Anda di halaman 1dari 14

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN

PASIEN BELL'S PALSY

Aina alfatinah (19031001)


Eva nurul dianti (19031010)
pipit yuliani (19031011)
Mellisa Aridna Putri (19031014)
Hartina (19031021)
Sari Fitri Handayani (19031027)
Rice Pertiwi Fitri (19031036)
Indah Maika Yuandri (19031038)
DEFENISI BELL'S PALSY
Bells palsy adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-
supuratif,non- neoplasmitik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin
akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus
atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat
sembuh sendiri tanpa pengobatan.

ETIOLOGI BELL'S PALSY

Penyebabnya tidak diketahui, umumnya dianggap akibat infeksi semacam


virus herpes (HSV 1 dan virus Herpes zoster). Virus tersebut dapat dormant
(tidur) selama beberapa tahun, dan akan aktif jika yang bersangkutan
terkena stres fisik ataupun psikik. Sekalipun demikian Bell's palsy tidak
menular.
KLASIFIKASI BELL'S PALSY
1. Grade I adalah fungsi fasial normal
2. Grade II disfungsi Ringan.
3. Grade III disfungsi moderat.
4. Grade IV disfungsi moderat sampai berat
5. Grade V adalah disfungsi berat.
6. Grade VI Adalah paralisis total.

PATOFISIOLOGIS BELL'S PALSY

Patofisiologinya belum jelas, tetapi salah satu teori menyebutkan terjadinya proses.
inflamasi pada nervus fasialis yang menyebabkan peningkatan diameter nervus fasialis
sehingga terjadi kompresi dari saraf tersebut pada saat melalui tulang temporal.
Perjalanan nervus fasialis keluar dari tulang temporal melalui kanalis fasialis yang
mempunyai bentuk seperti corong yang menyempit pada pintu keluar sebagai foramen
mental.
MANIFESTASI KLINIS BELL'S PALSY

1. Mati rasa di wajah, telinga, dan lidah

2. Gangguan pengecapan

3. Wajah terkulai pada bagian yang terkena

4. Ketidakmampuan untuk mengontrol gerakan pada otot


wajah

5. Kesukaran untuk menutup sebelah mata

6. Kekerangan di sebelah mata


KOMPLIKASI BELL'S PALSY

1. Hilangnya rasa (ageusia)

2. kerusakan saraf wajah yang permanen

3. Spasme wajah kronis (kontraksi kedutan spontan pada


saraf yang mengontrol otot-otot

wajah seperti alis, kelopak mata, mulut, bibir)

4. infeksi mata

5. Kebutaan penuh atau sebagian


PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Terapi kortikosteroid

2. pemberian obat obatan antivirus

3. penanganan mata
PENCEGAHAN BELL'S PALSY

a) pencegahanprimer : adalah upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bells Palsy
secara dini, sebelum manifestasi Osteoartrits Muncul pada penderita. Contoh asupan nutrisi
cukup dan tidak berlebih, Olahraga yang teratur, dll.

b) PencegahanSekunder : pencegahan Sekunder dilaksanakan untuk membatasi Perluasan


Bell’s Palsy Timbul, sehingga area yang terserang tidak terlalu luas.contoh dilakukan terapi
pembedahan, Fisioterapi, dan perawatan pendukung.

c) Pencegahan Tersier : Pencegahan Tersier tujuannya lebih ke arah rehabilitatif Untuk


membantu pemulihan penderita. Contoh terapi fisik baik terapi panas atau dingin, olahraga
teratur, serta pemakaian masker atau kaca mata saat berkendara bermotor
ASUHAN KEPERAWATAN

* Keluhan utama

Keluhan utama yang sering menjadi alasan klien meminta pertolongan kesehatan dalah

berhubungan dengan kelumpuhan otot wajah terjadi pada satu sisi.

* Riwayat penyakit saat ini

Faktor riwayat penyakit sangat penting diketahui karena untuk menunjang keluhan utama
klien.

* Riwayat penyakit dahulu

Pengkajian penyakit yang pernah dialami klien.


* Riwayat psiko-sosio-spiritual

Pengkajian psikologis klien Bell’s palsy meliputi beberapa penilaian yang memungkinkan
perawat untuk memperoleh persepsi yang jelas

* Pemeriksaan Fisik

a. breathing

b. blood

c. brain

d. tingkat kesadaran

e. fungsi serebri
f. pemeriksaan saraf kranial

1. Saraf I. Biasanya pada klien Bell’s palsy tidak ada kelainan dan fungsi penciuman tidak
ada kelainan.

2. Saraf II. Tes ketajaman penglihatan pada kondisi normal.

3. Saraf III, IV, dan VI. Penurunan gerakan kelopak mata pada sisi yang

sakit (lagoftalmos ).

4. Saraf V. Kelumpuhan seluruh otot wajah seisi, lipatan nasolabial pada sisi

kelumpuhan mendatar, adanya gerakan sinkinetik.

5. Saraf VII. Berkurangnya ketajaman pengecapan, mungkin sekali adema


Saraf VIII. Tidak ditemukan adanya tuli konduktif dan tuli persepsi.

7. Saraf IX dan X. Paralisis Otot orofaing, kesukaran berbicara, mengunya,

dan menelan. Kemampuan menelan kurang baik, sehingga mengganggu

pemenuhan nutrisi via oral.

8. Saraf XI. Tidak ada atrofi otot sternokleidomastoideus dan trapezius.

Kemampuan mobilisasi leher baik.

9. Saraf XII. Lidah simestris, tidak ada deviasi pada satu sisi dan tidak ada

fasikulasi. Indra pengecapan mengalami kelumpuhan dan pengecapan pada 2/3 lidah sisi
kelumpuhan kurang tajam.
G. Pemeriksaan sistem motorik DIAGNOSA KEPERAWATAN
( pemeriksaan refleks,pemeriksaan
gerakan involunter,pemeriksaan sistem 1. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan
sensorik ) dengan bunyi pendengaran yang lebih kuat pada
satu bagian.
H. bladder
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
I. bowel dengan kelemahan otot-otot mengunyah.
J. Bone 3. Gangguan konsep diri (citra diri) yang
berhubungan dengan perubahan bentuk wajah
karena kelumpuhan satu sisi pada wajah.
INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan bunyi pendengaran yang lebih kuat
pada satu bagian.

a. Kaji/hubungkan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang.

b. Tinggikan ektremitas yang sakit.

c.Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang

d. Berikan kompres dingin pada bagian telinga akibat adanya infeksi telinga tengah

e. Berikan obat, sesuai indikasi: Analgesik,antipiretik (contoh asetaminofen).


KESIMPULAN
Bell’s palsy adalah kelumpuhan wajah sebelah yang timbul
mendadak akibat lesi saraf fasialis, dan mengakibatkan distorsi wajah
yang khas. Dengan kata lain bell’s palsy merupakan suatu kelainan
pada saraf wajah yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan
tiba-tiba pada otot di satu sisi wajah.(Dika Supranata, 2013)

Penyebabnya tidak diketahui, umumnya dianggap akibat infeksi


semacam virus herpes (HSV 1 dan virus Herpes zoster). Virus
tersebut dapat dormant (tidur) selama beberapa tahun, dan akan aktif
jika yang bersangkutan terkena stres fisik ataupun psikik. Sekalipun
demikian Bell's palsy tidak menular

Anda mungkin juga menyukai