Anda di halaman 1dari 11

Rekayasa Produk Terbaru Dari

Perbankan Dan Persoalan Dual


Banking System

Kelompok 3 :
Sri hayati ningsih
Nurul khalifah
Nazmi miftah hanif
Saepul hidayatullah
Rekayasa Produk Perbankan
Guna kepentingan inovasi produk perbankan, bank syariah pada dasarnya memang telah melakukan
serangkaian upaya inovasi, salah satunya adalah dengan melakukan “rekayasa” (engineering) terhadap
akad-akad dalam fiqh muamalah. Beberapa akad dalam fiqh muamalah tidak begitu saja diadopsi oleh
perbankan syariah, namun juga “diadaptasikan” dengan kebutuhan masyarakat terhadap jasa-jasa
perbankan. Rekayasa dan adaptasi ini memang sebuah keniscayaan, karena jika diadopsi kemudian
dilakukan secara apa adanya maka produk bank syariah diragukan dapat memberikan manfaat bagi
masyarakat.

Inovasi terhadap produk dan jasa juga harus terus dilakukan, sebagaimana hadist Rasulullah yang
mengingatkan bahwa kehidupannya hari ini harus lebih baik dari kemarin. Orang yang kehidupannya
sama dengan kemarin disebut merugi, apalagi yang lebih buruk dari kemarin.
Inovasi Produk Perbankan Syari’ah

Inovasi produk menjadi kunci perbankan syariah untuk lebih kompetitif dan lebih
berkembang dengan cepat sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Produk-produk bank
syari’ah saat sekarang masih terbatas di tabungan, deposito, giro, pembiayaan
murabahah, mudharabah, syirkah dan itu masih belum dalam jumlah yang banyak.
Keberhasilan sistem perbankan syariah di masa depan akan banyak tergantung kepada
pengembangan inovasi tersebut. Hal ini di tandai dengan kemampuan bank-bank
syari’ah menyajikan produk-produk yang menarik, kompetitif dan memberikan
kemudahan transaksi, sesuai dengan kebutuhan masyarakat
Menurut Agustianto ada beberapa pilar-pilar dari
inovasi produk perbankan syariah :

1. Inovasi produk sejatinya dikembangkan dengan dukungan teknologi informasi dan


telekomunikasi yang semakin canggih, sehingga mempermudah urusan konsumen dan
meningkatkan efisiensi kegiatan usaha para konsumen. Tanpa teknologi canggih,
bank-bank syariah akan kalah bersaing dengan bank-bank konvensional.

2. Keharusan memahami karakter bisnis sektor riil. Peningkatan kualitas SDM tidak saja
dari aspek keilmuan syariahnya di bidang fiqh muamalah, ushul fiqh, qawaid fiqh dan
maqashid syariah, tetapi juga dari bidang bisnis yang lain, seperti pemahaman yang
baik tentang karakter dan resiko binsis sektor riil.
3. Untuk mengembangkan produk-produk yang bervariasi dan menarik,bank syariah dapat
membangun hubungan kerjasama atau berafiliasi dengan lembaga-lembaga keuangan
internasional. Kerjasama itu akan bermanfaat dalam mengembangkan produk-produk bank
syari’ah. Bank syariah bisa belajar praktis kepada bank-bank yang telah berpengalaman di luar
negeri di berbagai negara yang mengembangkan perbankan syariah.
4. Dalam melakukan inovasi produk diperlukan efisiensi dan efektivitas dalam mengembangkan
produk bank syariah. Inovasi produk harus memperhatikan harga sehingga tetap bisa bersaing
dengan harga bank konvensional.
5. Dalam melakukan inovasi produk perlu diperhatikan pencitraan (brand), positioning dan
diferensiasi. Pencitraan adalah menampilkan dan menunjukkan bahwa bank syariah sebagai
sebuah lembaga yang bukan sekedar bank, tetapi jauh daripada itu, bank syariah adalah bagian
integral dari sebuah sistem Islam yang kaffah.
Dual Banking System
 Maksud dual banking system (sistem perbankan ganda) yaitu bank dapat melakukan dua
kegiatan sekaligus, yaitu kegiatan perbankan yang berbasis bunga dan kegiatan perbankan yang
berbasis syariah.
 Landasan keberlakuan undang-undang yang mengatur Dual Banking System di Indonesia
menggunakan undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 dan undang-undang Nomor 21 Tahun
2008, yang merupakan pedoman bagi operasionalnya Dual Banking System.
 Dengan kata lain, bank umum dapat menjalankan dua kegiatan usaha, baik secara konvensional
maupun berdasarkan prinsip syari’ah. Bank Indonesia juga menerbitkan peraturan Bank
Indonesia Nomor. 471/PBI/2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional
menjadi bank umum berdasarkan prinsip syari’ah dan pembukaan kantor bank berdasarkan
prinsip syari’ah oleh bank umum konvensional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bank konvensional
menerapkan Dual Banking System diperoleh dari :
1. Faktor eksternal yang meliputi sosial, ekonomi,
keagamaan, politik, meniru negara tetangga.
2. Faktor internal terdapat pada filosofis pancasila dan
perundang-undangan. Pengaruh politik sangat kental
terhadap penerapan dual banking system di Indonesia,
juga karena kondisi masyarakat Indonesia yang
heterogen dan pluralis
Next …
Dengan adanya dual banking system berarti telah memperkenankan dua
sistem perbankan secara co-existance, meskipun masih secara implisit.
Keberadaan dua sistem perbankan yang berkembang secara paralel dan yang
mempunyai hubungan keuangan terbatas satu sama lain diharapkan akan
dapat menciptakan diversikasi risiko yang pada gilirannya akan mengurangi
masalah systemic risk pada saat terjadi krisis keuangan. Dengan keunggulan
tersebut maka sudah selayaknya otoritas moneter meningkatkan signifikansi
peran bank syari’ah dalam mendukung stabilitas sistem keuangan nasional
bersama-sama secara sinergis dengan bank konvensional dalam kerangka
dual banking system Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Dimana
Arsitektur Perbankan Indonesia (API) merupakan suatu kerangka dasar
sistem perbankan Indonesia yang bersifat menyeluruh dan memberikan arah,
bentuk, dan tatanan industri perbankan untuk rentang waktu lima sampai
sepuluh tahun ke depan
Landasan prinsipil Islamic Banking
dalam Q.S An-Nisa’ ayat 58:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha
mendengar lagi Maha Melihat.”
Kesimpulan
• Dual Banking System dijadikan sebagai konsep perbankan di Indonesia, dianggap sesuai
dengan masyarakat Indonesia, yang notabene bermacam-macam karakter bahkan bermacam
pula agamanya walau mayoritas islam. Bank syariah digunakan sebagai alternatif bagi para
masyarakat muslim di Indonesia yang dihadirkan oleh Bank Indonesia untuk memenuhi
permintaan masyarakat muslim karena menuntut keamanan syariah dari segala macam
transaksinya. Selanjutnya dalam penelolaan assetnya, bank konvensional dan bank syariah
disebut dengan Dual Banking System dikarenakan manajemen satu atau manajemen tunggal di
Bank Indonesia, yang pada dasarnya baik Bank Konvensional maupun Bank Syariah tetap
memikirkan bagaimana cara agar tidak menumpuk dana nganggur.
• Keberhasilan sistem perbankan syariah di masa depan akan banyak tergantung kepada
pengembangan inovasi. Hal ini di tandai dengan kemampuan bank-bank syariah menyajikan
produk-produk yang menarik, kompetitif dan memberikan kemudahan transaksi, sesuai dengan
kebutuhan masyarakat.
Daftar Pustaka
Arivatu Ni’mati Rahmatika, “Dual Banking Sistem di Indonesia,” At-Tahdzib:
Jurnal Studi Islam dan Muamalah,2, no. 2 (2014) : 133-147

Maulana Hamzah, “Optimalisasi Peran Dual Banking Sistem melalui fungsi


Strategis JUB Dalam Rangka Menjaga Stabilitas Sistem Keuangan Di
Indonesia .” La-Riba, III, no. 2, 2009.

Ismanto, Kuat. 2009. Manajemen Syari’ah Implementasi TQM dalam Lembaga


Keuangan Syari’ah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai