah Untuk menganggarkan olokasi dana desa yang diterima dari


APBN dan ADD 10% dari dana perimangan diterima Kab/Kota
desa setelah dikurangi DAK.
Lanjutan ….

BELANJA TIDAK TERDUGA

Penganggaran belanja tidak BTT merupakan belanja untuk


terduga dilakukan secara rasional mendanai kegiatan yang sifatnya tidak
dengan mempertimbangkan biasa atau tidak diharapkan terjadi
realisasi TA 2018 dan berulang, seperti kebutuhan tanggap
kemungkinan adanya kegiatan- darurat bencana, penanggulangan
bencana alam dan bencana sosial, yang
kegiatan yang sifatnya tidak tidak tertampung dalam bentuk
dapat diprediksi sebelumnya, program dan kegiatan pada TA 2019,
diluar kendali dan pengaruh termasuk pengembalian atas kelebihan
pemerintah daerah penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya.
BELANJA LANGSUNG

1
Penganggaran

Honorarium bagi PNSD dan non PNSD memperhatikan asas kepatutan, kewajaran
dan rasionalitas dalam pencapaian sasaran program dan kegiatan sesuai dengan
kebutuhan dan waktu pelaksanaan kegiatan dalam rangka mencapai target kinerja
kegiatan dimaksud

Keberadaan PNSD dan non PNSD dalam kegiatan benar-benar memiliki


peranan dan kontribusi nyata terhadap efektifitas pelaksanaan kegiatan

Memperhatikan pemberian tambahan penghasilan bagi PNSD dan


pemberian insentif pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah

Tidak diperkenankan diuraikan hanya ke dalam jenis belanja


pegawai
Pemberian jasa narasumber/tenaga ahli dalam kegiatan yang besarannya ditetapkan dengan keputusan
O kepala daerah.

Penganggaran uang untuk diberikan kepada pihak ketiga/masyarakat hanya diperkenankan dalam rangka
O pemberian hadiah pada kegiatan yang bersifat perlombaan atau penghargaan atas suatu prestasi. Alokasi
belanja tersebut dianggarkan pada jenis Belanja Barang dan Jasa sesuai kode rekening berkenaan

Penganggaran belanja barang pakai habis disesuaikan dengan kebutuhan nyata yang didasarkan atas
O pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD, jumlah pegawai dan volume pekerjaan serta memperhitungkan estimasi
sisa persediaan barang Tahun Anggaran 2014.
Penganggaran penyelenggaraan jaminan kesehatan bagi fakir miskin dan orang tidak mampu sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011, yang tidak menjadi cakupan
O penyelenggaraan jaminan kesehatan melalui BPJS yang bersumber dari APBN, pemerintah daerah dapat
menganggarkannya dalam bentuk program dan kegiatan pada SKPD yang menangani urusan kesehatan pemberi
pelayanan kesehatan.

Pelayanan diluar BPJS bagi kepala daerah/wakil kepala daerah berupa medical check up sebanyak 1 kali
O setahun termasuk keluarga dan kepada pimpinan dan anggota DPRD sebanyak 1 kali setahun, tidak termasuk
keuarga.
Lanjutan...

Perjalanan Dinas:
penganggaran belanja perjalanan dinas harus memperhatikan aspek pertanggungjawaban
sesuai biaya riil (at cost) atau lumpsum, yaitu:
• Sewa kendaraan
• Biaya transportasi biaya riil (at cost)
• Biaya penginapan
• Uang harian
• Uang representasi
lumpsum
.
Standar satuan harga Ditetapkan oleh kepala daerah

Penyediaan anggaran untuk perjalanan dinas yang mengikutsertakan non PNSD


diperhitungkan dalam belanja perjalanan dinas. Tata cara penganggaran perjalanan
dinas dimaksud mengacu pada ketentuan perjalanan dinas yang ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah.
Pemerintah daerah harus memprioritaskan Penganggaran belanja modal digunakan untuk
alokasi belanja modal pada APBD Tahun pengeluaran yang dilakukan dalam rangka
Anggaran 2019 untuk pembangunan dan pengadaan aset tetap berwujud yang
pengembangan sarana dan prasarana yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua
terkait dengan peningkatan pelayanan belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan
pemerintahan. Nilai aset tetap berwujud yang
kepada masyarakat.
dianggarkan dalam belanja modal sebesar
harga beli/bangun aset ditambah seluruh
Penganggaran pengadaan tanah untuk kepentingan belanja yang terkait dengan
umum mempedomani Peraturan Presiden Nomor pengadaan/pembangunan aset sampai aset
71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan tersebut siap digunakan, sesuai maksud Pasal
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk 53 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan Menteri
Kepentingan Umum, sebagaimana telah diubah Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006,
dengan Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2014 sebagaimana diubah beberapa kali terakhir
tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri
71 Tahun 2012, dan Peraturan Menteri Dalam Nomor 21 Tahun 2011
Negeri Nomor 72 Tahun 2012
SURPLUS DEFISIT

Dalam hal APBD diperkirakan surplus, penggunaan


surplus tersebut diutamakan untuk pembayaran
Dalam hal APBD diperkirakan defisit,
pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemerintah daerah menetapkan
pemberian pinjaman kepada pemerintah penerimaan pembiayaan untuk menutup
pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan defisit tersebut, yang bersumber dari sisa
belanja peningkatan jaminan sosial. Pendanaan lebih perhitungan anggaran tahun anggaran
belanja peningkatan jaminan sosial tersebut sebelumnya, pencairan dana cadangan,
diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan hasil penjualan kekayaan daerah yang
pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan pada dipisahkan, penerimaan pinjaman,
SKPD yang secara fungsional terkait dengan
dan/atau penerimaan kembali pemberian
tugasnya melaksanakan program dan kegiatan
tersebut.
pinjaman atau penerimaan piutang

Pemerintah Daerah wajib mempedomani penetapan batas maksimal defisit APBD Tahun Anggaran 2015
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dan melaporkan posisi surplus/defisit APBD kepada Menteri
Dalam Negeri dan Menteri Keuangan setiap semester Tahun Anggaran 2019. Pelanggaran terhadap
ketentuan dimaksud, dapat dilakukan penundaan atas penyaluran dana perimbangan
PEMBIAYAAN DAERAH

22
Penganggaran

SiLPA harus cermat dan rasional dg mempertimbangkan perkiraan realisasi TA 2018


1 dalam rangka menghindari kemungkinan adanya pengeluaran pada TA 2019 yg tidak
dapat didanai akibat tidak tercapainya SiLPA yang direncanakan.
SiLPA harus diuraikan pada obyek dan rincian obyek sumber SiLPA TA 2018
Dalam menetapkan anggaran penerimaan pembiayaan yang bersumber dari pencairan
dana cadangan, waktu pencairan dan besarannya sesuai peraturan daerah tentang 2
pembentukan dana cadangan
Pemerintah Daerah harus segera melakukan penagihan dana bergulir yang belum dapat
3 diterima akibat tidak dapat tertagih atau yang diragukan tertagih sesuai peraturan
perundang-undangan.
Pinjaman daerah harus dianggarkan terlebih dahulu dalam rancangan peraturan daerah 4
tentang APBD tahun anggaran berkenaan
PENGELUARAN PEMBIAYAAN

1 Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, pemerintah daerah dapat menganggarkan investasi jangka panjang non
permanen dalam bentuk dana bergulir

Penyaluran

DAPAT BERKERJASAMA

1. BUMD Lembaga Keuangan Bank (LKB)


2. Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) atau Lembaga
Keuangan lainnya.

2
Penasehat Investasi
Investasi Kepala Analisis
Independen dan
Daerah Daerah Investasi
profesional
Lanjutan ....

BUMN

BUMD
3 Penyertaan Modal Perda Penyertaan Modal
Badan Usaha Lain

memenuhi kepemilikan
Pemda Pemegang Saham
5 saham menjadi 51% atau
Pengendali
lebih

Memperkuat Stuktur
BUMD
Permodalan

6 Menambah
penyaluran KUR kpd UMKM
Modal
Persyaratan BI & unt memenuhi BUMD
CAR sektor Perbankan
Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja

Anggaran berbasis kinerja adalah


• anggaran yang menghubungkan anggaran negara (pengeluaran negara)
dengan hasil yang diinginkan (output dan outcome) sehingga setiap rupiah
yang dikeluarkan dapat dipertanggungjawabkan kemanfaatannya.

• Performance based budgeting dirancang untuk menciptakan efisiensi,


efektivitas dan akuntabilitas dalam pemanfaatan anggaran belanja publik
dengan output dan outcome yang jelas sehingga semua anggaran yang
dikeluarkan dapat dipertangungjawabkan secara transparan kepada
masyarakat luas.

27
27
Sebelum ini kita menerapkan sistem penganggaran yang
bersifat line-item (tradisional) yaitu suatu sistem penganggaran
yang disusun dengan penekanan terhadap pengendalian atas
pengeluaran.

Penggantinya penganggaran berbasis kinerja, bertujuan untuk


meningkatkan kualitas pelayanan publik dan memperkuat
dampak dari peningkatan pelayanan kepada publik
Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis, yang meliputi seluruh kegiatan
lembaga, yang dinyatakan dalam unit moneter dan berlaku untuk jangka waktu yang akan datang
(Suharyanto, 2005).

Era Global adalah suatu era yang menggambarkan hubungan/interaksi antar negara bangsa tidak
ada batas lagi secara nasional.

Era Otonomi adalah : suatu era yang menggambarkan telah terjadi distribusi kewenangan dari
pusat ke daerah, untuk mengurus, mengelola daerahnya sendiri berdasarkan UU.
Anggaran Berbasis Kinerja adalah penyusunan penganggaran yang didasarkan atas perencanaan
kinerja, yang terdiri dari program dan kegiatan yang akan dilaksanakan dan indikator kinerja
yang ingin dicapai oleh suatu entitas anggaran (Indrawati, 2007)

Anggaran Yang Berorientasi Pada Kinerja adalah suatu sistem penganggaran yang berorientasi
output organisasi dan berkaitan sangat erat terhadap visi-misi dan rencana strategis
organisasi

Anggaran kinerja mengalokasikan sumberdaya pada program bukan pada unit organisasi semata
dan memakai ukuran output sebagai indikator kinerja organisasi
PENGANGGARAN BERBASIS KINERJA
adalah penyusunan anggaran dengan memperhatikan keterkaitan
antara pendanaan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk
efisiensi dalam pencapaian hasil dan keluaran tersebut”.
(mengacu pada Pasal 7 ayat (1) PP No.21/2004)

Dalam penganggaran berbasis kinerja diperlukan indikator kinerja,


standar biaya, dan evaluasi kinerja dari setiap program dan jenis
kegiatan”
(mengacu pada Pasal 7 ayat (2) PP No.21/2004)

31
31
Keuntungan Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja
1. Anggaran Berbasis Kinerja memungkinkan pengalokasian sumber daya yang
terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas pemerintah sehingga tujuan
pemerintah dapat tercapai dengan efisien dan efektif.
2. pelaksanaan kegiatan pemerintah yang transparan. Dengan anggaran yang jelas,
dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara pengeluaran
dan output yang hendak dicapai maka akan tercipta transparansi
3. Anggaran memungkinkan untuk peningkatan efisiensi administrasi. Dengan
adanya fokus anggaran pada output dan outcome maka diharapkan tercipta
efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaan pekerjaan

32
Prinsip-prinsip Pengelolaan Anggaran Berbasis Kinerja Yang Baik

Suatu Sistem Pengelolaan Anggaran yang baik harus mencakup prinsip-prinsip seperti di bawah ini :
• Realistis , artinya perencanaan anggaran dilakukan dengan memperhitungkan kebutuhan yang sesungguhnya (real)
sehingga pada waktu pelaksanaan tidak jauh menyimpang dari rencana;
• Transparan, terbuka bagi masyarakat baik dalam penerimaan maupun pengeluaran. Hal ini memperkecil
kemungkinan kesempatan penyalahgunaan anggaran;
• Sesuai dengan otorisasi, artinya dana publik dibelanjakan sesuai dengan otorisasi yang telah ditetapkan ;
• Laporan yang benar dan baik; artinya laporan pengeluaran sesuai dengan pengeluaran aktual atau sesungguhnya,
dilaporkan tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan.
• Adanya pengawasan dan audit , artinya pengawasan dan audit baik oleh pihak luar (eksternal) maupun internal
dilaksanakan dengan benar dan dapat diandalkan;
• Kepastian tersedianya dana; artinya unit pengguna anggaran harus mempunyai kepastian mengenai ketersediaan
dananya.
• Taat peraturan; artinya ada suatu budaya pengelolaan keuangan yang mampu meningkatkan ketaatan terhadap
peraturan.
• Adanya output dan outcome yang harus dicapai baik dalam jangka waktu satu tahun (mengacu pada RKA_KL)maupun
lima tahun (sesuai dengan Rencana Strategis)
• Adanya ukuran atas output dan outcome yang menunjukkan kinerja
Elemen-Elemen Penganggaran Berbasis Kinerja

1. Visi dan Misi yang hendak dicapai


2. Tujuan
3. Sasaran
4. Program
5. Kegiatan.

34
34
PENJABARAN VISI MISI MENJADI SUB KEGIATAN
RENCANA KERJA
VISI

MISI

TUJUAN

KEBIJAKAN

PROGRAM

KEGIATAN

SUB KEGIATAN
INDIKATOR KINERJA :
1. Inputs:
Segala sesuatu yg dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dapat berjalan untuk menghasilkan keluaran
2. Proses:
sesuatu yg menunjukkan cara/nuansa pencapaian sasaran dan tujuan, atau hasil yg akan diperoleh dlm
waktu harian, mingguan,bulanan.
3. Outputs:
sesuatu yg diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan yg dpt berupa fisik & atau non fisik
4. Outcomes:
segala sesuatu yg mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah (efek
langsung)
5. Benefit:
sesuatu yg terkait dg tujuan akhir dari pelaksanaan kegiatan
6. Impact:
pengaruh yg ditimbulkan baik positif maupun negatif pada setiap tingkatan indikator berdasarkan
asumsi yg telah ditetapkan

36
36
Pengadaan O.Generik
INPUT /MASUKAN
Sumberdaya (anggaran/dana, sumberdaya manusia, peralatan/teknologi, material) Jumlah Dana
Yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan Rp

1.Ketaatan pd Hk
PROSES /Aturan
Upaya yang dilakukan dalam rangka mengolah masukan menjadi keluaran 2.Rata-rata Waktu
Pengadaan

OUTPUT/KELUARAN
Sesuatu yang diharapkan langsung dicapai dari suatu kegiatan baik berupa fisik /non Jumlah Obat Generik
Yang tersedia
fisik

OUTCOMES/HASIL
Segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya output/keluaran. Kualitas pengobatan
Hasil nyata yang diperoleh setelah adanya output/keluaran

BENEFIT/MANFAAT
Tingkat Kesembuhan
Manfaat yang diperoleh dari adanya indikator hasil

IMPACT/DAMPAK
Pengaruh yang ditimbulkan dari adanya manfaat yang diperoleh dari hasil dari suatu Tingkat Kesehatan Masy
Kegiatan. Sifatnya makro, regional 37
37 37
SIKLUS
ANGGARAN PENETAPAN SASARAN:
KINERJA PENETAPAN
OUTPUT & OUTCOME
KEGIATAN/ SUB
KEG.

PENETAPAN JENIS &


BESARAN INPUT
PENETAPAN
PROGRAM

MENGHITUNG
ANGGARAN DNG
PENGUKURAN STANDAR BIAYA
KINERJA

1 s/d 5 dimuat didalam PERTANG- PELAKSANAAN


dokumen anggaran GUNG KEGIATAN &
JAWABAN PEMBELANJAAN
38
38
5 KOMPONEN POKOK DALAM
PENGANGGARAN BERBASIS
KINERJA SATUAN KERJA MEMPUNYAI KELUARAN YANG
JELAS & TERUKUR SEBAGAI AKIBAT DARI
PELAKSANAAN KEGIATAN

SATUAN KERJA SEBAGAI


PENANGUNGJAWAB PENCAPAIAN
PERHITUNGAN ANGGARAN DIDASARKAN
KELUARAN/OUTPUT KEGIATAN/
PADA STANDAR BIAYA (BERISFAT UMUM
SUBKEGIATAN
DAN BERSIFAT KHUSUS

RANGKAIAN TINDAKAN YG DILAKSANAKAN


SATUAN KERJA SESUAI DENGAN TUGAS PEMBEBANAN ANGGARAN
POKOKNYA UNTUK MENGHASILKAN PADA JENIS BELANJA YANG
KELUARANAN YANG DITENTUKAN SESUAI
39
39
Penerapan penganggaran berbasis kinerja yang baik dapat memberikan landasan yang kuat untuk :

Menghitung biaya yang dibutuhkan, mengkaitkan biaya dengan aktivitas dan hasil-hasil yang
(a) diharapkan

Pengambilan keputusan kebijakan dan penentuan prioritas anggaran, guna menajamkan informasi
(b)
tentang aktivitas, satuan biaya, dan outcomes.

Pengendalian pengeluaran, guna memastikan keabsahan, validasi, kewajaran, keakuratan, dan


(c) kejujurand alam pengelolaan anggaran;

Pengelolaan terhadap aktivitas yang sedang berjalan, guna mengevaluasi sejauhmana keberhasilan
(d)
pelaksanaan program/ kegiatan.

Pelaporan pelaksanaan anggaran dan akuntabilitas kinerja, agar tidak hanya berfokus pada input dan
(e)
output, tetapi juga pada outcomes.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai