Anda di halaman 1dari 18

PENGKAJIAN LUKA

DFUAS
DISUSUN OLEH
 Abd Gafur  Nabila Azhary Putri
 Andre Al-fauzih  Rana Aulia
 Aslan  Raudhatul Jannah
 Andiny pratiwi  Reynaldi
 Cut mutia sastra  Sucianti
 Faradita malewa  Susan cherly M
 Irene patricia L  Yayuk Astika S
 Kasmawati S  Yovika Bansoe
 Moh adi
DEFINISI
DFUAS adalah ulkus kaki diabetik adalah luka
yang dialami oleh penderita diabetes pada area
kaki dengan kondisi luka mulai dari luka
supervisial, nekrosis kulit, sampai luka dengan
ketebalan penuh. Yang dapat meluas ke
jaringan lain seperti tendon, tulang dan
persendian. Jika ulkus dibiarkan tanpa
penatalaksanaan yang baik akan
mengakibatkan infeksi atau gangrene
(Fernando,2014).
ETIOLOGI
Efek dari sirkulasi inilah yang dapat mengakibatkan kerusakan
pada saraf-saraf kaki. Diabetic neuropati berdampakpada system
saraf autonomi yang mengontrol otot-otot halus, kelenjar dan
organ visceral. Dengan adanya gangguan pada saraf autonomi
berpengaruh pada tonus otot yang menyebabkan gangguan
sirkulasi darah sehingga kebutuhan nutrisi dan metabolisme di
area tersebut tidak tercukupi dan tidak dapat mencapai daerah
tepi atau perifer. Efek ini mengakibatkan gangguan pada kulit
yang menjadi kering dan mudah rusak sehingga mudah untuk
terjadi luka dan infeksi. Dampak lain dari neuropati perifer
adalah hilangnya sensasi nyeri, tekanan dan perubahan
temperatur. Beberapa etiologi yang dapat menimbulkan ulkus
diabetikum diantaranya adalah neuoropati, penyakit arteri
perifer, trauma, dan infeksi.
PATOFISIOLOGI
Pada pasien diabetes didapat gangguan atau komplikasi melalui
kerusakan pada pembuluh darah di seluruh tubuh yang disebut
angiopati diabetik. Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral
biasanya lebih besar disbanding pintu masuknya, dikelilingi
halus, keras dan tebal. Awalnya proses pembentukan ulkus
berhubungan dengan hiperglikemia yang berefek terhadap saraf
perifer, kolagen, keratin, dan suplai vaskuler. Dengan adanya
tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang
mengalami beban terbesar. Selanjutnya terbentuk kavitas yang
membesar dan akhirnya ruptur sampai permukaan kulit
menumbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan luka
abnormal menghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk
mengadakan kolonisasi didaerah ini. Drainase yang adekuat
menimbulkan closed space infection.
KLASIFIKASI
Klasifikasi ulkus kaki diabetic diperlukan untuk
berbagai tujuan diantaranya yaitu untuk
mengetahui gambaran lesi agar dapat dipelajari
lebih dalam tentang bagaimana gambaran dan
kondisi luka yang terjadi. Sistem klasifikasi
yang paling banyak digunakan pada ulkus
diabetikum adalah system klasfikasi wagner
meggid, system ini menilai luka berdasarkan
pada kedalaman luka.
KLASIFIKASI
Grade 0 Grade 1 Grade 2 Grade 3

Stage A Pre/post Luka Luka Luka


ulderasi, dengan superfisial, menembus menembus
jaringan epitel tidak ke tendon ke tulang
yang lengkap melibatkan atau kapsul atau sendi
tendon atau tulang
tulang

Stage B Infeksi Infeksi Infeksi Infeksi

Stage C Iskemia Iskemia Iskemia Iskemia

Stage D Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan Infeksi dan


iskemia iskemia iskemia iskemia
MANIFESTASI KLINIS
Tanda dan gejala ulkus diabetikum diantaranya daerah
akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh
peradangan dan biasanya teraba fulpasi arteri dibagian
distal. Proses mikroangipati menyebabkan sumbatan
pembuluh darah. Secara akut emboli memberikan
gejala klinis 5 P :
a. Paim (Nyeri)
b. Paleness (Kepucatan)
c. Paresphesia (Kesemutan)
d. Fulselessness (Denyut Nadi Hilang)
e. Paralislys (Lumpuh)
KOMPLIKASI
a. Infeksi
Infeksi kaki diabetes (diabetic food
infection/DFls) merupakan masalah yang
serius namun sering terjadi pada penderita
diabetes mellitus. Infeksi kaki diabetes
awalnya di sebabkan dari ulkus kaki
diabetikum yang kurang terawat sehinggan
mikroorganisme berkembangbiak dengan
cepat menyebabkan inflasi, timbul nanah, dan
bau tidak sedap.
KOMPLIKASI
b. Osteomyelitis
Inflamasi atau infeksi pada tulang dan sum-
sum osteomyelitis terjadi pada sekitar 15 %
penderita ulkus kaki diabetikum, dan 20%
pada pasien dengan infeksi kaki diabetes.
Osteomyelitis disebabkan karena adanya
pathogen dari infeksi dan oksigen yang
diperlukan jaringan untuk berfungsi secara
normal.
 
PENATALAKSANAAN
a. Strategi pencegahan
Strategi yang dapat dilakukan meliputi edukasi
kepada pasien, perawatan kulit, kuku, dan kaki
serta penggunaan alas kaki yang dapat
melindungi. Perawatan kuku yang dianjurkan
pada penderita resiko tinggi adalah kuku harus
dipotong secara transveral untuk mencegah kuku
yang tumbuh kedalam dan merusak jaringan
sekitar.
PENATALAKSANAAN
b. Penanganan ulkus
1. Tingkat 0 : pada tingkat ini meliputi edukasi kepada pasien
tentang bahaya dari ulkus dan cara pencegahan.
2. Tingkat 1 : memerlukan debridement jaringan nekrotik
atau jaringan yang infeksius.
3. Tingkat 2 : memerlukan debridement antibiotic yang
sesuai dengan hasil kultur, perawatan luka dan
pengurangan beban yang lebih berarti.
4. Tingkat 3 : memerlukan debridement yang sudah menjadi
gangren, amputasi sebagian, imobilisasi yang lebih ketat
dan pemberian antibiotic parenteral yang sesuai dengan
kultur .
5. Tingkat 4 : pada tahap ini biasanya memerlukan tindakan
amputasi sebagian atau seluruh kaki.
PERAWATAN LUKA
DIABETES
Assessment ( pengkajian )
1. Ukuran luka ( Panjang x Lebar x Kedalaman ), dengan
memperhatikan : ada tidaknya undermining/goa/rongga pada luka,
lokasi luka, stadium luka.
2. Warna dasar luka : merah ( luka bersih dengan vaskularisasi),
kuning (luka terkontaminasi ), hitam ( jaringan nekrosis )
3. Eksudat : serosa (bening, cairan plasma) purulent( tebak, kuning,
hijau, cokelat kemerahan, atau cokelat), serosanguinosa(campuran
serosa dan sanguinosa), sanguinosa (merah terah, mengindikasikan
perdarahan aktif)
4. Bau pada luka : toksikasi bakteri (E. Coli, Staphylococcus aureus,
clostridium)
5. Tepi luka: edema, nekrosis, callus, infeksi dan epibol (epitel yang
menutup)
6. Kulit sekitar luka ( rasa gatal, maserasi, odema atau
hiperpigmentasi)
7. Nyeri pada luka
Bandage / Dressing
(Penentuan Jenis Balutan)
Melindungi luka dari trauma dan infeksi. Kondisi lembab dapat
meningkatkan reepitelisasi 50% dibanding luka kering. Prinsip
pemilihan balutan :
1. Balutan yang dapat mempertahankan kondisi luka tetap
lembab
2. Balutan yang berdasarkan evaluasi klinis
3. Balutan yang mempertahankan kulit sekitar luka tetap
kering.
4. Balutan yang dapat mengontrol eksudat
5. Balutan yang mudah digunakan dan digunakan dan tidak
perlu sering diganti.
6. Balutan yang dapat mengisi tiap rongga dalam luka, sehingga
mencegah peningkatan invasi bakteri.
7. Efektivitas biaya untuk balutan dalam perawatan luka.
Care and Close
(perawatan dan penutupan luka)
Mengatasi perdarahan, mengeluarkan benda asing, menyediakan
temperature, kelembaban, dan keasamaan/pH dalam proses
penyembuhan luka.
1. Debridemen: sharp, mekanik, kimia, autolitik( berman,2008)
2. Pembersihan luka: mengeluarkan debris organik,
menghilangkan eksudat.
3. Pembalutan, tujuannya :
a) Melindungi luka dari trauma mekanik dan kontaminasi
bakteri.
b) Memperthankan keadaan lembab
c) Menyerap drain dan debris luka
d) Mencegah hemoragi
e) Imobilisasi luka
FASE PERAWATAN LUKA
Fase Penyembuhan Waktu Sel yang Fungsi atau
Luka berperan aktivitas
Hemostasis Segera Platelet Pembekuan darah
Inflamasi Hari 1 s.d 4 Neutrophil, Fagositosis
makrofag
Proliferasi ( granulasi Hari 4 s.d 21 Makrofag, Membentuk
dan kontraksi ) limfosit, kembali sel yang
angiosit, rusak,
neutrosit, memperbaiki
fibriblast, kembali fungsi
keratinosit kulit, penutupan
luka

Remodeling Hari 21 s.d 2 Fibrosit Meningkatkan


(maturasi) tahun kekuatan tensil
( tegangan)
jaringan
SEKIAN
DAN
TERIMAKASI
H

Anda mungkin juga menyukai