INSTRUMEN HUKUM LINGKUNGAN NASIONAL Perencanaan, Dokumen Lingkungan dan Perizinan Dr. H. Anwar Hidayat, S.H., M.H RENCANA PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (RPPLH) DAN EKOREGION
Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disingkat
RPPLH adalah perencanaan tertulis yang memuat potensi, masalah lingkungan hidup, serta upaya perlindungan dan pengelolaan dalam kurun waktu tertentu
RPPLH dibentuk dalam produk hukum berupa:
RPPLH Nasional dibentuk dalam Peraturan Pemerintah, RPPLH Provinsi dibentuk dalam Peraturan Daerah Provinsi, dan RPPLH Kabupaten/Kota dibentuk dalam Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota
Penyusunan RPPLH sebagai tindakan perencanaan terhadap perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dapat dilakukan dengan memenuhi 5 (lima) komponen dari proses yang dinamis dan interaktif untuk pengelolaan sumber daya alam dan perlindungan lingkungan hidup, yaitu inventarisasi, evaluasi, perencanaan, pengelolaan dan pemantauan. Pasal 5 UU PPLH yang mencantumkan bahwa perencanaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan melalui tahapan: inventarisasi lingkungan hidup, penetapan wilayah ekoregion, dan upenyusunan RPPLH (Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup).
Penyusunan RPPLH sebagai upaya perencanaan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian dari perencanaan pembangunan nasional sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Karena itu RPPLH saling terkait dengan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Jangka Panjang (RPJM & RPJP) dan Rencana Tata Rencana Wilayah (RTRW). Untuk pemerintah daerah, RPPLH dikaitkan dengan RPJMD, RPJPD dan RTRW Daerah 1.KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), yang selanjutnya disingkat KLHS adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.16 Instansi yang berwenang menyusun KLHS adalah Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota sesuai dengan wilayah administratifnya. Namun dalam kewenangan penyusunan harus saling berkaitan dan saling mendukung agar terjadi keserasian dan keharmonisan kondisi dan wilayahnya KLHS SEBAGAI RANGKAIAN ANALISIS YANG SISTEMATIS TENTANG POTENSI LINGKUNGAN HIDUP
1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan, 2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup, 3. Kinerja layanan/jasa ekosistem, 4. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam, 5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim, dan 6. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati. Dalam praktek selama ini, upaya mencegah kerusakan lingkungan akibat pembangunan hanya didasarkan pada Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Tapi sebagai bentuk pencegahan, hal itu belum dianggap optimal untuk mencegah pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Karena itu, pemerintah melalui UUPPLH mewajibkan pemerintah, pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota menyusun KLHS. 1.BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP
Baku Mutu Lingkungan Hidup yang selanjutnya disingkat BMLH adalah
ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam suatu sumber daya tertentu sebagai unsur suatu lingkungan hidup.20 Istilah BMLH dapat menimbulkan pengertian yang ambivalen. Banyak orang yang lebih sering menggunakan istilah nilai ambang batas. Nilai ambang batas adalah batas tertinggi dan terendah dari kandungan zat-zat, makhluk hidup atau komponen-komponen lain dalam setiap interaksi dalam lingkungan, khususnya yang mempengaruhi mutu lingkungan. Dengan kata lain, nilai ambang batas merupakan batas-batas daya dukung, daya tenggang dan daya toleransi atau kemampuan lingkungan. Macam Macam Baku Mutu Baku Mutu Air, Baku Mutu Air Limbah, Baku Mutu Air Laut, Baku Mutu Udara Ambien, Baku Mutu Udara Emisi, Baku Mutu Gangguan, dan Baku Mutu lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. ANALISIS RISIKO LINGKUNGAN Pasal 47 UUPPLH menyatakan “Setiap usaha dan/atau kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan hidup, ancaman terhadap ekosistem dan kehidupan, dan/atau kesehatan dan keselamatan manusia wajib melakukan analisis risiko lingkungan”. Analisis risiko yang diatur dalam Pasal 47 ini merupakan prosedur yang digunakan untuk mengkaji pelepasan dan peredaran produk genetik dan pembersihan (clean up) limbah B3 Resiko lingkungan memperkirakan risiko terhadap organisme, sistem, atau populasi (sub) dengan segala ketidakpastian yang menyertainya, setelah terpapar oleh agen tertentu, dengan memperhatikan karakteristik agen dan sasaran yang spesifik. Menekankan proses keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan untuk mengurangi risiko lingkungan dan keuntungan yang diperoleh dari berkurangna risiko lingkungan tersebut.33 Jadi intinya analisis risiko lingkungan adalah proses prediksi kemungkinan dampak negatif yang terjadi terhadap lingkungan sebagai akibat dari kegiatan tertentu. Penggunaan Analisis Risiko Lingkungan ini akan mempermudah pihak managemen kegiatan atau usaha dalam pengelolaan audit atau evaluasi yang menjadi patokan dalam penilaian ketaatan suatu usaha atau kegiatan. PERIZINAN LINGKUNGAN Izin Lingkungan Izin lingkungan adalah izin yang diberikan kepada setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang wajib AMDAL atau UKL-UPL dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup sebagai prasyarat memperoleh izin usaha dan/atau kegiatan.
Izin Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Izin PPLH)
Izin PPLH terdiri atas beberapa perizinan di bidang pengelolaan lingkungan dan menjadi syarat perizinan yang harus dimiliki oleh pelaku usaha dan tercantum dalam Izin Lingkungan, misalnya Izin Pembuangan Air Limbah, Izin Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.