PPH PASAL 21 Pajak Penghasilan Pasal PENGER TIAN 21 (PPh 21) merupakan jenis pajak yang dikenakan terhadap penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima oleh pegawai, bukan pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan lain sebagainya. PENGERTIAN Menurut UU Pajak Penghasilan (PPh) Nomor 36 PPH PASAL 22 tahun 2008, Pajak Penghasilan Pasal 22 (PPh Pasal 22) adalah bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang dilakukan satu pihak terhadap wajib pajak dan berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang Subjek Pajak Pasal 21 & 22 Kategori subjek yang dikenakan PPh 21 ini seperti pegawai, bukan pegawai, penerima pensiun maupun pesangon, anggota dewan komisaris, mantan pekerja dan peserta kegiatan.
Secara spesifik, subjek pajak PPh Pasal 22 meliputi Badan
Usaha (industri semen, kertas, baja, otomotif, dan farmasi), Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), produsen atau importir bahan bakar minyak, badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri baja, dan pedagang pengumpul (pengumpul hasil hutan, perkebunan, pertanian, dsb. Objek PPh Pasal 21 • Imbalan kepada Bukan Pegawai yang melakukan pemberian jasa. • Imbalan kepada peserta kegiatan. • Penghasilan anggota Dewan Komisaris atau Dewan Pengawas non pegawai. • Pembayaran kepada mantan pegawai. • Penarikan dana pensiun oleh pegawai. • Penghasilan Pegawai Tetap. • Penghasilan teratur penerima pensiun. • Pembayaran sekaligus uang pesangon, pensiun, THT, JHT selepas 2 tahun sejak berhenti bekerja. • Upah pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas secara harian, mingguan, satuan, borongan atau yang dibayarkan secara bulanan. Objek PPh Pasal 22 1. Impor barang 2. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan oleh Dirjen Anggaran, Bendaharawan Pemerintah (Pusat&Daerah) 3. Pembayaran atas pembelian barang yang dilakukan BUMN&BUMD yang dananya dari belanja negara dan/ belanja daerah 4. Penjualan hasil produksi di dalam negeri yang dilakukan oleh badan usaha yang bergerak di bidang industri semen, rokok, kertas, baja, dan otomotif 5. Penjualan hasil produksi yang dilakukan oleh Pertamina dan badan usaha lain selain Pertamina yang bergerak di bidang BBM jenis premix dan gas 6. Pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor industri dan eksportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan dari pedagang pengumpul TARIF PPh Pasal 21 Tarif pajak yang dimuat pada PPh Pasal 21 dibebankan kepada Wajib Pajak yang telah berpenghasilan. Namun, sebelumnya Anda harus mengetahui terlebih dahulu tentang besaran Penghasilan Kena Pajak (PKP) PPh Pasal 21 yang diatur dalam peraturan Direktorat Jenderal Pajak sebagai berikut.
1. Penghasilan Kena Pajak (PKP)
Menurut Peraturan Direktorat Jenderal Pajak No. PER-32/PJ/2015 Penghasilan Kena Pajak adalah pegawai tetap dan penerima pensiun berkala dikenakan PKP sebesar Penghasilan Netto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru. Sementara pegawai tidak tetap dikenakan PKP sebesar Penghasilan Bruto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terbaru. 2. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) merupakan pendapatan yang tidak dikenai Pajak Penghasilan seperti yang termuat dalam PPh Pasal 21. Menurut Direktorat Jenderal Pajak, Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dijelaskan sebagai pengeluaran untuk memenuhi kebutuhan dasar Wajib Pajak beserta keluarga, dalam satu tahun. Maka tidak termasuk dalam PPh Pasal 21. Tarif PPh Pasal 22 1. Atas impor kedelai, gandum, dan tepung terigu oleh importir yang menggunakan API = 0,5% x nilai impor. 2. Atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor dari pedagang pengumpul ditetapkan = 0,25 % x harga pembelian (tidak termasuk PPN) 3. Atas pembelian barang yang dilakukan oleh DJPB, Bendahara Pemerintah, BUMN/BUMD = 1,5% x harga pembelian (tidak termasuk PPN dan tidak final.) 4. Atas penjualan hasil produksi ditetapkan berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, yaitu: • Kertas = 0.1% x DPP PPN (Tidak Final) • Semen = 0.25% x DPP PPN (Tidak Final) • Baja = 0.3% x DPP PPN (Tidak Final) • Otomotif = 0.45% x DPP PPN (Tidak Final) PERHITUNGAN PPH PASAL 21 Pak Haris di tahun 2019 bekerja di PT. Jaya Sari dengan memperoleh gaji Rp. 4.000.000 sebulan. Ia membayar iuran pensiun sebesar Rp. 200.000 . Pak Haris tidak menikah dan tidak mempunyai anak dan istri. Akan tetapi ia mengikuti Jamkrida, premi kecelakaan Rp. 10,000 dan premi Jaminan kematian Rp. 5.000. hitunglah PPH Pasal 21 !! gaji Pak Haris Rp. 4.000.000 jam krida premi kecelakaan Rp. 10.000 premi jaminan kematian Rp. 5.000 +
Penghasilan Neto Setahun 12 x 3.614.250 Rp. 43.371.00 Wajib pajak sendiri ( neto setahun – neto sebulan ) Rp. 39.756.750 Gaji Sebulan x 12 Rp . 48.180.00 PKP ( Gaji – Neto pertahun ) Rp. 4. 809.000
PPH PASAL 21 5 % x 4.809.000
= 240.450 PPH PASAL 21/ bulan = 240.450 = 20.037,5 12 1. 5% untuk Nilai FOB ( Freight On Board) untuk barang Impor dari negara ASEAN 2. 10 % Nilai FOB untuk negara ASIA-Non ASEAN atau Australia China, Jepang, India, New Zealand, Taiwan dll 3. 15% Nilai FOB untuk neara selain keduanya. Yaitu Eropa, USA, Africa, Rusia dan Canada Perhitungan PPh Pasal 22 PT. Ananda pada Juni 2016 melakukan impor kedelai menggunkan saran laut dari Amerika Serikat senilai USD30.000. Biaya asuransi dan angkut barang dari Amerika ke Indonesia masing-masing sebesar 0,5% dari harga faktur. Tarif bea masuk sebsar 15% dari CIF. Kurs yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan saat itu adalah USD1 = Rp11.000. Hitung PPh Pasal 22 yang harus dibayar oleh PT. Ananda. Jawab 1. menentukan nilai impor - Harga Faktur USD 30.000 - Biaya Asuransi 0,5 % x USD 30.000 USD 150 - Biaya angkut USD 4.500 + CIF (Cost, Insurance, Freight) USD 34.650 Bea Masuk 15 % x USD 34.650 USD 5.195, 50 + Nilai Impor USD 39.845,50
Nilai Impor (Dalam Rupiah) : USD 39.845,50 x Rp. 11.000 = Rp. 438.322.500
2. Menghitung PPh Pasal 22
0,5 % x Rp. 438.322.500 = Rp. 2.191.612,5
Kasus Soal PPh Pasal 21
Sri bergaji mingguan sebesar 400.000
dan beliau sudah menikah . Hitunglah PPh Pasal 21 Kasus Soal PPh Pasal 22 PT. Sejahtera meng-impor tepung terigu dari Thailand dengan harga USD 20.000. Asuransi yang dibayar di luar negeri sebesar 0,5% dari harga dan biaya angkut sebesar 10% dari harga. Bea masuk tambahan masing-masing 20% (USD 1 = Rp 10.000). Hitunglah PPh pasal 22 yang harus dibayar