JR Laryngitis Kronik
JR Laryngitis Kronik
Perceptor:
dr. Nanang Suhana, Sp. THT-KL
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan THT-KL
RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung
2021
ABSTRAK
IMPORTANCE Laringitis alergi seringkali tidak terdiagnosis oleh
karena manifestasi klinis yang tumpang tindih
dengan gelaja yang muncul dari laringitis oleh
penyebab lain. Kondisi sinonasal yang
berhubungan laringitis kronis, termasuk
diantaranya yaitu laringitis alergi, belum pernah
dilaporkan menggunakan data epidemiologi
berbasis populasi.
OBJECTIVE
Untuk mengetahui hubungan antara prevalensi
laringitis kronis dengan berbagai gejala
sinonasal serta temuan endoskopi, dan untuk
mengidentifikasi faktor sinonasal apa yang
terkait dengan laringitis kronis karena alergi.
Jenis penelitian cross-sectional, berdasarkan
DESIGN, 11.283 populasi pasien yang berusia 18 tahun
SETTING, AND ke atas yang telah menjalani pemeriksaan
endoskopi laring dan nasal, menggunakan data
PARTICIPANTS dari tahun 2010 hingga 2012 dalam edisi kelima
dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi
Nasional Korea, Korea Selatan. Sampel diambil
secara stratified, multistage, clustered agar
menjadi sampel yang representatif secara
nasional. Data dianalisis pada bulan September
2017.
PAPARAN
Karakteristik sosiodemografi, status merokok,
penggunaan alkohol, kuesioner untuk
perubahan suara dan gejala sinonasal, dan
pemeriksaan endoskopi hidung sebelum dan
sesudah penyusutan mukosa hidung.
MAIN Laringitis kronis yang didiagnosis dengan
OUTCOMES pemeriksaan laringoskopi, dan laringitis alergi
yang ditentukan oleh tes serum imunoglobulin E
AND spesifik.
MEASURES
HASIL
Dari 11.283 pasien yang dimasukkan dalam penelitian ini, usia rata-rata adalah 50.1 tahun, dan
6365 (56,4%) adalah perempuan. Secara total, 343 pasien didiagnosis dengan laringitis kronis
melalui hasil pemeriksaan laringoskopi.
Laringitis kronis dikaitkan dengan tingkat gejala rinitis yang lebih tinggi (rasio odds [OR], 1,54;
95% CI, 1,21-1,96), nasal drip anterior / posterior (OR, 2,03; 95% CI, 1,38-2,98), hidung
tersumbat (OR, 1,49; 95% CI, 0,99-2,25), temuan endoskopi mukosa pucat (OR, 1,74; 95% CI,
1,33-2,28), lendir mucous (OR, 1,53; 95% CI, 1,08-2,18) , dan lendir di meatus (OR, 1,85; 95% CI,
1,19-2,88), terutama pada pasien perempuan dan pasien dengan usia > 50 tahun.
Analisis sub-kelompok mengungkapkan bahwa kelompok laringitis alergi memiliki gejala rhinitis
yang lebih tinggi daripada kelompok laringitis non alergi di antara pasien dengan usia < 50 tahun
(perbedaan risiko, 47%; 95% CI, 4% -78%).
HASIL
Dari 11.283 pasien yang dimasukkan dalam penelitian ini, usia rata-rata adalah 50.1 tahun, dan
6365 (56,4%) adalah perempuan. Secara total, 343 pasien didiagnosis dengan laringitis kronis
melalui hasil pemeriksaan laringoskopi.
Laringitis kronis dikaitkan dengan tingkat gejala rinitis yang lebih tinggi (rasio odds [OR], 1,54;
95% CI, 1,21-1,96), nasal drip anterior / posterior (OR, 2,03; 95% CI, 1,38-2,98), hidung
tersumbat (OR, 1,49; 95% CI, 0,99-2,25), temuan endoskopi mukosa pucat (OR, 1,74; 95% CI,
1,33-2,28), lendir mucous (OR, 1,53; 95% CI, 1,08-2,18) , dan lendir di meatus (OR, 1,85; 95% CI,
1,19-2,88), terutama pada pasien perempuan dan pasien dengan usia > 50 tahun.
Analisis sub-kelompok mengungkapkan bahwa kelompok laringitis alergi memiliki gejala rhinitis
yang lebih tinggi daripada kelompok laringitis non alergi di antara pasien dengan usia < 50 tahun
(perbedaan risiko, 47%; 95% CI, 4% -78%).
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Laringitis kronis adalah suatu kondisi peradangan laring dengan insidensi mencapai 21%. Gejala laringitis
kronis yang paling umum meliputi disfonia, serak, batuk, nyeri tenggorokan, dan sensasi mengganjal.
Berbagai kondisi medis antara lain: refluks laringofaringeal (LPR), hygine tenggorokan yang buruk, infeksi,
atau sensitisasi alergen, dapat menyebabkan peradangan kronis pada laring. Namun, sulit untuk
membedakan antara penyebab utama karena manifestasi klinisnya serupa.
Sebuah studi retrospektif yang menggunakan 998 rekam medis pasien menunjukkan bahwa kelompok
laringitis menunjukkan odds rasio yang sama (OR) dari sensitisasi alergen dibandingkan dengan kelompok
rhinitis atau sinusitis kronis, menunjukkan pentingnya uji sensitivitas alergen untuk laringitis. Suatu
penelitian dengan menggunakan hewan coba laringitis kronis yang diinduksi alergen menunjukkan bahwa
kombinasi jelaga besi dan Dermatophagoides farina dapat menghasilkan eosinofilia dari glottis, subglotis,
dan epitel trakea.
Tujuan dari penelitian skala nasional ini adalah untuk menyelidiki hubungan antara prevalensi manifestasi
subyektif / objektif nasal dan laringitis kronis, serta untuk mengungkap kemungkinan indikator sinonasal
untuk alergi yang menyebabkan laringitis.
METODE
Survei yang digunakan untuk
Pengumpulan Data
Populasi Studi
Data dikelompokkan sesuai usia, jenis kelamin, pendapatan rumah tangga, tempat tinggal, tingkat
pendidikan, status merokok, dan konsumsi alkohol.
Tempat tinggal digolongkan ke daerah perkotaan dan pedesaan sesuai dengan alamat resmi
pasien.
Riwayat merokok dikategorikan ke dalam 2 kelompok: perokok aktif, serta riwayat merokok dan
bukan perokok.
Konsumsi alkohol dikategorikan ke dalam 2 kelompok: minum ≥ 4 kali dalam seminggu, minum ≤ 4
kali dalam seminggu dan bukan peminum.
Penilaian Variabel
Pasien dengan rinitis didasarkan sebagai mereka yang dilaporkan menderita rinorea, bersin, dan sensasi gatal pada hidung.
Deviasi septum didasarkan dengan temuan endoskopi nasal yaitu adanya deviasi asimetris septum nasal setelah penyusutan
mukosa hidung.
Diagnosis rinosinusitis kronis didasarkan pada bagian epidemiologis dari studi Eropa tentang rinosinusitis dan polip hidung.
Yaitu:
Rinosinusitis kronis didiagnosis ketika lebih dari 2 gejala diatas ditambah dengan setidaknya 1 gejala berikut:
anterior / posterior nasal drip atau munculnya gejala obstruksi, atau
polip hidung teridentifikasi melalui endoskopi.
Analisis Statistik
Partisipan dengan laringitis kronis (usia rata-rata 53,9 tahun) lebih tua 4
tahun dari kontrol (usia 49,9 tahun). Sehubungan dengan penyakit
sinonasal, kelompok laringitis kronis memiliki 7,6% prevalensi lebih besar
dari rinitis kronis dan 8,5% prevalensi lebih tinggi dari deviasi septum
hidung dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rinosinusitis kronis
memiliki prevalensi yang sama antara 2 kelompok.
Pada temuan endoskopi hidung (mukosa pucat, lendir mukous atau lendir seperti pus, deviasi septum hidung,
dan discharge pus pada meatus media, terbukti memiliki hubungan dengan laringitis kronis . Setelah
penyesuaian untuk faktor perancu (dalam model 2 dan 3), temuan endoskopi seperti mukosa pucat, lendir cair, dan
lendir bercampur pus sebelum menyusut, serta deviasi septum hidung dan dan lendir bercampur pus di meatus
tengah setelah penyusutan, menunjukkan hubungan dengan prevalensi laringitis kronis yang lebih tinggi.
Hubungan Antara Laringitis Kronis dan Gejala / Temuan pada Hidung Menurut Jenis
Kelamin dan Usia
Faktor-faktor berikut menunjukkan hubungan dengan prevalensi laringitis kronis yang lebih tinggi pada peserta
wanita dan partisipan ≥50 tahun: gejala subyektif dari rhinitis, hidung berair anterior / posterior dan hidung
tersumbat juga sebagai temuan endoskopi mukosa pucat, lendir mukosa atau puslike dan keluarnya cairan
seperti pus di meatus.
Hubungan Antara Laringitis Kronis dan Gejala / Temuan pada Hidung Menurut Jenis
Kelamin dan Usia
Pada peserta laki-laki, hanya gejala rinitis dikaitkan dengan prevalensi laringitis kronis yang lebih tinggi, dan tidak
ada faktor sinonasal yang memiliki hubungan bermakna secara klinis dengan laringitis kronis pada partisipan yang
lebih muda dari 50 tahun.
Hubungan Antara Laringitis Alergi dan Gejala / Temuan pada Hidung
Analisis lebih lanjut dari data Immuno CAP 2010 diselesaikan untuk mengevaluasi kegunaan dari koeksistensi gejala hidung atau
temuan pada pasien dengan atas indikator laringitis kronis sebagai penyebab dari laringitis alergi. Di antara 1.415 peserta yang
menjalani ImmunoCAPin2010, 47 peserta didiagnosis dengan laringitis kronis. Pada kelompok laringitis, diklasifikasikan
memiliki laringitis alergi sebanyak 17 orang, dan semua peserta dengan laringitis alergi memiliki hasil positif untuk IgE
terhadap D farinae.
Adanya gejala rhinitis, anterior / posterior nasal drip, dan temuan pada endoskopi yaitu mukosa pucat bermakna antara sub
kelompok laringitis alergi dan sub kelompok laryngitis non alergi ketika semua data peserta dianalisis. Analisis subkelompok lebih
lanjut menurut jenis kelamin dan usia peserta mengungkapkan bahwa hanya peserta yang lebih muda dari 50 tahun yang
menunjukkan hubungan positif antara adanya gejala rinitis dan laringitis alergi.
DISKUSI
Diskusi
Temuan utama dari penelitian ini adalah gejala rhinitis menunjukkan
hubungan positif dengan alergi penyebab laryngitis pada partisipan dengan
usia kurang dari 50 tahun
Penelitian yang dilakukan oleh Stein pada tahun 2013 melaporkan bahwa di
antara total 40.317 pasien, 79% dengan gangguan suara diberikan PPI pada
kunjungan pertama mereka ke klinik.
Diskusi
Studi prospektif, double-blind, placebo controlled untuk laryngeal inhalant
allergen challenge mengungkapkan bahwa tekanan ambang fonasi yang
lebih besar diperlukan setelah laryngeal inhalant allergen challenge, hal
menunjukkan hubungan utama antara paparan alergen dan gangguan
fungsi vokal.
Pada individu wanita, estrogen dapat berperan dalam koeksistensi rinitis dan
laryngitis. Peningkatan kadar estrogen memperburuk kondisi rinitis,
termasuk kondisi hidung atau gangguan pembersihan mukosiliar, serta
sekresi asam lambung, yang dapat mempengaruhi laringitis kronis.
Comparison Outcome
Perbandingan dalam penelitian ini • Hubungan berbagai faktor dengan faktor
adalah pasien dengan laringitis laryngitis kronis menonjol pada partisipan
alergi dan laringitis non-alergi wanita, juga pada mereka yang berusia 50
pada pasien dengan laringitis tahun ke atas.
kronis • Kehadiran gejala rinitis pada pasien dengan
laringitis kronis dikaitkan dengan penyebab
laringitis alergi hanya pada peserta yang
lebih muda dari 50 tahun.
ANALISIS VIA
Validity
• Abstrak dibuat menjadi satu unit dan dibagi berdasarkan strukturnya seperti
kepentingan, tujuan, desain, pengaturan dan peserta, paparan,
pengeluaran, hasil dan kesimpulan
Abstrak • Jumlah total kata dalam abstrak terdiri dari 412 kata tetapi tidak memiliki
kata kunci
• Secara keseluruhan, abstrak dalam jurnal ini menggambarkan isi jurnal
• Pemilihan sampel telah dijelaskan dalam penelitian ini dan ditampilkan juga
dalam bentuk diagram
• Ada kriteria inklusi dan eksklusi
Metodologi • Alur studi juga dijelaskan di bagian metode
Applicabality
• Penelitian ini dapat diterapkan di Rumah Sakit Abdul Moeloek
tetapi membutuhkan lebih banyak waktu karena laringitis kronis
dapat dikelola dalam perawatan kesehatan primer
THANK YOU