Sediaan Rektum
Nama kelompok
Gustin Nur Fatimah 1012019007
Herinda Rizki M 1012019008
Naomi Herdian 1012019012
Pengertian
• Rektum (Bahasa Latin: regere, "meluruskan, mengatur") adalah organ terakhir dari usus besar pada
beberapa jenis mamalia yang berakhir di anus.
• Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
• Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu
sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi.
• Ketika ada limbah seperti gas atau tinja masuk ke dalam rektum, akan ada sensor yang
mengirimkan rangsangan ke otak. Selanjutnya, sistem saraf pada otak akan memberikan sinyal
kapan gas atau tinja tersebut dikeluarkan. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan
dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak
terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.
Keuntungan sediaan rektal:
• Berguna untuk bayi, anak-anak, dan pasien yang tidak sadar yang kesulitan menelan obat oral.
• Menghindari metabolisme lintas pertama, misal lidokain, morfin.
• Dalam kasus mual dan muntah.
• Kontak obat dengan cairan pencernaan dihindari misalnya penisilin, vitamin.
• Obat-obatan yang menyebabkan iritasi atau ulserasi lambung dapat dihindari dengan memberikan
obat melalui rute ini misalnya aspirin, naproxen.
• Absorpsi obat dapat dengan mudah dihentikan jika terjadi overdosis yang tidak disengaja.
• Obat yang diberikan per rektum memiliki kerja lebih cepat daripada melalui rute oral dan
bioavailabilitas yang lebih tinggi.
Kerugian sediaan rektal
• Banyak obat yang diabsorbsi dengan buruk atau tidak menentu di seluruh mukosa rektum.
• Masalah disolusi karena jumlah cairan rektum yang sedikit.
• Rute per rektum tidak nyaman dan tidak disukai oleh pasien.
• Perkembangan proktitis yaitu inflamasi rektum.
ANATOMI FISIOLOGI REKTUM
• Rektum adalah segmen anatomi terakhir sebelum anus yang merupakan bagian distal usus besar.
• Rektum memiliki panjang pada manusia dewasa rata-rata 15-19 cm, 12-14 cm bagian pelvinal
sampai 5-6 cm bagian perineal, pada bagian teratas dibungkus dengan lapisan peritoneum. Sedang
pada bagian bawah tidak dibungkus dengan peritoneum maka disebut dengan rectum ampula. Yaitu
membrane serosa yang melapisi dinding rongga abdomen dan pelvis dan melapisi visera. Kedua
lapisan tersebut enutupi ruang potensial, rongga peritoneum. Anal canal memiliki panjang 4-5 cm.
ANATOMI FISIOLOGI REKTUM
•
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI SEDIAAN REKTAL
A. Faktor fisiologis
1. Jumlah cairan disolusi yang tersedia
• Volume cairan yang sangat kecil (3 mL) dalam kondisi normal.
• Hanya di bawah kondisi non-fisiologis (berpenyakit) volume ini diperbesar.
• Karenanya absorpsi obat yang sedikit larut akan membatasi laju disolusi, misalnya fenitoin.
2. Sifat mukus rektal
• Sifat seperti komposisi, viskositas, tegangan permukaan, pH memiliki pengaruh besar terhadap bioavailabilitas obat.
3. Kandungan kolon
• Absorpsi obat akan lebih besar ketika rektum kosong.
4. Motilitas dinding rektal
• Saat tubuh tegak, organ perut menekan ke rektum yang menstimulasi penyebaran dan meningkatkan absorpsi.
• Motilitas otot dinding rektal juga membantu meningkatkan aborpsi.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ABSORBSI SEDIAAN
REKTAL
B.Faktor fisikokimia
1.Kelarutan
• Semakin tinggi kelarutannya, semakin tinggi laju disolusi, semakin tinggi pula absorpsinya.
2. Derajat ionisasi
• Pada pH basa mukosa rektal, obat-obat basa berada dalam bentuk tidak terion sehingga akan mudah diabsorbsi.
3. Ukuran partikel
• Semakin kecil ukurannya, semakin baik disolusinya sehingga lebih baik absorpsinya. Ukuran partikel ideal seharusnya 50-100 µm.
4. pH
• pH mukosa rektal sedikit basa (7-8) sehingga obat basa diabsorbsi lebih cepat daripada obat asam.
5. Koefisien partisi
• Semakin besar koefisien partisi, semakin besar pula absorpsi obat.
BENTUK SEDIAAN REKTAL
• Bentuk sediaan obat yang digunakan adalah larutan, suppositoria dan salep.
• Penggunaan salep pada rektum ditujukan untuk efek lokal atau sistemik,sedangkan yang bentuk larutan
digunakan untuk larutan pembersih atau cairan urus-urus.
• Rektum dan kolon mampu menyerap banyak obat yang diberikan secara rektal untuk tujuan memperoleh
efek sistemik, hal ini dapat menghindari perusakan obat atau obat menjadi tidak aktif karena pengaruh
lingkungan perut dan usus.
• Suppositoria rektal dimaksudkan untuk kerja lokal dan paling sering digunakan untuk menghilangkan
konstipasi dan rasa sakit, iritasi, rasa gatal,dan radang sehubungan dengan wasir atau kondisi anorektal
lainnya.
• Supositoria rektal untuk dewasa yaitu meruncing pada satu atau kedua ujungnya dan biasanya berbobot kira-
kira 2 gram. Supositoria rektal untuk bayi biasanya emiliki berat kira-kira ½ dari supositoriauntuk dewasa.
REVIEW JURNAL BIOAVAILABILITAS SEDIAAN REKTAL