Anda di halaman 1dari 24

KASUS 5

DESKRIPSI LESI
• Tipe Lesi : ulserasi, crust

• Size :

• Lokasi :ventral lidah dan bibir atas dan bawah (vermilion)

• Warna : putih kekuningan (ulser) dan kuning kecoklatan (crust)

• Tepi lesi : tepi yang irregular

• Konfigurasi Lesi: depressed (ulser) dan elevated (crust)

• Kondisi Oral : terdapat plak/kalkulus pada gigi RB pasien dan gigi incisivus
31,32,41,42 pasien terdapat diastema
Ocular:
• Peradangan intraocular
• Warna : kemerahan di bagian dalam mata
• konjungtivitis, iritis dengan hipopion, uveitis, vaskulitis
retina,ketajaman penglihatan berkurang.

Genital:
• Tipe Lesi : ulser
• Size : +/- 2 cm
• Lokasi : scrotum
• Warna : lesi kehitaman, dengan dikelilingi lesi kekuningan
• Batas : jelas dengan tepi meninggi
• Bentuk : beraturan
• Tepi : meninggi Konfigurasi
• Lesi : depressed
Anamnesis:
• Apakah luka putih yang ada dimulut anda pernah terjadi sebelumnya?
• Apakah luka tersebut sering kambuh?
• Apakah luka di rongga mulut pasien kambuh setidaknya 3 kali setahun?
• Kapan luka tersebut telah timbul?
• Apakah luka di mulut anda sembuh dengan sendirinya?
• Apakah luka di mulut anda terasa sakit dan panas?
• Apakah terjadi luka di anggota tubuh anda yang lain?
• Apakah ada luka di bagian kelamin anda?
• Apakah terdapat parut dari luka yang ada di bagian genital anda?
• Apakah mata anda terasa sakit dan nyeri?
• Apakah di mata anda ada keluar seperti nanah?
• Apakah penglihatan anda berkurang?

Camile S. Farah, Ramesh Balasubramaniam, Michael J. McCullough - Contemporary Oral


Medicine-Springer International Publishing (2019). Pg: 1031-1032
Pemeriksaan penunjang
tidak ada tanda-tanda patognomonik (petunjuk pasti) atau temuan laboratorium,
radiologis, atau histologis spesifik untuk BD, diagnosis murni didasarkan pada
pengenalan temuan klinis bersama dengan mengesampingkan kondisi lain.

Camile S. Farah, Ramesh Balasubramaniam, Michael J. McCullough - Contemporary Oral


Medicine-Springer International Publishing (2019). Pg: 1031-1032
Diagnosis kerja : Sindrom Behcet
- Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan temuan
klinis

- Sindrom behcet memiliki trias gejala yakni : ulser


recurrent pada rongga mulut (dapat ditemukan
dimana saja, tetapi lokasi paling sering yakni
mukosa labial dan bukal, lidah, palatum mole,
serta orofaring), ulser genital dan uveitis
(peradangan pada lapisan uvea, biasanya pada iris
dan badan siliar mata).
Farah, C. S., In Balasubramaniam, R., & In McCullough, M. J. (2019). Contemporary oral medicine: A comprehensive approach to clinical practice. Page 1030
DIAGNOSIS BANDING
Recurrent Apthous
Ulcer (Minor, Reiters Erythema Stevens–Johnson
DESKRIPSI LESI BEHCET SYNDROM Mayor, syndrome multiforme syndrome
Herpetiform)

Lokasi 1. Nonkeratinized Mukosa Oral 1. Nonspecific Kulit dan Kulit dan


oral mucosa urethritis Membran Mukosa Membran Mukosa
2. Genitals 2. Mata
3. Mata 3. Mukokutan

Bentuk Tidak Beraturan Tidak Beraturan Tidak beraturan Tidak Beraturan Tidak Beraturan
Warna Putih Kekuningan Putih Kekuningan Kemerahan Putih Kekuningan Putih Kekuningan
(Ulser), Kuning (Ulser), Merah (Ulser), Merah
Kecoklatan (Crust) Kecoklatan (Crust) Kecoklatan (Crust

Gambaran Klinis
Penatalaksanaan
•Tidak ada terapi kuratif khusus saat ini tersedia untuk BD (Behcet Disease) . Tujuan akhir perawatan
adalah untuk mencegah kerusakan organ ireversibel, terutama terjadi pada tahap awal dan fase aktif
penyakit, dan untuk meringankan gejala.

•Terapi lini pertama adalah kortikosteroid sistemik. Prednison 30–40 mg 2x sehari setelah sarapan
selama 4–5 hari.

•Obat-obatan imunosupresif seperti azathioprine digunakan pada kasus berat dan kasus relaps. Dosis
azathioprine yang di resepkan 1–3 mg/kg/per hari biasanya di kombinasikan dengan kortikosteroid
sistemik

•Pasien juga dapat diresepkan obat kumur povidone iodine 1%, dan triamcinolone acetonide 0,1%.

Farah, C. S., In Balasubramaniam, R., & In McCullough, M. J. (2019). Contemporary oral medicine: A comprehensive approach to clinical practice. Page 1030
Dan Regezi, J. A., Sciubba, J. J., & Jordan, R. C. K. (2012). Oral pathology: Clinical pathologic correlations. St. Louis, Mo: Elsevier/Saunders.
Page 43
KASUS 6
Deskripsi Lesi
Tipe Lesi :Atrofi bewarna merah ditandai
hilangnya papilla pada lidah
Lokasi lesi :Dorsum lidah
Warna :Kemerahan (perubahan
pigmentasi )
Bentuk :Atrofi difus atau tidak merata atau
berfissure
Batas : tidak jelas
Ukuran : > 1 cm

Neville BW., et al. Oral and Maxillofacial Pathology 4th Edition. WB Saunders. 2015. pg 772
Tipe Lesi : Tumor (pembengkakan)
Lokasi lesi : Kelenjar parotis ( Bilateral )
Bentuk : terdapatnya pembengkakan di
bagian kelenjar parotis kiri dan kanan pasien
Jumlah : Multiple
Batas : Jelas
Ukuran : > 5 cm

Neville BW., et al. Oral and Maxillofacial Pathology 4th Edition. WB Saunders.
2015. pg 436
Anamnesis
• Apa keluhan yang dirasakan pasien ? • Bagaimana kondisi rongga mulut pasien ? Apakah
• Dimana lokasi keluhan yang dialami pasien ? terdapat karies gigi?
• Apakah pasien memiliki luka di bagian sudut bibir ?
• Apakah pasien merasakan sakit dibagian tersebut ?
• Apakah pasien merasakan Kekeringan pada mata,
• Apakah pasien memiliki Riwayat penyakit autoimun ? sensasi gatal, berpasir dan penglihatan kabur ?
• Apakah pasien sering merasakan kering dibagian • Apakah pasien merasakan kekeringan pada kulit,
mulut ? mukosa hidung, dan mukosa vagina ?
• Apakah pasien kesulitan dalam menelan makanan ? • Apakah pasien merasakan kelelahan ?
• apakah pasien merasakan nyeri pada sendi ?
• Bagaimanakah kondisi dari lidah pasien ?
• Apakah merasakan sensasi seperti terbakar ?
• Apakah pasien kesulitan dalam merasakan rasa
makanan ?

Little, Fallace, Miller, Rhodus. Dental Management in Medically Compromised. 9 ed. 2018. pg 361
Neville BW., et al. Color Atlas of Oral and Maxillofacial Disease . WB Saunders. 2019. pg 282
Pemeriksaan penunjang
• Tes laboratorium khusus tersedia untuk kategori
diagnostik utama produksi saliva dan air mata, perubahan
histopatologi, dan penanda inflamasi serologis.
• Hipergamaglobulinemia adalah temuan laboratorium
yang paling sering (80%) di antara pasien dengan SS.
• Hiperaktivitas limfosit B menghasilkan peningkatan
antibodi RF, ANA dan antibodi terhadap antigen spesifik
organ, seperti epitel duktus saliva atau jaringan tiroid.
• Peningkatan ESR, anemia ringan (≈25%), dan leukopenia
(≈10%) juga ditemukan pada pasien dengan SS
• Tes laboratorium yang digunakan untuk mendiagnosis SS :

Little, Fallace, Miller, Rhodus. Dental Management in


Medically Compromised. 9 ed. 2018. pg 361
• Pasien dengan sindrom Sjögren mengalami peningkatan kadar imunoglobulin serum (terutama
IgG) dan tingkat sedimentasi eritrosit.
• Berbagai autoantibodi dapat diproduksi, termasuk antibodi antinuklear (ANA) dan faktor
rheumatoid.
• Dua autoantibodi tertentu, yang dikenal sebagai anti-SS-A (anti-Ro) dan anti-SS-B (anti-La),
sering diidentifikasi.
• Biopsi kelenjar ludah minor dari bibir bawah digunakan untuk mendukung diagnosis dengan
menunjukkan beberapa fokus peradangan limfositik di dalam jaringan kelenjar.
• Sialometri berguna sebagai alat skrining awal untuk hiposalivasi terkait dengan SS dan sebagai
penilaian untuk tingkat keparahan SS. Agar bermanfaat sebagai teknik diagnostik, pengumpulan
aliran saliva harus dilakukan selama minimal 5 menit (seringkali hingga 15 menit).

Little, Fallace, Miller, Rhodus. Dental Management in Medically Compromised. 9 ed. 2018. pg
361

Neville BW., et al. Color Atlas of Oral and Maxillofacial Disease . WB Saunders. 2019. pg 282
Diagnosis : Sjogren Syndrome (SS)
• Sjogren Syndrome merupakan salah satu penyebab hiposalivasi.
• Diagnosis SS ditegakkan terutama dari anamnesis, pemeriksaan klinis
dan temuan pemeriksaan termasuk:
a. gejala okular
b. gejala oral
c. tanda okular
d. autoantibodi dan tes darah lainnya
e. pemeriksaan kelenjar ludah

Scully C. Oral and maxillofacial medicine the basis of diagnosis and treatment, 3 ed. Philadelphia: Elsevier, 2013. 327
Neville BW, Damm DD, Allen CM et al. Oral & maxillofacial pathology, 4 ed. Philadelphia: Saunders, 2015. P; 437
DIAGNOSIS BANDING
Sjogren Syndrome
DESKRIPSI LESI (SS) MUMPS Sarcoidosis Sialadenosis

Lokasi 1. Kelenjar parotis Kelenjar parotis Difus bilateral Kelenjar saliva major
(bilateral) (bawah telinga) yang kelenjar saliva (terutama di kelenjar parotis)
2. Dorsum lidah awalnya unilateral major dan hampir
menjadi bilateral selalu melibatkan
kelenjar parotis

Bentuk 1. Atrofi difus dan Bulat (pembengkakan) Bulat Bulat


berfissure di (pembengkakan
dorsum lidah kelenjar saliva
2. Pembengkakan major)
kelenjar parotis

Warna Kemerahan Kemerahan/tidak Kemerahan/tidak Kemerahan/tidak berwarna


(perubahan berwarna berawarna
pigmentasi)

Gambaran Klinis
Penatalaksanaan
• Sindrom Sjögren tetap merupakan kondisi yang tidak dapat disembuhkan,
karena tidak ada modalitas terapeutik yang dapat diandalkan untuk
mengubah perjalanan penyakit
• Informasi pasien merupakan aspek penting dalam manajemen. 
• Seorang dokter spesialis atau rheumatologist harus dirujuk bila pasien yang
menderita penyakit sendi tendon, ligamen, jaringan halus, dan otot atau
gangguan sistemik lainnya.
• Pasien dengan manifestasi ekstra glandular yang parah biasanya dirawat
oleh dokter dengan kortikosteroid sistemik, hidroksiklorokuin dan obat
imunosupresif lainnya. 

Scully C. Oral and maxillofacial medicine the basis of diagnosis and treatment, 3 ed. Philadelphia: Elsevier, 2013. 327
Neville BW, Damm DD, Allen CM et al. Oral & maxillofacial pathology, 4 ed. Philadelphia: Saunders, 2015. P; 437
•Seorang spesialis mata harus dirujuk ketika pasien dengan mata kering,
keterlibatan okular dinilai dengan: 
Tes Schirmer untuk aliran lakrimal 
waktu pecahnya air mata 
Abrasi kornea (stain with rose Bengal) 
Tetes mata metilselulosa atau, ligasi atau kauter duktus nasolakrimalis
mungkin merupakan perawatan yang tepat.

Scully C. Oral and maxillofacial medicine the basis of diagnosis and treatment, 3 ed. Philadelphia: Elsevier, 2013. 327
Neville BW, Damm DD, Allen CM et al. Oral & maxillofacial pathology, 4 ed. Philadelphia: Saunders, 2015. P; 437
• Untuk perawatan mulut kering, pasien dapat membantu: minum air
sepanjang hari; lindungi bibir dengan salep bibir; gigit kecil makanan; makan
perlahan; makan makanan lembut atau makanan dingin dengan kandungan
cairan tinggi (melon, es krim); dan untuk melembabkan makanan dengan air,
minyak, mayones, atau yoghurt.
• Sebaiknya pasien menghindari: bernapas melalui mulut; obat apa pun yang
dapat menyebabkan hiposalivasi (misalnya antidepresan trisiklik); alkohol
(termasuk dalam obat kumur); merokok; kafein (kopi, beberapa minuman
ringan); makanan kering, seperti biskuit (atau basahi dalam cairan terlebih
dahulu); makanan pedas; dan produk kesehatan mulut yang mengandung
natrium lauril sulfat, yang dapat mengiritasi mukosa.

Scully C. Oral and maxillofacial medicine the basis of diagnosis and treatment, 3 ed. Philadelphia: Elsevier, 2013. 327
Neville BW, Damm DD, Allen CM et al. Oral & maxillofacial pathology, 4 ed. Philadelphia: Saunders, 2015. P; 437
• Humidifier juga dapat membantu agen pembasahan mulut secara
simptomatis. Antara lain: metilselulosa; Saliva Orthana dan Oralbalance
sangat berguna karena mengandung fluoride dan untuk mencegah karies
• Air liur dapat dirangsang dengan menggunakan: permen karet
(mengandung xylitol atau sorbitol, bukan sukrosa); permen diabetes; obat
kolinergik, seperti pilocarpine atau cevimeline yang merangsang air liur
(sialogogues)

Scully C. Oral and maxillofacial medicine the basis of diagnosis and treatment, 3 ed. Philadelphia: Elsevier, 2013. 327
Neville BW, Damm DD, Allen CM et al. Oral & maxillofacial pathology, 4 ed. Philadelphia: Saunders, 2015. P; 437

Anda mungkin juga menyukai