Anda di halaman 1dari 35

PPh

badan
KOMPETENSI
DASAR
3.7 Menerapkan PPh Badan terutang
4.7 Melakukan perhitungan PPh Badan
terutang
TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Menjelaskan definisi 4. Menguraikan objek 7. Menghitung PPh


badan pajak PPh badan badan PP No 23
2. Menjelaskan definisi 5. Menjelaskan sejarah 8. Menghitung PPh
PPh badan tarif PPh badan badan tarif pasal 17
3. Menyebutkan subjek 6. Menguraikan tarif 9. Menghitung PPh
pajak PPh badan PPh badan badan pasal 31 E
NILAI KEMANUSIAAN dan
INDIKATOR

Nilai Kemanusiaan :
1. Kejujuran
2. Bertanggung jawab

Indikator Nilai Kemanusiaan :


1. Mengerjakan tugas dan ulangan yang
diberikan dengan jujur
2. Bertanggung jawab dengan tugas yang
diberikan
APA YANG DIMAKSUD DENGAN
BADAN ?
BADAN  PT, CV , Perseroan lainnya, BUMN dengan nama dan dalam
bentuk apapun, BUMD dengan nama atau bentuk apapun, Firma, Koperasi,
Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi, Lembaga dan bentuk badan
lainnya, dan Bentuk Usaha Tetap (BUT) (UU Ketentuan Umum Perpajakan)
PENGERTIAN PPH
BADAN
pajak negara yang dikenakan pada
setiap tambahan kemampuan
ekonomis yang diterima oleh Wajib
Pajak dari suatu badan usaha, baik
berasal dari dalam maupun luar negeri
SUBJEK
PAJAK PPh
BADAN
1. Wajib Pajak Badan dalam negeri

2. Wajib Pajak Badan luar negeri


PENGECUALIAN SUBJEK PAJAK
Setiap badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia sudah pasti
merupakan Subjek Pajak Dalam Negeri

Pihak-pihak yang dikecualikan sebagai subjek pajak badan :


1. Badan perwakilan negara asing
2. Organisasi internasional yang ditetapkan oleh Menteri keuangan dengan syarat
Indonesia menjadi anggota organisasi tersebut
3. Tidak menjalankan usaha atau kegiatan lain untuk memperoleh penghasilan dari
Indonesia
1. PPh final

 Objek PPh yang pajaknya telah final atau


selesai pada saat dipotong oleh pihak lain
atau dipotong sendiri pada akhir tahun dan
tidak dihitung ulang
Objek Pajak 2. PPh tidak final
BADAN

 Objek pajak yang pada akhir tahun


dihitung ulang lalu diperhitungkan dengan
kredit pajak yang telah dipotong pihak lain
(jika ada)
APA ITU PPH
FINAL/PPh bersifat
PPh Final  pajak yang dikenai secara langsung dari
bruto tanpa memperhatikan adanya biaya yang
final
digunakan?oleh WP untuk memperoleh penghasilan
tersebut. (
Contoh : PPh final jasa konstruksi , PPh final atas
pengalihan hak atas tanah dan bangunan, PPh
final atas sewa tanah dan bangunan

PPh bersifat final  PPh yang sebenarnya tidak final


tetapi dikenakan seolah-olah bersifat final
Contoh : Pengenaan pada PP 46 tahun 2013 atau
diubah menjadi PP 23 tahun 2018 dikenakan 0,5
% dari peredaran bruto
SEJARAH Tarif PPh BADAN
03. UU No
02. UU No
01. UU No 7/1983 17/2000
10/1994

5% : PKP s.d Rp 10 jt 10% : PKP s.d Rp 25 jt 10% : PKP s.d Rp 50 jt


25% : PKP Rp 10 jt s.d 50 jt 15% : PKP Rp 25 jt s.d Rp 50 jt 15% : PKP Rp 50jt s.d Rp 100 jt
35% : PKP di atas Rp 50 jt 30% : PKP diatas Rp 50 jt 30% : PKP diatas Rp 100 jt
02. UU No
36/2008

28% (tahun 2009)


25% (mulai tahun 2010 s.d 2019)
TARIF PPH BADAN

1 2 3
Tarif PP No 23 Tarif Pasal 17 Tarif Pasal 31E
TARIF PPH
BADAN 01
PASAL 23
tahun 2018
Menggantikan PP No 46 Tahun
2013 yang memangkas tarif PPh
Badan dari 1% menjadi 0,5% per
omset setiap bulannya
Uniknya  tarif hanya
diterapkan bagi usaha mikro,
kecil dan menengah atau
badan usaha dengan
peredaran bruto < 4,8 M dan
PPh badan pasal 23 tahun
2018 ini bersifat final
NOTE :

● Tarif 0,5% tidak bisa dinikmati selamanya. Hanya 4


tahun untuk WP Badan berbentuk CV, Firma,
Koperasi dan 3 tahun untuk PT

● Wajib Pajak (WP) Badan atau perusahaan


berbentuk Perseroan Terbatas (PT) tidak bisa lagi
menggunakan perhitungan tarif PPh Final 0,5%
untuk UMKM atau WP Badan PPh Final ini mulai
2021.
Contoh Perhitungan
CV INDAH ABADI pada tahun 2019 memiliki peredaran bruto sebesar Rp
2.100.000.000 / tahun, dengan rincian omset perbulannya sbb

Masa Pajak Omset Perbulan Tarif Pajak PPh terutang


Jan 165.000.000 0,5% 825.000

Feb 160.000.000 0,5% 800.000

Maret 174.000.000 0,5% 870.000

April 175.000.000 0,5% 875.000

Mei 145.000.000 0,5% 725.000

Juni 163.000.000 0,5% 815.000

Juli 175.000.000 0,5% 875.000


Contoh Perhitungan

Masa Pajak Omset Perbulan Tarif Pajak PPh terutang

Agus 195.000.000 0,5% 975.000

Sept 180.000.000 0,5% 900.000

Okt 195.000.000 0,5% 975.000

Nov 175.000.000 0,5% 875.000

Des 108.000.000 0,5% 540.000

Jumlah 2.100.000.000 10.050.000


Contoh
PT ABC memiliki usaha bengkel mobil dan terdaftar sebagai wajib pajak KPP X sejak 12
Oktober 2017. Peredaran bruto yang diperoleh PT ABC:
Tahun 2017: Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)
Tahun 2018: Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)
Tahun 2019: Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
Tahun 2020: Rp400.000.000,00 (empat ratus juta rupiah)
Tahun 2021: Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah)

Dari studi kasus di atas, PT ABC mulai dikenai PPh Final dengan tarif 0,5% berdasarkan PP
23/2018 dalam jangka waktu tiga tahun pajak, yaitu sejak tahun pajak 2018 sampai dengan
2020. Sedangkan, untuk tahun pajak 2021 dan tahun-tahun pajak berikutnya dikenai PPh
berdasarkan tarif Pasal 17 ayat (2a) atau Pasal 17 ayat (2a) dan Pasal 31E UU PPh.

Adapun tarif yang digunakan untuk wajib pajak badan adalah 25% untuk tahun pajak 2019,
lalu turun menjadi 22% untuk tahun pajak 2020 dan 2021, dan menjadi 20% mulai tahun pajak
2022.
CONTOH
Kasus Pertama : PT ABC terdaftar sejak 2015 dan di tahun 2017 beromzet di bawah Rp
4,8 miliar. PT ABC menggunakan skema PPh Final UMKM sesuai PP 23 Tahun 2018
sejak tahun pajak 2018.
 Maka Jangka waktu tiga tahun bagi wajib pajak PT pada contoh pertama berakhir di
tahun pajak 2020,

Kasus Kedua : PT XYZ terdaftar sejak 1 Februari 2020 dan saat mendaftar memilih
menggunakan skema PPh Final UMKM, maka jangka waktu PT XYZ boleh
menggunakan skema tersebut adalah mulai tahun pajak 2020 hingga jangka waktunya
berakhir.
 untuk contoh kedua masih dapat melanjutkan membayar PPh Final UMKM sampai
dengan tahun pajak 2022 atau sampai omzetnya melebihi Rp4,8 miliar, mana yang
mendahului.
TARIF PPH BADAN PASAL 17

Untuk badan usaha Tarif 25% atau 20%


Masuk kategori PPh dengan peredaran dengan syarat tertentu
badan tidak final bruto > 50 M/1 tahun
pajak
Contoh Perhitungan

PT Surya Kencana pada tahun pajak 2019 memiliki peredaran bruto sebesar
Rp 54.000.000.000 dengan nilai PKP (Penghasilan Kena Pajak /Laba) nya
sebesar Rp 4.000.000.000. Maka besarnya PPh Badan terutangnya ?

PPh Badan terutang  25% x Rp 4.000.000.000


= Rp 1.000.000.000
TARIF PPH BADAN PASAL 31E

Untuk badan usaha Tarifnya 50% x 25% x


Masuk kategori PPh dengan peredaran PKP atau dengan
badan tidak final bruto < 50 m/1 tahun fasilitas pengurangan
pajak pajak
Contoh Perhitungan Peredaran Bruto
< dari 4,8M

PT Sinar Sentosa pada tahun 2019, memiliki peredaran usaha sebesar Rp


4.525.000.000 , dan PKP nya sebesar Rp 560.750.000
Besarnya PPh Badan Terutang PT Sinar Sentosa adalah ….

Tarif Pajak = 50% x 25% x PKP


= 50% X 25% X Rp 560.750.000
= Rp 70.093.750

PPh Badan Terutang PT Sinar Sentosa adalah Rp 70.093.750


CONTOH PERHITUNGAN Peredaran Bruto
> dari 4,8M

PT Nusantara Sakti pada tahun 2019, memiliki peredaran usaha sebesar Rp 13.500.000.000,
dan PKP sebesar Rp 1.471.400.000
Besarnya PPh Badan terutang ?

Menghitung PKP :
1. PKP Fasilitas : (4,8 M / 13,5 M) X Rp 1.471.400.000 = Rp 523.165.000
2. PKP Non Fasilitas : Rp 1.471.400.000 – Rp 523.165.000 = Rp 948.235.000

Menghitung Pajak :
PPh Fasilitas :
50% x 25% x Rp 523.165.000 = Rp 65.395.625
PPh Non Fasilitas :
25% x Rp 948.235.000 = Rp 237. 058.750
Total PPh Badan terutang = Rp 302.454.375
TARIF PPH BADAN MULAI TAHUN 2020

Tari PPh badan mengalami penurunan :

22%  untuk tahun pajak 2020 dan 2021


20%  mulai tahun pajak 2022

Berdasarkan Perppu 1/2020  UU no 2/2020


TARIF LAINNYA

Adanya pengurangan tarif sebesar 3%

22% - 3%  tahun pajak 2020 dan 2021


20% - 3%  mulai tahun pajak 2022
Catatan :
Untuk WPDN berbentuk PT dengan jumlah keseluruhan saham yang disetor dan
diperdagangkan di BEI paling sedikit 40% dan memenuhi persayaratan tertentu
TARIF LAINNYA

WP badan DN dengan peredaran bruto sampai dengan Rp 50 M mendapat


fasilitas berupa pengurangan tarif sebesar 50% dari tarif pasal 17 ayat (1B)
dan (2A) yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran
bruto sampai dengan Rp 4,8 M
Skema tarif pph badan tahun pajak 2020 dan
1. 2021
Dikenai PPh
Dikenai PPh
final final
PKP x 50% x 22% (thn
2020)
pengenaan pajak

Peredaaran PKP x 50% x 20% (thn


Berdasarkan

bruto s.d 4,8 M 2022)


Jenis
Penghasilan Omset s.d Sebagian dikenai tarif
WP Badan Rp 50 M Peredaaran 50% x tarif dan
Tidak bruto di atas sebagian lagi dikenai
dikenai PPh 4,8 M tarif penuh
final Omset
diatas Rp
50 M PKP x 22% (thn 2020)
PKP x 20% (thn 2022)

NEXT
CONTOH KASUS:
Wajib pajak dikenai PPh final/Bersifat final

1. PT Wijaya merupakan pelaksana konstruksi dengan spesialisasi Gudang


di Pelabuhan/bandara. Pada tahun 2020 memiliki omset Rp 56 M yang
semuanya berasal dari jasa konstruksi dan telah dikenai PPh final sesuai
ketentuan yang berlaku.
 PPh badan yang dikenakan berasal dari pengenaan PPh final karena
semua penghasilan sudah dikenakan PPh final

2. PT ABC merupakan distributor kain yang memiliki toko di blok D, tanah


abang, Jakpus . Peredaran usaha tahun 2019 sebesar Rp 3 M dan pada
tahun 2020 menghitung PPh nya bersifat final sesuai dengan ketentuan PP
23/2018 dengan tarif 0,5% dari omset
 Karena pada tahun 2019 omset kurang dari 4,8 M, pada tahun 2020 PT
ABC menghitung pajak berdasarkan tarif PP 23/2018, Sebenarnya PT
ABC TIDAK PERLU menggunakan ketentuaan diatas karena sudah
ketentuan PPh final
BACK
CONTOH KASUS:
Wajib pajak dikenai PPh dengan tarif umum, peredaran bruto
dibawah Rp 4,8 M

PT JKL merupakan manufaktur cat tembok yang memiliki pabrik


di Cikarang. Pada tahun 2019 omsetnya mencapai Rp 5M. Pada
tahun 2020, memiliki peredaran bruto Rp 4 M dengan PKP
sebesar Rp 1M

 Karena peredaran usaha < 4,8 M jadi langsung


menggunakan tarif fasilitas pasal 31 E

PPh terutang = Rp 1 M x 50% x 22%


= Rp 110 jt

BACK
CONTOH KASUS:
Wajib pajak dikenai PPh dengan tarif umum, peredaran bruto
di atas Rp 4,8 M s.d Rp 50 M

PT MNO merupakan mamnufaktur pupuk yang memiliki pabrik di


Karawang. Pada tahun 2019 omsetnya mencapai Rp 32 M. Pada
tahun 2020, memiliki pereedaran bruto Rp 30 M dengan PKP
sebesar Rp 12 M

Mendapat
(Rp 4,8 M / Rp 30 M) X Rp 12 M = Rp
fasilitas 50 % 1.920.000.000
PKP Rp 12 M
Tidak
mendapat
Rp 12 M - Rp 1.920.000.000 = Rp
fasiltas 10.080.000.000

PPh terutang = (Rp 1.920.000.000 x 50% x 22%) + ( Rp


10.080.000.000 x 22% ) = Rp 2.428.800.000

BACK
CONTOH KASUS:
Wajib pajak dikenai PPh dengan tarif umum, peredaran bruto
di atas Rp 50 M

PT Perdana Jaya merupakan manufaktur tekstil yang memiliki


pabrik di Karawang. Pada tahun 2020 memiliki peredaran usaha
Rp 68 M dengan PKP sebsar Rp 24 M

PPh terutang = Rp 24 M x 22%


= Rp 5.280.000.000

BACK
SOAL
1. Surya Candika merupakan wajib pajak badan yang bergerak sebagai distributor
ayam potong. Pada tahun 2020 menggunakan tarif umum dengan peredaran
bruto sebesar Rp 2 M dan penghasilan kena pajak sebesar Rp 500 juta. PPh
badan terutang tahun 2020 adalah ….
2. PT Telaga Karya merupakan wajib pajak yang bergerak sebagai manufaktur baja.
Pada tahun 2020 mencatat peredaran bruto sebesar Rp 36 M dengan
penghasilan kena pajak yang mendapat fasilitas 50% adalah ….
3. PT Citra Kencana merupakan manufaktur mesin bubut yang dipergunakan oleh
bengkel. Pada tahun 2020 mencatat peredaran usaha sebesar Rp 78 M. Apabila
penghasilan kena pajak yang dicatat sebesar Rp 12 M. PPh terutang tahun 2020
adalah …
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai