Anda di halaman 1dari 34

Persamaan Differensial Biasa

#1
DEFINISI DAN CONTOH PDB
Persamaan Differensial Biasa (PDB)
• Persamaan Diferensial Biasa (PDB) adalah
persamaan yang melibatkan satu atau lebih
turunan fungsi satu peubah. Solusi dari PDB
adalah fungsi tertentu yang memenuhi
persamaan tersebut. Berikut beberapa contoh
PDB :
• dengan c adalah sembarang konstanta yang
tidak diketahui. Sehingga solusi PDB di atas
disebut juga solusi umum. Solusi khusus bisa
diperoleh bila ada lagi sebuah persamaan
yang merupakan syarat batasnya. Secara
umum, dapat ditulis:
sehingga diperoleh

Walaupun ada banyak metode untuk mencari solusi analitik dari


persamaan Diferensial Biasa (PDB), tetapi pada umumnya
terbatas pada PDB yang spesifik. Pada kenyataan-nya banyak
PDB yang tidak dapat dicari solusi analitiknya tetapi solusi
numeriknya dapat diperoleh.
Walaupun solusi analitik dapat diperoleh tetapi rumit, biasanya
lebih dipilih solusi numeriknya.
PDB dan PDS
• Persamaan diferensial dapat dibedakan
menjadi dua macam tergantung pada jumlah
variabel bebas. Apabila persamaan tersebut
mengandung hanya satu variabel bebas,
persamaan disebut dengan persamaan
diferensial parsial (PDP) atau biasa disebut
PDS (persamaan differensial sebagian).
Derajat (order) dari persamaan ditentukan
oleh derajat tertinggi dari turunannya.
Contoh PDB dan PDS ….1
• PDB berorder satu, karena turunan
tertingginya adalah turunan pertama.

• PDB berorder dua mengandung turunan


kedua sebagai turunan tertingginya, seperti
bentuk di bawah ini:
Contoh PDB dan PDS ….2
• Contoh persamaan diferensial parsial dengan
variabel bebas x dan t adalah:

• Misalkan suatu persamaan diferensial biasa


berorder satu, sebagai berikut:
(8.1)

• Penyelesaian dari persamaan tersebut adalah:


(8.2)
Contoh PDB dan PDS ….3
• yang memberikan banyak fungsi untuk
berbagai nilai koefisien C. Gambar 8.1,
menunjukkan beberapa kemungkinan dari
penyelesaian persamaan (8.2), yang
tergantung pada nilai C.
• Untuk mendapatkan penyelesaian tunggal
diperlukan informasi tambahan, misalnya nilai
y(x) dan atau turunannya pada nilai x tertentu.
Untuk persamaan order n biasanya diperlukan n
kondisi untuk mendapatkan penyelesaian
tunggal y(x).
Contoh PDB dan PDS ….4
• Apabila semua n kondisi diberikan pada
nilai x yang sama (misalnya x0), maka
permasalahan disebut dengan problem nilai
awal. Apabila dilibatkan lebih dari satu nilai x,
permasalahan disebut dengan problem nilai
batas. Misalnya persamaan (8.1), disertai
kondisi awal yaitu x = 0, nilai y = 1 atau:
(8.3)
Contoh PDB dan PDS ….5
• Substitusikan persamaan (8.3) ke dalam
persamaan (8.2) memberikan:
atau
Dengan demikian penyelesaian tunggal yang
memenuhi persamaan:
Contoh PDB dan PDS ….6
• Penyelesaian persamaan (8.1) dan
persamaan (8.3) adalah mencari nilai y
sebagai fungsi dari x. Persamaan diferensial
memberikan kemiringan kurva pada setiap
titik sebagai fungsi x dan y. Hitungan dimulai
dari nilai awal yang diketahui, misalnya di
titik (x0, y0).
• Kemudian dihitung kemiringan kurve (garis
singgung) di titik tersebut. Berdasar nilai y0 di
titik x0 dan kemiringan fungsi di titik-titik
tersebut dapat dihitung nilai y1 di titik x1
yang berjarak Δx dari x0. Selanjutnya titik (x1,
y1) yang telah diperoleh tersebut digunakan
untuk menghitung nilai y2 di titik x2 yang
berjarak Δx dari x1.
• Prosedur hitungan tersebut diulangi lagi
untuk mendapatkan nilai y selanjutnya,
seperti pada Gambar 8.2.
Contoh PDB dan PDS ….7
METODE EULER
Metode Euler
• Metode Euler adalah salah satu dari metode satu
langkah yang paling sederhana. Di banding
dengan beberapa metode lainnya, metode ini
paling kurang teliti. Namun demikian metode ini
perlu dipelajari mengingat kesederhanaannya
dan mudah pemahamannya sehingga
memudahkan dalam mempelajari metode lain
yang lebih teliti.
• Metode Euler dapat diturunkan dari Deret Taylor:
Metode Taylor …… 1
• Metode ini pada dasarnya adalah
merepresentasikan solusinya dengan
beberapa suku deret Taylor. Misalkan solusi
dari persamaan diferensial tersebut dapat
ditulis dalam bentuk deret Taylor:

• Bila hanya sampai suku pada Deret


Taylor, maka dinamakan metode Deret Taylor
orde-n .
Metode Taylor …… 2
• Metode Deret Taylor orde-1 disebut metode
Euler. Untuk mencari solusi numerik dari PDB:

• sepanjang selang [a, b ], dua suku pertama


pada deret Taylor yaitu:
• Sehingga dapat ditulis
Metode Taylor …… 3
yang dapat digunakan mulai t = a sampai ke t = b
dengan n -langkah yang panjang langkahnya
h = (b − a) /n .
• Co nto h: Tentukan x (2) dengan menggunakan Metode
Euler (n = 4) untuk persamaan diferensial

bila diketahui syarat awal x (1) = − 4

Penyelesaian
• Untuk memperoleh hampiran yang lebih akurat, dapat
digunakan Metode Deret Taylor orde yang lebih tinggi.
Perhatikan persamaan diferensial berikut ini:
Metode Taylor …… 4
• Bila PD tersebut diturunkan beberapa kali
terhadap t , diperoleh:
Metode Taylor …… 5
sehingga dapat diperoleh:
Metode Euler
Contoh Metode Euler ….. 1
Selesaikan persamaan di bawah ini:

• dari x = 0 sampai x = 4 dengan panjang


langkah x = 0,5 dan Δx = 0,25.
Contoh Metode Euler ….. 2
Penyelesaian:
• Penyelesaian eksak dari persamaan diatas adalah:

Penyelesaian numerik dilakukan secara bertahap


pada beberapa titik yang berurutan.
Dengan menggunakan persamaan (8.6), dihitung
nilai yi + 1 yang berjarak Δsx = 0,5 dari
titik awal yaitu x = 0. Untuk i = 0 maka persamaan
(8.6), menjadi:
Contoh Metode Euler ….. 3
Penyelesaian:
Dari kondisi awal, pada x = 0 nilai fungsi y(0)= 1,
sehingga:
Kemiringan garis di titik (x0 ; y0) adalah:

sehingga:
Contoh Metode Euler ….. 4
Penyelesaian:
Nilai eksak pada titik x = 0,5 adalah:

Jadi kesalahan dengan metode Euler adalah:


PDB#2
RUNGE-KUTTA
Runge-Kutta orde 2
• Penggunaan metode Taylor memerlukan
penurunan fungsi f (t, y ) secara analitik.
Berikut akan diperkenalkan metode untuk
menghasilkan y i dengan akurasi yang sama
seperti metode Taylor tanpa melakukan
penurunan terhadap fungsi f (t, y ). Metode
yang paling sederhana adalah metode
Runge Kutta orde 2 .
Runge-Kutta orde 2
• Perhatikan deret Taylor untuk y (t + h )
sebagai berikut:

• Bentuk y’(t ) dan y’’(t ) diubah menjadi bentuk


f (t, y ) dan turunan - turunan parsialnya.
• Perhatikan bahwa
(9.1)
Runge-Kutta orde 2
• Dengan menggunakan aturan rantai untuk
fungsi dua peubah persamaan dan mensubsti-
tusikan persamaan (9.1) ke bentuk berikut
diperoleh
Runge-Kutta orde 2
• Sehingga deret Taylor untuk y (t + h ) dapat
diubah menjadi sebagai berikut

• Perhatikan metode Runge - Kutta orde 2 yang


menggunakan kombinasi linear 2 fungsi untuk
menyatakan y (t + h ) :
(9.2)
Runge-Kutta orde 2
• Dengan

• Kita perlu mencari nilai - nilai A, B , P , Q


sehingga persamaan (9.2) akurat. Ekspansi
Taylor untuk fungsi dua peubah f 1 sebagai
berikut.
Runge-Kutta orde 2
• Substitusikan persamaan ini ke persamaan
(9.2) diperoleh persamaan untuk y (t + h )

sehingga diperoleh persamaan - persamaan


berikut
Runge-Kutta orde 2

• Solusi yang sesuai dengan keadaan ini adalah


Runge-Kutta orde 2
• Secara umum, metode Runge - Kutta orde 2
adalah sebagai berikut

• dengan
Runge-Kutta orde 4
• Dengan cara yang sama, diperoleh metode
Runge-Kutta orde 4 sebagai berikut

• dengan

Anda mungkin juga menyukai