Anda di halaman 1dari 24

DISLOKASI SENDI PANGGUL

Pembimbing:
Prof. dr. H. Hafas Hanafiah,
Sp.B, Sp.OT(K), FICS
Oleh:
Leni Agnes Siagian (070100153)
Rahila (070100129)
Hilda Destuty (070100039)

ILMU BEDAH
ORTOPAEDI DAN
TRAUMATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN USU
RSUP H ADAM MALIK
DEFENISI DAN ETIOLOGI
 Dislokasi sendi panggul adalah keadaan dimana
kaput femur keluar dari socketnya pada tulang
panggul (pelvis)
 Penyebab  trauma dengan gaya/tekanan yang besar
seperti kecelakaan kendaraan bermotor, pejalan kaki
yang ditabarak mobil, atau jatuh dari ketinggian.

2
ANATOM
I
Femur diletakkan di
asetabulum oleh 5
ligamen yang terpisah
yaitu:
 Ligamen iliofemoral

 Ligamen pubofemoral

 Ligamen ischiofemoral

 Ligamen transverse
acetabular
 Ligamen femoral
head 3
PATOFISIOLOGI & GEJALA
KLINIS
4
DISLOKASI POSTERIOR
Paling sering terjadi 80-90%
 biasanya disebabkan kecelakaan kendaraan bermotor
 Tekanan ditransmisikan melalui 2 cara yaitu:
 Selama deselerasi yang cepat,

lutut membentur dashboard dan


menghantarkan tekanan
melalui femur ke panggul.
 Jika tungkai ekstensi dan lutut terkunci,

tekanan dapat dihantarkan dari


floorboard melalui tungkai atas
dan bawah ke sendi panggul.
5
KLASIFIKASI DISLOKASI POSTERIOR
Klasifikasi Thompson-Epstein didasarkan pada
penemuan radiografi, yaitu:
 Type I Simple dislocation with or without
an insignificant posterior wall fragment
 Type II Dislocation associated with a
single large posterior wall fragment
 Type III Dislocation with a comminuted
posterior wall fragment
 Type IV Dislocation with fracture of the
acetabular floor
 Type V Dislocation with fracture of the 6
femoral head
7
Klasifikasi Steward dan Milford didasarkan pada
stabilitas fungsi panggul, yaitu:
 Type 1 No fracture or insignificant fracture
 Type 2 Associated with a single or
comminuted posterior wall fragment,
but the hip remains stable through
a functional range of motion
 Type 3 Associated with gross instability of the
hip joint secondary to loss of structural
support
 Type 4 Associated with femoral head fracture
8
Gejala klinis
⚫ Sendi panggul dalam posisi fleksi, adduksi dan internal
rotasi
⚫ Tungkai tampak lebih pendek
⚫ Teraba caput femur pada panggul

9
DISLOKASI ANTERIOR
 Dislokasi anterior paling sering disebabkan tekanan
hiperekstensi melawan tungkai yang abduksi sehingga
mengangkat kaput femur keluar dari asetabulum
 Biasanya kaput femur tetap di lateral otot obturator
eksternus tetapi dapat juga ditemukan di bawahnya
(dislokasi obturator) atau di bawah otot iliopsoas
dengan hubungan ke ramus pubis superior (dislokasi
pubis).

10
KLASIFIKASI DISLOKASI SENDI PANGGUL ANTERIOR
MENURUT EPSTEIN YAITU:

 Type I: Superior dislocations, including


pubic and subspinous
 IANo associated fractures
 IBAssociated fracture or impaction of
the femoral head
 ICAssociated fracture of the
acetabulum
 Type II: Inferior dislocations, including
obturator, and perineal
 IIA No associated fractures
 IIB Associated fracture or impaction of
the femoral head 11
 IIC Associated fracture of
the
acetabulum
Gejala Klinis
⚫ Sendi panggul dalam posisi eksorotasi, ekstensi dan
abduksi
⚫ Tak ada pemendekan tungkai
⚫ Benjoan di depan daerah inguinal dimana kaput femur
dapat diraba dengan mudah
⚫ Sendi panggul sulit digerakkan

12
DISLOKASI SENTRAL
Dislokasi sentral adalah fraktur-dislokasi, dimana
kaput femur terletak di medial asetabulum yang
fraktur. Ini disebabkan adanya tekanan lateral
melawan femur yang adduksi dijumpai pada
kecelakaan kendaraan bermotor

13
Gejala Klinis
⚫ Posisi panggul tampak normal, hanya sedikit lecet
dibagian lateral
⚫ Gerakan sendi panggul terbatas

14
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dari pemeriksaan radiologis dijumpai:
 Dislokasi posterior

Caput femur berada di luar dan di atas acetabulum


femur adduksi dan internal rotasi
 Dislokasi anterior

Caput femur terlihat di depan acetabulum


 Dislokasi sentral

Terlihat pergeseran dan caput femur menembus


panggul

15
PENATALAKSANAA
N
1. Dislokasi posterior disertai adanya fraktur Pengobatan
pada tipe ini dengan reduksi tertutup dan
dapat dilakukan dengan beberapa metode Bigelow,
Stimson, dan Allis.

16
METODE STIMSON
 Pasien dalam posisi
tengkurap, tungkai bawah
yang mengalami trauma
dibiarkan menggantung
 Panggul diimmobilisasi
dengan menekan sakrum
 Tangan kiri dokter
memegang pergelangan
kaki dan melakukan fleksi
90º
 Tangan kanan memegang
kebawah daerah dibawah
lutut
 Dengan gerakan rocking
dan rotasi serta tekanan
langsung dapat dilakukan
reposisi 17
METODE BIGELOW
 Penderita dalam posisi
terlentang dilantai
 Melakukan traksi
berlawanan pada
daerah spina iliaka
anterior superior dan
ilium
 Tungkai difleksikan 90º
atau lebih pada daerah
abdomen dan dilakukan
traksi longitudinal

18
METODE ALLIS
 Penderita dalam posisi
terlentang
 Melakukan immobilisasi
pada panggul
 Melakukan fleksi pada lutut
sebesar 90º dan tungkai
diadduksi ringan dan rotasi
medial
 Melakukan traksi vertikal
dan kaput femur diangkat
dari bagian posterior
asetabulum
 Panggul dan lutut
diekstensikan secara hati-
hati 19
2. Dislokasi anterior
Pengobatan dislokasi tipe ini dengan reduksi tertutup dengan
cara memberi traksi pada tungkai dalam keadaan fleksi dan
rotasi intern serta abduksi panggul yang selanjutnya disusul
imobilisasi seperti pada dislokasi posterior.
3. Dislokasi central
Pengobatan dislokasi tipe ini dapat dengan reduksi memerlukan
traksi tulang dengan K-wire untuk beberapa minggu karena
dislokasi sentral disertai fraktur asetabulum

20
Indikasi operasi:
 gagal reposisi tertutup

 kedudukan caput femur tidak stabil

 terjadi fraktur koolum femoris

 adanya lesi N.Ischiadikus

21
KOMPLIKAS
I  Komplikasi segera
 Robekan kandung kemih
 Robekan uretra

 Trauma rectum dan vagina

 Trauma pada saraf

 Komplikasi lanjut
 Pembentukan tulang heterotrofik

 Nekrosis avaskuler

 Gangguan pergerakan sendi serta osteoarthritis


sekunder 22

 Skoliosis kompensator
PROGNOSIS
 Prognosis dari dislokasi sendi panggul tergantung dari
adanya kerusakan jaringan yang lain, manajemen awal dari
dislokasi dan keparahan dislokasi.
 Pada keseluruhan, dislokasi anterior memiliki prognosis
yang lebih baik daripada dislokasi posterior. Penelitian
menunjukkan prognosis buruk terjadi pada 25% pasien
dengan dislokasi anterior dan 53% pada dislokasi posterior.
 Prognosis juga dapat dilihat dari klasifikasi Stewart dan
Milford.
 Pada grade I, komplikasi jangka panjang sering terjadi.
Avascular osteonecrosis terjadi sekitar 4% dari pasien

dan osteoatritis sekunder juga dapat terjadi. 23


 Grade III dan IV memiliki resiko tinggi untuk terjadinya
avaskular osteonekrosis
TERIMA
KASIH

24

Anda mungkin juga menyukai