Anda di halaman 1dari 17

Dasar hukum & Lembaga

Pemberantasan Korupsi
Kelompok 1 :
- Afif Mulyanda
- Fransisca Dea Angela.
M
- Yulia Wenitamara
Pengertian Korupsi
Asal kata dari bahasa latin Corruptio atau Corruptus.
Dari bahasa Latin turun ke bayak bahasa Seperti Eropa,
Inggris (Corruption, Corrupt), Perancis (Corruption), dan
Belanda (Corruptie(Koruptie))
Dari bahasa belanda itulah turun ke bahasa Indonesia
menjadi Korupsi.

Arti secara Harfiah kata tersebut adalah Kebusukan,


Keburukan, Kebejatan, Ketidakjujuran, dapat disuap, Tidak
bermoral.
Menurut kamus umum bahasa indonesia Purwadarminta,
Korupsi ialah perbuatan yang buruk seperti penggelapan
uang, Penerimaan uang sogok, dsb
Di Negara Malaysia dipakai istilah resuah yang diambil dari
Bahasa Arab riswah yang sama artinya dengan korupsi.
Penyebab Korupsi

1.Kurangnya Gaji pegawai negeri dibandingkan


dengan kebutuhan yang semakin meningkat
2.Latar belakang kebudayaan atau kultur Indonesia
yang merupakan sumber atau sebab meluasnya
Korupsi
3.Manajemen yang kurang baik dan kontrol yang
kurang efektif dan efisien, yang memberikan
peluang orang untuk Korupsi
4.Modernisasi pengembangbiakan Korupsi
Pengertian Korupsi Berdasarkan
UU 30 Tahun 2002

 Pasal 1 UU 30/2002 Tentang KPK


 Tindak Pidana Korupsi adalah tindak
pidana sebagaimana yang dimaksud
dalam UU 31/1999 & UU 20/2001 tentang
Pemberantasan tindak pidana Korupsi.
Pengambilalihan Kasus Korupsi dari Penyidik Polri
dan Jaksa ke KPK
 Laporan masyarakat tidak ditindaklanjuti
Penaganan berlarut-larut
Penanganan justru untuk melindungi pelaku
Korupsi
Penanganan mengandung unsur Korupsi
Ada hambatan karena campur tangan
eksekutif, yudikatif, legislatif
Keadaan lain yang mengakibatkan
penanganan menjadi sullit

Contents Here
Sasaran Penyidikan

Melibatkan Aparat penegak hukum atau


penyelenggara negara / Pegawai
Negeri, Korporasi, Seseorang /
Kelompok Orang
Mendapat Perhatian dan meresahkan
Masyarakat
Merugikan Negara
Kewenangan Penyidik Polri, Jaksa dan
KPK terkait Penyelidikan, Penyidikan,
dan Penuntutan
Menyadap dan Merekam
Mencekal
Meminta keterangan keadaan keuangan
Memblokir Rekening
Memerintahkan kepada pimpinan tersangka
untuk memberhentikan sementara
Meminta Data kekayaan dan perpajakan
tersangka
Menghentikan transaksi keuangan
Minta bantuan Interpol
Minta bantuan Polisi atau Lembaga lain
Masa pemberantasan korupsi
(berdasarkan Aturan Per-UU an

 Masa 1945 – 1957


 Masa 1957 – 1960
 Masa 1960 – 1971
 Masa 1971 – 1999
 Masa 1999 – Sekarang
Masa 1945 – 1957
 Korupsi belum dianggap sebagai ancaman negara
yang membahayakan
 Tahun 1956 kasus korupsi mulai menguat dengan
diangkatnya kasus korupsi di media cetak oleh
Muchtar Lubis dan Rosihan Anwar, namun keduanya
malah dipenjara (1961)
 Dasar hukum yang digunakan adalah KUHP terkait
dengan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh
pejabat / Pegawai negeri (ambtenaar), yaitu pada
Bab XXVIII Buku Kedua KUHP.
Masa 1957 – 1960
Korupsi dirasakan sudah mulai menguat dalam
tubuh pemerintahan
Nasionalisasi perusahaan asing dianggap sebagai
titiik awal korupsi di Indonesia.
Dasar hukum pemberantasan korupsi dengan
menggunakan peraturan-peraturan militter, yaitu :
Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/06/1957
(tata kerja menerobos kemacetan memberantas
korupsi)
 Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/06/1957 tentang tata kerja menerobos
kemacetan memberantas korupsi;
 Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/08/1957 tentang pemilikan harta benda;
 Peraturan Penguasa Militer No. PRT/PM/11/1957 tentang penyitaan harta benda hasil
korupsi, pengusutan, penuntutan, dan pemeriksaan perbuatan korupsi;
 Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf AD No.PRT/PEPERPU/031/1958;
 
 Peraturan Penguasa Perang Pusat Kepala Staf AL No. PRT/z.1/I/7/1958

Pada masa ini pernah dibentuk Panitia Retooling Aparatur Negara (Paran), yang dipimpin
oleh A.H. Nasution dibantu oleh Prof.M.Yamin dan Roeslan Abdul Gani. Namun karena
kuatnya reaksi dari pejabat korup, Paran berakhir tragis, deadlock, dan akhirnya kepada
Kabinet Juanda.
Masa 1960 - 1971

 Dasar hukumnya dengan UU No. 24 prp Tahun 1960 tentang


pengusutan, Penuntutan, dan Pemeriksaan Tindak Pidana Korupsi.

 Menambah kerumusan tindak pidana korupsi yanng ada dalam KUHP


Lembaga-lembaga khusus untuk
memberantas Korupsi
a) Operasi Budhi (Keppres No. 275/1963)
 
b) Komando Tertinggi Retooling Aparat Revolusi
(Kontrar) dengan ketua Presiden Soekarno
dibantu Soebandrio dan Ahmad Yani.
c) Tim Pemberantas Korupsi (Keppres No.
228/1967)
 
d) Tim Komisi Empat (Keppres No. 12/1970)
 
e) Komite Anti Korupsi/KAK (1967)
 
Kegagalan UU No. 24 prp Tahun 1960
Masih ada perbuatan yang merugikan
keuangan negara tetapi tidak ada
perumusannya dalam UU sehingga tidak
dipidanakan
Pelaku korupsi hanya pegawai negeri
Sistem pembuktian yang lama dan menyulitkan
Masa 1971 - 1999
UU No. 24 Prp Tahun 1960 diganti dengan UU No. 3 Tahun
1971
Perluasan perumusan tindak pidana korupsi yang ada dalam
KUHP dan UU sebelumnya.
Perumusan tindak pidana korupsi dengan delik dan formil
Percobaan dan Permufakatan jahat dianggap sebagai delik
selesai.
Dibentuk tim OPSTIB (Inpres No. 9/1977), Tim pemberantasan
korupsi diaktifkan kembali (1982), Komisi pemeriksaan
Kekayaan Penyelenggaraan Negara/KPKPN (Keppres
127/1999)
Masa 1999 – Sekarang
Co
Menggunakan UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU nt
en
ts
No. 20 Tahun 2001 0 1
Menyempurnakan Kembali perumusan tindak Co
nt
pidana korupsi dalam UU 3/1971 (Korupsi Aktif en
ts
0 2
dan Korupsi Pasif)
Penegasan perumusan tindak pidana korupsi Co
nt
en
dengan delik formil ts
0 3
Memperluas pengertian pegawai negri
Co
Dibentuk Tim Gabungan Pemberantas Tindak nt
en
ts
Pidana Korupsi/TGTPK (PP 19/2000), KPK 0 4
(UU 30/2002)

Anda mungkin juga menyukai