Anda di halaman 1dari 25

PERIODONTITIS

KRONIS
OLEH : TUTORIAL 14
Anggota Kelompok :
- Dhilan Purna Aji (16-107)

- Syeifira Salsabila (16-108)

- M. Bintang Menara (16-109)

- Marisa Icha A.S. (16-110)

- Ninditha Cahya M. (16-111)

- Yumnaina Nurhadi (16-112)

- Julia Eka Putri A. (16-113)


Skenario 3
Periodontitis Kronis

Seorang pasien laki – laki usia 48 tahun datang ke dokter gigi dengan keluhan gusi mudah berdarah saat
menggosok gigi pada semua regio sejak 2 tahun yang lalu dan gigi goyang pada regio depan atas sejak 1 tahun
yang lalu. Riwayat kesehatan dan keluarga tidak dicurigai kelainan sistemik / alergi dan tidak merokok.
Pemeriksaan klinis terdapat banyak gigi malposisi dan diastema, akumulasi plak, deposit kalkulus supra dan
subgingiva. Pada beberapa regio terdapat inflamasi gingiva, perdarahan gingiva saat probing, poket ≥ 6 mm,
clinical attachment loss 3-4 mm, resesi gingiva 1-4 mm, kegoyangan pada gigi 22 derajat 2, dan furcation
involvement pada semua molar. Pemeriksaan radiografi menunjukkan kerusakan tulang moderat dengan adanya
resorbsi tulang alveolar panjang akar pola horisontal pada semua sektan. Defek pada intraosseus interdental pada
anterior atas dan keterlibatan furkasi pada molar rahang atas. Pasien menanyakan kepada dokter gigi tentang
penyakit yang diderita dan penyebabnya.
STEP 1 (clarifying unfamiliar terms)
• Furcation involvement : keterlibatan daerah furkasi pada suatu penyakit
periodontal.

• Intraosseous interdental : tulang yang terletak diantara dua gigi yang ditutupi
oleh interproximal gingiva.

• Sektan : bagian
STEP 2 (problem definition)
1) Apa saja faktor periodontitis kronis ?

2) Apa penyebab gingiva mudah berdarah saat menggosok gigi?

3) Apa yang menyebabkan resorbsi tulang alveolar?

4) ) Apa hubungan antara malposisi gigi, diastema dan penyakit periodontal ?

5) Bagaimana yang dimaksud dengan kegoyangan gigi derajat 2?

6) Apakah makna dari pemeriksaan klinis yang ada pada skenario?

7) Bagaimana patogenesis periodontitis kronis ?


STEP 3 ( Brainstorming) 
1) Faktor periodontitis kronis :

- Faktor utama: bakteri plak

- Faktor prediposisi: struktur anatomis gigi, kalkulus, restorasi kurang baik, merokok dan alat ortodonsi

- Faktor sistemik : penyakit sistemik sepert diabet, genetik

- Faktor lingkungan: psikologi: depresi dapat menyebabkan turunnya kadar glukortikoid sehingga menurunkan
jumlah sel mast, mososit, makrofag dan neutrofil sebagai agen peertahan tubuh dalam melawan jejas.
2) Gingiva saat menggosok gigi mudah berdarah karena pada saat terjadi periodontitis kronis, gingiva juga
mengalami inflamasi sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi. Peningkatan vaskularisasi berupa
proliferasi pembuluh darah dan tekstur gingiva pun mengalami perubahan sehingga ketika terjadi gesekan
saat menggosok gigi, iritasi tersebut meneyebabkan pembuluh darah teriritasi dan mudah mengalami
perdarahan.

3) Penyebab terjadinya resorbsi tulang alveolar yaitu adanya produk bakteri yang masuk ke dalam jaringan
menimbulkan respon inflamsi yang memicu pengeluaran sitokin oleh sel makrofag berupa PGE 2 yang
menginduksi terbentuknya osteoklas untuk meresorbsi tulang.
4) Hubungan antara malposisi gigi, diastema dengan penyakit periodontal antara lain:
- Diastema : adanya diastema dapat menyebabkan food debris dan akumulasi plak lebih banyak yang dapat
menjadi sumber bakteri hidup.
- Malposisi : gigi yang mengalami crowded akan susah untuk dibersihkan sehingga dapat menyebabkan
akumulasi plak lebih banyak selain itu malposisi juga menyebabkan kontak prematur gigi yang dapat
menyebabkan tekanan oklusi berlebih pada gigi.
5) Derajat gigi goyang :
- Derajat 1: kegoyangan gigi sedikit lebih dari gigi yang normal
- Derajat 2 : kegoyangan gigi sekitar 1 mm
- Derajat 3 : kegoyangan gigi lebih dari 1mm pada segala arah atau gigi dapat ditekan ke arah apikal
6) Makna dari pemeriksaan klinis dari skenario :
- Furcation involvement : pada gigi berakar lebih dari satu dapat dilakukan pemeriksaan kerusakan pada
tulang alveolar melalui titik diantara dua akar atau lebih dari gigi tersebut.
- Perdarahan gingiva : gingiva mengalami perdarahan saat probing karena adanya poket dan inflamasi pada
gingiva yang menyebabkan proliferasi pembuluh darah.
- Resesi gingiva : adanya kondisi terpaparnya akar gigi sekitar 1-4 mm.
- Pengukuran clinical attachment loss : pengukuran kehilangan perlekatan serat –serat junctional epitelium
yang menimbulkan adanya poket. Beberapa cara mengukur CAL :
1. Pada keadaan posisi puncak margin gingivas ejajar dengan CEJ. Kehilangan perlekatan epitel sama dengan
nilai kedalaman poket periodontal
2. Pada keadaan pembesaran gusi. Kehilangan perlekatan epitel adalah mengurangi nilai kedalaman poket
periodontal dengan jarak antara pucak margin gingiva ke CEJ.
3. Pada keadaan resesi gingiva. . Kehilangan perlekatan epitel adalah mngukur secara langsung jarak dari CEJ
ke dasar poket periodontal.

7) Patogenesis periodontitis kronis dimulai dari adanya faktor utama akumulasi plak paa gigi, bakteri plak dan
faktor predisposisi lainnya seperti kalkulus, merokok, restorasi kurang baik penyakit sistemik dan lain-lain.
Produk bakteri pada plak dapat menyebabkan inflamasi pada gingiva sehingga menyebabkan gingivitis.
Gingvitas apabila tidak ditangani akan meningkatkan mediator inflamasi dan menyebabkan destruksi jaringan
seperti resorbsi tulang selain itu kadar Matriks Mettaloproteinase (MMP) yang meningkat menyebabkan
perlekatan hilang dan tebentuknya poket periodontal.
STEP 4
(Mapping)
STEP 5
Learning Objective
1. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami definisi, etiologi dan faktor periodontitis kronis.

2. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami patogenesis periodontitis kronis.

3. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami gambaran klinis periodontitis kronis.

4. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami pemeriksaan klinis periodontitis kronis.

5. Mahasiswa mampu menjelaskan dan memahami perbedaan gingivitis dan periodontitis kronis.
 
STEP 7
1. Definisi, Etiologi dan Faktor Periodontitis Kronis

A. Definisi

Periodontitis kronis adalah penyakit infeksius multifaktoral dari struktur pendukung gigi yang
disebabkan dental plak. Biasanya merupakan perkembangan dari gingivitis namun tidak semua kasus gingivitis
berkembang jadi periodontitis.
B. Etiologi

Periodontitis kronis merupakan tahap paling lanjut dari penyakit gingiva dan disebabkan oleh
akumulasi plak dan oral hygiene yang buruk. Ketika kalkulus melekat di gigi selama waktu tertentu, bakteri di
dalam kalkulus tersebut akan memproduksi toksin. Toksin ini akan menyebabkan gingiva lepas dari gigi dan
menyebabkan pocketing, serta dengan segera racun tersebut meresorbsi tulang pendukung gigi.
C. Faktor
1) Faktor lokal
Akumulasi plak pada permukaan gigi dan gingiva pada pertautan dentoalveolar dipertimbangkan sebagai agen utama yang mengawali
etiologi gingivitis dan periodontitis kronis.
2) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi ini dapat terjadi pada beberapa keadaan seperti :
•Overhanging margin restorasi yang dapat meningkatkan akumulasi plak gigi
•Deposisi material alba, debris dan retensi makanan yang merupakan media yang sangat baik untuk perlekatan dan pertumbuhan bakteri.
•Jenis diet, terutama diet lunak, yang memudahkan lengket pada permukaan gigi.
•Stain gigi yang mengiritasi gingiva dan membuat permukaan gigi lebih kasar, sehinga memudahkan terbentuknya plak gigi.
•Karies gigi yang memudahkan retensi makanan dan pembentukan plak gigi.
•Merokok
2. Patogenesis Periodontitis Kronis

Periodontitis selalu berawal dari gingivitis namun gingivitis tidak selalu menjadi periodontitis.
Gingivitis dapat terjadi berawal dari adanya pelikel dan nantinya ditempeli bakteri sehingga menjadi plak dan
dapat menyebabkan inflamasi. Akumulasi plak pada gigi dapat menyebabkan respons inflamasi oleh jaringan
host dan juga dapat menjadi kalkulus. Inflamasi dapat terjadi karena adanya jejas dari bakteri maupun produk
bakteri yang berasal dari plak. Karena adanya bakteri pada plak, neutrofil dan makrofag pada jaringan akan
terstimulus untuk memfagosit jejas atau patogen tersebut. Neutrofil dan makrofag yang melakukan fagosit
patogen akan melepaskan sitokin pro inflamasi dan akan memicu terjadinya inflamasi pada gingiva. Beberapa
faktor host yang dikeluarkan oleh sel inflamasi dapat menyebabkan resorpsi tulang secara in vitro dan berperan
dalam penyakit periodontal, termasuk prostaglandin dan prekursornya, interleukin 1- dan -β, dan Tumor
Necrosis Factor (TNF)- yang dihasilkan oleh host.
IL-1 bertanggung jawab atas rusaknya jaringan ikat gingiva dengan memicu fibroblas untuk
mensekresi matriks metalloproteinase (MMP) sedangkan TNF-α memicu terjadinya resorpsi tulang. MMP yang
disekresi umumnya kalogenase yang mana menyebabkan rusaknya sabut kolagen pada jaringan ikat gingiva.
Selain itu, terjadi pelepasan lisozim oleh oleh neutrofil, limfosit, dan makrofag yang mengandung asam
hidrolase yang mana dapat merusak jaringan. TNF- α dapat menyebabkan resorpsi tulang karena TNF-α
utamanya berperan dalam mengaktivasi peningkatan aktivitas osteoklas tanpa diimbangi dengan osteoblas,
sehingga terjadilah resorpsi tulang alveolar.
3. Gambaran klinis periodontitis kronis

Gambaran klinis periodontitis kronis secara umum yaitu sebagai berikut :

•Terjadi diskolorasi dengan berubahnya warna gingiva yang normalnya coral pink berubah menjadi merah
kebiruan. Hal ini terjadi karena adanya bekunya sirkulasi darah yang terjadi di gingiva dan kerusakan dari serat
gingiva.

•Gingiva menjadi halus dan mengkilat. Hal ini terjadi karena stippling gingiva menghilang yang disebabkan
adanya edema dan epitel mengalami atrofi.

•Mengalami bleeding yang panjang. Hal ini terjadi karena peningkatan vascular dan epitel mengalami
degenerasi.
Periodontitis terbagi menjadi 3 tahap, yaitu early periodontitis, moderate periodontitis, dan advanced
periodontitis. :
a. Early periodontitis.
- Mulai terlepasnya gingiva dari permukaan gigi
- Perdarahan, pembengkakan dan inflamasi mulai terlihat
- Napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut
- Hilangnya sedikit perlekatan tulang
-Terbentuk poket sedalam 3-4 mm antara gigi dan gingiva pada satu daerah atau lebih
b. Moderate periodontitis
- Abses pada gingiva mulai terbentuk
- Gigi terlihat lebih panjang akibat gingiva yang mulai mengalami resesi
- Gigi depan mulai bergeser dan terbentuk diastema
- Napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut
- Poket antara gigi dan gingiva kira-kira sedalam 4-6 mm
c. Advanced periodontitis.
- Gigi goyang bahkan tanggal
- Napas berbau, rasa tidak enak dalam mulut yang menetap
- Akar gigi terbuka dan sensitif terhadap panas dan dingin
- Poket antara gigi dan gingiva telah mencapai kedalaman 6 mm

Berdasarkan tingkat keparahan periodontitis:


1) Slight (mild) periodontitis: Kerusakan periodontal secara umum dipertimbangkan ringan ketika kehilangan
perlekatan yang terjadi tidak lebih daripada 1 hingga 2 mm.
2) Moderate periodontitis: Kerusakan periodontal secara umum dipertimbangkan sedang ketika 3 hingga 4
mm kehilangan perlekatan klinis terjadi.
3) Severe periodontitis: Kerusakan periodontal dipertimbangkan parah ketika 5 mm atau lebih kehilangan
perlekatan klinis telah terjadi.
1) Localized periodontitis: Periodontitis dipetimbangkan sebagai localized ketika kurang daripada 30% dari
sisi yang dinilai dalam mulut memperlihatkan kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang.
2) Generalized periodontitis: Periodontitis dipertimbangkan generalized ketika 30% atau lebih dari sisi
yang dinilai dalam mulut memperlihatkan kehilangan perlekatan dan kehilangan tulang. Pola kehilangan
tulang diamati dalam periodontitis kronis dapat berupa vertikal (angular) ketika kehilangan perlekatan dan
tulang pada salah satu permukaan lebih besar daripada permukaan yang berdekatan atau horisontal, ketika
kehilangan perlekatan dan tulang berlanjut pada tingkat seragam pada sebagian besar permukaan gigi.
4. Pemeriksaan Periodontitis Kronis
1)Pemeriksaan menggunakan probing depth. Alat ini dimasukkan ke dalam sulkus gingiva. Sulkus gingiva normal
memiliki kedalaman 2-3 mm, apabila kedalaman sulkus gingiva melebihi 2-3 mm bias dikatakan sudah terdapat
poket periodontal.
SBI (Sulcus Bleeding Index) merupakan perdarahan pada sulkus setelah probing seperti terjadi eritema,
pembengkakan dan edema. Keparahan kondisi dinyatakan dalam skala 0 sampai 5 :
- 0: tidak ada perdarahan
- 1: perdarahan probing, terlihat sehat
- 2: perdarahan probing, perubahan warna, tidak ada edema
- 3: perdarahan probing, perubahan warna, edema sedikit
- 4: perdarahan probing, perubahan warna, edema jelas
-5: perdarahan probing, perubahan warna, edema mencolok

2) Pemeriksaan mobilitas gigi. Mobilitas gigi diperiksa menggunakan dua handle dari hand instrument yang
diletakkan di bukal dan lingual. Gigi digerakkan buko-lingual dengan instrument dan derajat pergerakan gigi
dicatat. Namun, terdapat alat bernama akselerometer untuk mengukur resistensi gigi terhadap tekanan yang
diaplikasikan
3) Clinical Attachment Loss (CAL). Instrument yang digunakan untuk menenetukan keadaan perlekatan gingiva
yaitu probe, dimana probe digunakan mengukur jarak dari Cemento-Enamel Junction(CEJ) dalam arah apikal
kedasar saku/sulkus, Clinical Attaachment Loss juga digunakan untuk mengukur tingkat perlekatan ketika
gingiva margin masih berada dalam posisi normal.

4) Pemeriksaan penunjang menggunakn radiografi. Pola kerusakan tulang yang terlihat pada periodontitis kronis
dapat berbentuk vertical atau horizontal. Kerusakan secara vertical yaitu attachment dan bone loss pada satu
permukaan gigi lebih besar dari permukaan gigi yang berdekatan, sedangkan kerusakan horizontal yaitu
kerusakan attachment dan bone loss kehilangan pada jumlah yang sama pada sebagian besar gigi.

5) Furcation involvement ditunjukkan oleh radiolusensi triangular pada daerah furkasi.


5. Perbedaan Gingivitis dan Periodontitis Kronis
- Karateristik klinis dari gingivitis (peradangan gingiva) dapat dilihat dari :
a. Warna gingiva, terjadi perubahan dari warna pink (merah muda) ke warna merah, merah tua, merah
kebiruan pada gingval tepit an meluas sampai gingival cekat.
b. Kontur gingiva, terjadi perubahan bentuk gingiva dari bentuk normal seperti kerah baju (lancip) menjadi
membulat dan datar.
c. Tekstur gingiva, terjadi pengurangan stippling (gambaran seperti kulit jeruk).
d. Konsistensi, terjadi perubahan kekenyalan gingiva dari kenyal, lunak (odematus) menjadi fibrotik.
e. Ukuran gingiva, dari yang normal sampai membesar dan menyebabkan terjadinya proliferasi jaringan
(didukung dengan hasil radiograf).
f. Tendensi perdarahan, dapat diliat pada saat gigi, bila berdarah maka terdapat proses inflamasi.
g. Rasa sakit, terjadi bila ada pembengkakan.
h. Gingival pocket
Dibentuk oleh pembesaran gingiva tanpa merusak jaringan periodontal dibawahnya
- Gambaran klinis periodontitis yaitu terbentuknya suatu celah patologis disebut poket periodontal yang merupakan
pendalaman sulkus gingiva, disertai resorpsi tulang, dan pada keadaan yang lebih lanjut ditandai dengan kegoyangan
gigi dan migrasi patologik akibat kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar. Poket periodontal ada 2 jenis
yaitu: Suprabony (supracrestal atau supraalveolar), di mana bagian poket lebih ke arah korona Intrabony (infrabony,
subcrestal, intraalveolar), di mana bagian poket lebih ke arah apical.
Daftar Pustaka
Albandar JM, Brunelle JA, dan Kingman A. 1999. Destructive periodontal disease in adults 30
years of age and older in the United States, 1988-1994. J periodontal : 70(1)
Ireland, R. Clinical textbook of dental hygiene and therapy. Singapura: Blackwell Munksgaard.
2006. P 57-8.
Mealey,B.L., Rees, T.D.,Rose, L.F, dan Grossi, G.G., 2004. Systemic Factors Impacting The
Periodontium. In Periodontics Medicine, Surgery, and Implants. Elsevier Mosby. St.Louis,
Missouri..
Newman, Takei dan Klokkevold, Carranza,. 2012. Relationship Between Periodontal Disease and
Systemic Health. Carranza’s Clinical Periodontology. Missouri; E lsevier Saunders.
Quirynen M. Teughels W, Haake S. 2006.Microbiology of periodontal Disease. In: Carranza’s
Clinical periodontology (Newman MG, Klokkevold PR, Carranza FA, eds). St Louis: Saunders.

Anda mungkin juga menyukai