DIGITAL
UU
ITE
KELOMPOK
2
1. REFANDAH PUSPITASARI
20051214004
20051214036
SISTEM INFORMASI 2020-B
3. FEBRI PUJIANI
Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik merupakan
Undang-undang yang mengatur tentang Informasi Elektronik
dan Transaksi Elektronik. Informasi Elektronik diartikan sebagai
satu atau sekumpulan data elektronik, termasuk pada tulisan,
suara, gambar, peta, rancangan, foto, electronic data
interchange, surat elektronik (electronic mail/e-mail),
UU ITE baru ada di Indonesia dan telah disahkan oleh DPR RI pada tanggal 21 April 2008. UU ITE terdiri dari
13 Bab dan 54 Pasal yang mengupas secara mendetail bagaimana aturan hidup di dunia maya dan transaksi
yang terjadi didalamnya. Pada awalnya kebutuhan akan Cyber Law di Indonesia berangkat dari mulai
banyaknya transaksi-transaksi perdagangan yang terjadi lewat dunia maya. Atas transaksi-transaksi tersebut,
sudah sewajarnya konsumen, diberikan perlindungan hukum yang kuat agar tidak dirugikan, mengingat
transaksi perdagangan yang dilakukan di dunia maya sangat rawan penipuan, dan dalam perkembangannya,
UU ITE yang rancangannya sudah masuk dalam agenda DPR, terus mengalami penambahan, termasuk
perlindungan dari serangan hacker, pelarangan penayangan content yang memuat unsur-unsur pornografi,
pelanggaran kesusilaan, pencemaran nama baik, dan penghinaan.
Asas UU
ITE 2
Pemanfaatan Teknologi ITE dilaksanakan berdasarkan asas kepastian
hukum, manfaat, kehati-hatian, iktikad baik, dan kebebasan memilih
teknologi atau netral teknologi. 3
4
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan publik
Apabila melihat dari kasus tersebut, terdakwa dapat dipidana jika memenuhi unsur yang ada dalam Pasal
27 ayat (3) UU ITE, di mana pengertian dari pencemaran nama baik merujuk pada pasal- pasal mengenai
penghinaan yang diatur dalam KUHP. Dalam membuktikan apakah adanya penghinaan atau pencemaran
nama baik, konten dan konteks dari suatu informasi dianggap penting untuk ditelaah dan penilaiannya
bersifat subjektif karena hanya dapat dinilai oleh orang yang bersangkutan.
Artinya, target sasaran dari konten itulah yang menjadi korban dan hanya korban yang dapat menilai
apakah konten tersebut mengandung unsur penyerangan terhadap kehormatannya. Sedangkan secara
konteks, dapat dinilai secara objektif melalui maksud dan tujuan pelaku atas pembuatan dan
penyebarluasan konten tersebut.
Contoh Kasus UU
ITE
Contoh lainnya adalah Buni Yani sehubungan dengan penyebaran video pidato Basuki Tjahaja
2 Purnama ketika masih menjabat sebagai Gubernur DKI pada tahun 2016. Berdasarkan laman
berita nasional.kompas.com, Buni Yani diduga mengedit video BTP ketika sedang berpidato,
dimana pidato tersebut menggunakan salah satu ayat Surat Al Maidah. Video tersebut diduga
diedit sehingga dianggap memiliki makna berbeda, meskipun Buni Yani membantah melakukan
hal tersebut.
Perbuatan Buni Yani tersebut dinilai memenuhi unsur Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 28 ayat (2) UU
ITE dengan melakukan ujaran kebencian dan mengedit isi video pidato BTP. Atas perbuatannya
tersebut, Buni Yani divonis bersalah dan dijatuhi hukuman penjara 1,5 tahun oleh Pengadilan
Negeri Bandung.
Dampak Positif UU
ITE
UU ITE dapat mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan internet yang merugikan,
memberikan perlindungan hukum terhadap transaksi dan sistem elektronik serta
memberikan perlindungan hukum terhadap kegiatan ekonomi misalnya transaksi dagang.
Penyalahgunaan internet kerap kali terjadi seperti pembobolan situs-situs tertentu milik
pemerintah. Kegiatan ekonomi lewat transaksi elektronik seperti bisnis lewat internet juga
dapat meminimalisir adanya penyalahgunaan dan penipuan.
UU ITE juga memungkinkan kejahatan yang dilakukan oleh seseorang di luar Indonesia
dapat diadili. Selain itu, UU ITE juga membuka peluang kepada pemerintah untuk
mengadakan program pemberdayaan internet. Masih banyak daerah-daerah di Indonesia
yang kurang tersentuh adanya internet.Undang-undang ini juga memberikan solusi untuk
meminimalisir penyalahgunaan internet.
Dampak Negatif UU
ITE
Selain memiliki sisi positif UU ITE ternyata juga terdapat sisi negatifnya. Contoh kasus Prita
Mulyasari yang berurusan dengan Rumah Sakit Omni Internasional juga sempat dijerat
dengan undang-undang ini. Prita dituduh mencemarkan nama baik lewat internet. Padahal
dalam undang-undang konsumen dijelaskan bahwa hak dari konsumen untuk
menyampaikan keluh kesah mengenai pelayanan publik.
Dalam hal ini seolah-olah terjadi tumpang tindih antara UU ITE dengan UU konsumen. UU
ITE juga dianggap banyak oleh pihak bahwa undang-undang tersebut membatasi hak
kebebasan berekspresi, mengeluarkan pendapat, dan menghambat kreativitas dalam
berinternet. Padahal sudah jelas bahwa negara menjamin kebebasan setiap warga negara
untuk mengeluarkan pendapat. Undang-undang ini menimbulkan suatu polemik yang cukup
panjang. Maka dari itu muncul suatu gagasan untuk merevisi undang-undang tersebut.
Terima
Kasih
Kesimpulan
UU ITE dibentuk dengan tujuan agar dapat
mengantisipasi kemungkinan penyalahgunaan
internet yang merugikan, memberikan perlindungan
hukum terhadap transaksi dan sistem elektronik
serta memberikan perlindungan hukum terhadap
kegiatan ekonomi.