Anda di halaman 1dari 40

IMPLEMENTASI UUBG

DAN UPAYA MEWUJUDKAN


RUMAH AMAN GEMPA

DIREKTUR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Jakarta 17 Nopember 2009

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA


LATAR BELAKANG
 Sebagian besar wilayah Indonesia mrpk daerah rawan gempa
dan kemungkinan terjadi bencana gempa sangat besar
 Resiko kerugian materi akibat gempa sangat besar, bahkan
mengancam keselamatan jiwa manusia
 Kondisi bahan bangunan dan konstruksi bangunan
perumahan rata-rata kurang memenuhi persyaratan
bangunan tahan gempa
 Bangunan gedung harus memenuhi persyaratan keandalan
bangunan, meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan,
kenyamanan dan kemudahan bagi penghuninya.
 Upaya pencegahan/pengendalian bahaya gempa sangat
strategis dalam mengoptimalkan dayaguna dan umur bangunan,
disamping perawatan dan pemeliharaan gedung
Wilayah Indonesia = rawan gempa

Indonesia terletak dantara


3 lempeng tektonik yang
senantiasa bergerak:
• Lempeng Australia
• Lempeng Eurasia
• Lempeng Pasifik
Disamping terletak pada
Ring of Fire yang terdiri
dari ribuan gunung
berapi yang aktif
Menjadikan indonesia
negara yang rawan
terhadap gempa tektonik
dan gempa vulkanik
Permasalahan pokok
 Bahan bangunan ( adukan, beton, baja,kayu,-bambu ) yg
dipakai dalam membangun bervariasi mutunya, rata-rata
kurang memenuhi syarat bangunan tahan gempa
 Sistem konstruksi bangunan gedung belum mengikuti
aturan baku bangunan tahan gempa
 Masyarakat kurang menyadari akan ancaman dan resiko
akibat gempa
 Pemilik,pengguna atau masyarakat umum belum
memahami peraturan bangunan tahan gempa
 Sebagian besar standar,pedoman yang berkaitan dengan
bangunan tahan gempa sudah perlu diperbaiki
 Upaya pencegahan dan pengendalian prilaku gempa
pada bangunan gedung belum melembaga
“MEMBANGUN
TIDAK ASAL
MEMBANGUN”

 TERTIB PEMBANGUNAN
 KEANDALAN BANGUNAN
GEDUNG
PENGATURAN BANGUNAN GEDUNG
UNDANG-UNDANG NO. 28/2002 TENTANG
BANGUNAN GEDUNG

PERATURAN PEMERINTAH NO. 36/2005


TTG PERATURAN PELAKSANAAN UUBG

PEDOMAN TEKNIS dan PERATURAN DAERAH TENTANG


STANDAR TEKNIS BANGUNAN GEDUNG

KONDISI SOSIAL, BUDAYA, EKONOMI,


DAN GEOGRAFI DAERAH
1 7
PERSYARATAN BANGUNAN GEDUNG

 Setiap BG harus memenuhi persyaratan administratif dan persyaratan teknis


sesuai dengan fungsi BG

administrasi teknis
Status Hak atas Tanah Tata Bangunan Keandalan BG

Status Kepemilikan BG Peruntukan dan Intensitas


Keselamatan
BG

Perizinan (IMB) Arsitektur BG Kesehatan

Pembangunan BG di atas Tanah Milik Pengendalian Dampak Kenyamanan


Orang/Pihak Lain dengan Lingkungan
Perjanjian Tertulis
Kemudahan

Persyaratan administratif dan teknis untuk BG adat, BG semi permanen, BG darurat, dan BG yang
dibangun pada daerah lokasi bencana ditetapkan oleh PEMDA sesuai kondisi sosial dan budaya
setempat
KEANDALAN BG

KESELAMATAN KESEHATAN KENYAMANAN KEMUDAHAN

MUATAN PENGHAWAAN RG GERAK HUBUNGAN

KEBAKARAN PENCAHAYAAN THERMAL P & S PBG

PETIR AB & SANITASI AUDIO

INST. LISTRIK BHN BANGUNAN VISUAL

LEDAKAN VIBRASI
Persyaratan BG berdasarkan
UU NO. 28/2002 tentang BG
Pasal 17

(1) Persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi


persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk
mendukung beban muatan, serta kemampuan
bangunan gedung dalam mencegah dan
menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir.
(2) Persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk
mendukung beban muatannya merupakan
kemampuan struktur bangunan gedung yang stabil
dan kukuh dalam mendukung beban muatan.
Persyaratan BG berdasarkan
UU NO. 28/2002 tentang BG
Pasal 18
(1) Persyaratan kemampuan struktur bangunan gedung yang
stabil dan kukuh dalam mendukung beban muatan
merupakan kemampuan struktur bangunan gedung yang
stabil dan kukuh sampai dengan kondisi pembebanan
maksimum dalam mendukung beban muatan hidup dan
beban muatan mati, serta untuk daerah/zona tertentu
kemampuan untuk mendukung beban muatan yang timbul
akibat gempa bumi dan/atau angin.
(2) Besarnya beban muatan dihitung berdasarkan fungsi
bangunan gedung pada kondisi pembebanan maksimum dan
variasi pembebanan agar bila terjadi keruntuhan pengguna
bangunan gedung masih dapat menyelamatkan diri.
(3) Ketentuan mengenai pembebanan, ketahanan terhadap
gempa bumi dan/atau angin diatur lebih lanjut dengan
peraturan pemerintah.
Persyaratan Buildings berdasarkan
PP NO. 36/2005
Pasal 33
(1) Setiap bangunan gedung, strukturnya harus direncanakan
kuat, kokoh, dan stabil dalam memikul beban/kombinasi
beban dan memenuhi persyaratan kelayanan (serviceability)
selama umur layanan yang direncanakan dengan
mempertimbangkan fungsi bangunan gedung, lokasi,
keawetan, dan kemungkinan pelaksanaan konstruksinya.
(2) Kemampuan memikul beban diperhitungkan terhadap
pengaruh-pengaruh aksi sebagai akibat dari beban-beban
yang mungkin bekerja selama umur layanan struktur, baik
beban muatan tetap maupun beban muatan sementara yang
timbul akibat gempa dan angin.
(3) Dalam perencanaan struktur bangunan gedung terhadap
pengaruh gempa, semua unsur struktur bangunan gedung,
baik bagian dari sub struktur maupun struktur gedung, harus
diperhitungkan memikul pengaruh gempa rencana sesuai
dengan zona gempanya.
Persyaratan BG berdasarkan
PP NO. 36/2005
Pasal 33
(4) Struktur bangunan gedung harus direncanakan secara daktail
sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang
direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi strukturnya
masih dapat memungkinkan pengguna bangunan gedung
menyelamatkan diri.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembebanan, ketahanan
terhadap gempa bumi dan/atau angin, dan perhitungan
strukturnya mengikuti pedoman dan standar teknis yang
berlaku.
Penyelenggaraan BG

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DAERAH TTG BANGUNAN GEDUNG

KAJIAN
TEKNIS

IMB SLF RTB

PEMBANGUNAN
PERENCANAAN PELAKSANAAN PEMANFAATAN PEMBONGKARAN

PELESTARIAN
PENDATAAN

PERATURAN, PEDOMAN, DAN STANDAR


GEMPA PADA BANGUNAN GEDUNG

1 ENGINEERED

LINGKUP BAHASAN

2 NON ENGINEERED

• DIBANGUN SECARA SPONTAN,


• MENURUT KEBIASAAN2 YG ADA,
• TANPA PENGAWASAN AHLI BANGUNAN

BANGUNAN TEMBOK BANGUNAN BETON BANGUNAN KAYU


TANPA PERKUATAN BERTULANG SEDERHANA SEDERHANA
1. PENUTUP ATAP MELOROT
2. RANGKA ATAP LEPAS DARI LANDASANNYA
3. DINDING-DINDING CENDERUNG BERPISAH
4. DINDING-DINDING CENDERUNG RETAK DGN ARAH DIAGONAL
5. DINDING CENDERUNG RUNTUH
6. PADA BANGUNAN TIDAK SIMETRIS AKAN TERJADI TAMBAHAN GESER DAN PUNTIR
7. KEGAGALAN PADA SUDUT BUKAAN-BUKAAN
8. KONSENTRASI TEGANGAN DI BUKAAN-BUKAAN
9. KEGAGALAN PADA SUSUT-SUDUT DINDING
10. DUA BANGUNAN SALING BERTUBRUKAN
11. KEGAGALAN AKIBAT PERUBAHAN MASSA ATAU KEKAKUAN YG MENDADAK
12. SAMBUNGAN YANG LEMAH ANTARA DINDING DGN DINDING, DINDING DGN ATAP, DINDING DGN
PONDASI
13. LENTURAN KOLOM YG BERLEBIHAN
14. KEGAGALAN ELEMEN STRUKTUR YG KAKU TAPI TDK KUAT SERTA SAMBUNGAN-
SAMBUNGANNYA
15. PENYALURAN GAYA-GAYA GEMPA YG TDK TEPAT KE DINDING DAN RANGKA
16. MUTU KONSTRUKSI YG JELEK
17. DINDING AMPIG YG TDK DIPERKUAT
KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered)

Menggunakan hanya 3 tulangan, dg Kualitas trasram kurang baik


diameter kurang dr 12 mm
KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered)

Pondasi dibuat asal tidak ada


sloof dan kolom struktur
Lantai terangkat
karena tanah labil
tanpa pemadatan

Konstruksi umpag yang collapse


akibat gaya horizontal
KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered)

Tanpa kolom, hanya dinding Dinding rumah yang roboh,


pasangan ½ bata tidak sesuai persyaratan
KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered)

Hubungan balok-kolom
tidak sesuai persyaratan
KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered)

Angkur masuk ke dalam


dinding kurang panjang
KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered)

Pasangan bata di daerah


gunungan tidak diperkuat
dengan struktur beton bertulang

Pengerjaan dinding tanpa


balok lintel
KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered) Tidak dilakukan perkuatan
struktur untuk mendukung
beban kubah pada mesjid

Penggunaan rangka atap


baja ringan yang belum
teruji kemampuan layannya
terhadap beban muatan
KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered)

Rangka atap tidak memenuhi persyaratan teknis

Tidak ada ikatan angin


KERUSAKAN BANGUNAN
(Non Engineered)

Perencanaan
bangunan dengan
menggunakan prinsip
DILATASI untuk
mengurangi dampak
kerusakan pd
konstruksi akibat
penurunan tanah yang
tidak bersamaan.
13 butir persyaratan
bangunan tahan gempa
1. Denah bangunan sebaiknya sederhana, simetris , satu
kesatuan, seragam
2. Pondasi diatas tanah yang mantap
3. Pondasi diikat secara kaku dengan sloof
4. Kerangka bangunan ( sloof, kolom,balok keliling,dll)
terhubungkan secara kuat dan kokoh
5. Menggunakan kolom pemikul ( kayu,beton tulang,baja) setiap
luas dinding 12 m2, yg diikat dengan sloof dan balok keliling
6. Bila menggunakan bata/batako, harus mutu baik
7. Dinding harus diberi angkur 6 mm panjang 50 cm pada setiap
30 cm pasangan bata yang mengelilingi tepi dinding

Bintek
PerKim
13 butir syarat umum
bangunan tahan gempa
8. Konstruksi dinding dari bahan ringan ( bilik, papan, papan
lapis,dsb). Bukaan-bukaan pada dinding sebaiknya simetris,
dan tidak terlalu lebar
9. Menggunakan adukan semen dan pasir dengan campuran
yang betul dan kuat
10. Menggunakan adukan beton ( Semen,pasir dan kerikil) dengan
ratio campuran yang tepat dan kuat
11. Harus menggunakan balok keliling ( ring balk ) dari
kayu,beton,baja yg diikat dengan kolom, diatas lubang bukaan
dipasang balok lintel menerus.
12. Penutup atap dari bahan ringan ( seng, asbes,alumunium)
13. Konstruksi atap dari kayu kering, dgn konst. sambungan yang
benar dan kuat
Bintek
PerKim
PERSYARATAN POKOK RUMAH TAHAN GEMPA
KEY REQUIREMENT

Bentuk bangunan simetris paling


baik/aman

Sumber foto: Eko Djuli

Bangunan tetap utuh ketika gempa di


Nabire 7,5 SR Tahun 2004
Bentuk-bentuk bangunan yang perlu dilatasi
Perrmen PU No. 29/PRT/M/2006 Persyaratan Teknis Bangunan Gedung

Perencanaan bangunan dengan menggunakan prinsip


DILATASI untuk mengurangi dampak kerusakan pd
konstruksi akibat penurunan tanah yang tidak bersamaan
dan benturan masa bangunan pada saat terjadi gempa

Bangunan simtris
Bangunan
simetris
DELATASI
Bangunan
simetris
PENUTUP
1. Perlunya kesadaran masy. akan bahaya gempa, dengan
memahami perangkat aturan mengenai ketahanan bangunan
thd perilaku gempa
2. Perlunya kesadaran pemilik,pengelola, penyedia jasa
konstruksi utk menggunakan bahan bangunan, sistem
konstruksi yg memenuhi syarat bangunan tahan gempa
3. Perlu peningkatan penelitian dan pengembangan teknologi
bangunan tahan gempa yang murah dan terjangkau
4. Dari segi pembinaan, perlu sosialisasi dan kampanye bangunan
tahan gempa kepada masyarakat luas
5. Pemda dapat segera menetapkan persyaratan teknis bangunan
gedung, termasuk ketentuan bangunan tahan gempa sebagai
bagian dari Perda ttg bangunan gedung.
6. Membangun melalui mekanisme IMB dan SLF
7. Penertiban dan penegakan hukum dalam membangun gedung
Bintek
PerKim
Terima Kasih
TINDAKAN PENYELAMATAN DIRI
SAAT TERJADI GEMPA BUMI
Saat goncangan gempa, berlindunglah dibawah kolong meja, jangan berada
dekat hiasan dinding/perabot yang mudah jatuh atau didekat lemari.
Jika berada di tingkat atas gedung bertingkat, jangan segera turun saat
goncangan terjadi.
Padamkanlah pusat aliran listrik dan gas jika sempat, atau jauhi jaringan listrk
dan gas.
Pada kesempatan pertama setelah gempa reda, segera keluar dari dalam
bangunan dan berdiri didaerah yang terbuka (Lapangan)
Untuk mengurangi jumlah korban, maka dalam kebijaksanaan pembangunan
gedung/rumah seharusnya:
•Tidak membangun tempat tinggal didaerah rawan gempa, misalnya didekat
daerah patahan.
•Atau jika membangun didaerah rawan gempa, sebaiknya bangunan dibuat
dengan konstruksi tahan gempa.
•Pipa-pipa instalasi air minum atau gas dibuat sejajar dengan arah
membujurnya patahan, untuk meminimalisir resiko kerusakan.
•Peta-peta seismik perlu disebarluaskan penyebarannya dan diperdalam
dengan penelitian-penelitian. Bintek
PerKim
Produk NSPM Nasional yang telah dilakukan

PRODUK NSPM TERKAIT PENYELENGGARAAN BANGUNAN GEDUNG

UU UU NO. 28/2002 PAYUNG HUKUM


PP PP NO. 36/2005 PAYUNG HUKUM
PERPRES RAPERPRES BUKTI KEPEMILIKAN BG PAYUNG HUKUM

PERMEN  29/PRT/M.2006 : PERSYARATAN TEKNIS BG


 30/PRT/M/2006 AKSESIBILITAS DAN FASILITAS BG DAN
LINGKUNGAN
 05/PRT/M/2006 RUSUNA TINGGI
 19/PRT/M/2006 RUMAH DAN BG TAHAN GEMPA PERSYARATAN TEKNIS
 24/PRT/M/2008 PEMELIHARAAN & PERAWTN BG
 26/PRT/M/2008 PERSYARATAN TEKNIS SISTEM PROTEKSI
KEBAKARAN PADA BG
 RAPERMEN PELESTARIAN BG
 RAPERMEN BG DI BAWAH/ATAS TANAH/AIR/PS UMUM
 RAPERMEN PENGELOLAAN GENANGAN AIR PADA
LINGKUNGAN BG
 06/PRT/M/2006 RTBL
 24/PRT/M/2007 IMB
 25/PRT/M/2007 SLF
 26/PRT/M/2007 TABG
 25/PRT/M/2008 RISPK PEDOMAN
 20/PRT/M/2008 MANAJEMEN KEBAKARAN DI PERKOTAAN PENYELENGGARAAN BG
 RAPERMEN PENDATAAN BG
 RAPERMEN BGFK
Skala intensitas gempa menurut Modified Mercalli Intensity (MMI),

Anda mungkin juga menyukai