Terbentuknya OJK Sejarah Bank Sentral Bank sentral, dalam pengertian umum adalah sebuah lembaga yang diserahi tugas untuk mengontrol sistem keuangan dan perbankan. Secara historis, Bank Sentral tertua di dunia adalah Sveriges Riskbank di Swedia dan Bank of England di Inggris yang berdiri sejak abad ketujuh belas. Di Indonesia sendiri Bank Sentral yang pertama kali didirikan dikenal dengan nama De Javasche Bank yang bertindak sebagai bank sirkulasi di Hindia Belanda sejak 24 Januari 1828. Setelah kemerdekaan Indonesia, De Javasche Bank dinasionalisasikan menjadi Bank Indonesia dan berada di bawah pemerintah Indonesia sesuai dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1953 tentang Penetapan Undang-Undang Pokok Bank Indonesia. Peranan Bank Sentral Peran bank sentral mengalami evolusi yang beragam tergantung pada perkembangan ekonomi, sosial politik dan tuntutan masyarakat pada eranya. Berikut merupakan peran Bank Sentral : 1. Bank Sentral bertugas untuk menjaga stabilitas moneter melalui instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka. 2. Bank Sentral memiliki peran yang penting dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat. 3. Bank Sentral memiliki wewenang untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. 4. Bank Sentral memiliki fungsi riset dan pemasaran, dengan fungsi ini bank sentral memiliki akses terhadap informasi- informasi yang dinilai berisiko bagi stabilitas keuangan. Sejarah Bank Indonesia Sejarah Bank Indonesia adalah dimulai pada tahun 1828, tepatnya saat masa pemerintahan Hindia-Belanda dengan didirikannya De Javasche Bank. Pada Tahun 1951, muncul desakan kuat untuk mendirikan bank sentral sebagai wujud kedaulatan ekonomi Republik Indonesia sehingga Pemerintah memutuskan untuk membentuk Panitia Nasionalisasi DJB. Pada 1 Juli 1953 Pemerintah Ri menerbitkan UU No.11 Tahun 1953 tentang Pokok Bank Indonesia, De Javasche Bank berganti nama menjadi Bank Indonesia dan mengalihfungsikannya. Pada tahun 1968, UU yang mengatur tentang Bank Indonesia diterbitkan oleh pemerintah dan berisi aturan tentang tugas dan kedudukan Bank Indonesia. Undang-Undang tersebut di antaranya juga bertujuan sebagai pembeda dengan bank-bank komersial lainnya. Memasuki era baru pada tahun 1999, wewenang dan tugas utama baru Bank Indonesia adalah mencapai dan menjaga nilai rupiah agar tetap stabil yang diatur dan ditetapkan melalui Undang-Undang No. 23 Tahun 1999. Kemudian, pemerintah melakukan amandemen dengan menerbitkan Perpu Pengganti UU No.2 Tahun 2008 terkait perubahan kedua atas UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia sebagai solusi untuk memelihara stabilitas sistem keuangan negara. Kelembagaan Bank Indonesia Perkembangan kelembagaan bank sentral tidak terlepas dari hasil implementasi dari konsep free banking system dengan central banking system. Konsep free banking system adalah setiap bank bebas mengeluarkan bank note, menerima deposit dan memberikan pinjaman/kredit. Sedangkan dalam konsep central banking diciptakan suatu lembaga sentral dari bank untuk sentralisasi pengeluaran bank note. Kelembagaan, tujuan, tugas dan peran bank sentral juga mengalami penyesuaian seiring dengan perkembangan ekonomi, sosial, dan politik yang terjadi. Pada umumnya, kontribusi terpenting dari bank sentral dalam perekonomian adalah di bidang moneter, perbankan, dan yang paling konvensional adalah di bidang sistem pembayaran suatu negara atau kawasan. Bank sentral sebagai lembaga sentral ditugaskan untuk mengambil kebijakan dan melakukan tindakan yang memihak pada kepentingan pemegang kedaulatan negara, yaitu mencapai dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat suatu negara atau kawasan. Kelembagaan bank sentral telah banyak berkembang sejak pertama kali muncul sekitar 400 tahun lalu. Awalnya, bank sentral berperan sebagai penyimpan dan penyortir uang koin dan pada beberapa kasus tertentu menjadi sumber dana untuk perang. Seiring waktu fungsi bank sentral berkembang menjadi penerbit uang, sebagai bank untuk pemerintah dan bank yang lain, pengawas sistem keuangan, pengawas bank, serta pembuat kebijakan moneter. Peran BI Pasca Terbentuknya OJK Undang-Undang No 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan yang menyebutkan bahwa banyaknya permasalahan lintas sektoral di sektor jasa keuangan semakin mendorong diperlukannya pembentukan lembaga pengawasan di sektor jasa keuangan yang terintegrasi. Dalam Pasal 34 Undang-undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, disebutkan bahwa tugas Bank Indonesia (BI) sebagai pengawas perbankan hanya sampai pada tahun 2002, yang kemudian tugas mengawasi bank akan dilakukan LPJK (Lembaga Pengawas Jasa Keuangan) yang independen dan dibentuk undangundang. Penyatuan semua lembaga yang mengatur dan mengawasi lembaga keuangan (BI dan Bapepam-LK) diharapkan dapat memberikan perlakuan yang sama bagi semua jenis industri keuangan dan semua bentuk hukum kepemilikannya . Penyatuan itu sekaligus diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan mengatasi keterbatasan tenaga profesional serta memudahkan koordinasi antarlembaga yang selama ini berdiri sendiri. Alasan Departemen Keuangan berkeinginan untuk memisahkan fungsi pengawasan dari Bank Indonesia dan menggabungkannya ke lembaga pengawas jasa keuangan adalah sebagai berikut : 1. Sistem keuangan yang bertumpu pada satu sektor keuangan beresiko menimbulkan systemic risk. 2. Kelemahan regulasi dan supervisi terhadap konglomerasi sektor keuangan. 3. Globalisasi sektor keuangan yang menyebabkan banyaknya transaksi finansial antar negara sehingga masuknya lembaga keuangan asing dapat mengancam sektor keuangan domestic. 4. Pemberantasan money laundering. 5. Berkembangnya produk lembaga keuangan (misalnya produk unit link dan universal banking) yang saling berkaitan sehingga menyulitkan otoritas untuk membuat batas demarkasi kewenangan. Thank You for Your Attention