Anda di halaman 1dari 31

“KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA

DIAGNOSA MEDIS TOKSEMIA GRAVIDARUM


( PRE-EKLAMSIA, HIPERTENSI ESSENSIAL,
NEFRITIS KRONIS, EKLAMSIA )”

KELOMPOK 1 :
1. QOMARIATUS SAHROH 33412001119
2. MAUREEN GUSTRIA ELCHA 33412001122
3. AGIL FIRDAUS RAMADANI 33412001132
4. FAUZAN 33412001139
5. MUFIDAH 33412001147
6. MOH RIDWAN 33412001156
DEFINISI
Toksemia Gravidarum

 Toksemia gravidarum (keracunan kehamilan) merupakan kesatuan penyakit yang timbul


pada ibu hamil, bersalin, dan dalam masa nifas yang terdiri dari trias : hipertensi,
proteinuria, dan edema, yang terkadang disertai dengan kejang dan koma. Keracunan
kehamilan terdiri dari preeeklampsia dan eclampsia
1. PREREEEKLAMPSIA

 Preeklampsia atau toksemia preeklamtik (preeclamptic toxaemia, PET) adalah sindrom


yang ditandai dengan hipertensi dan proteinuria yang baru muncul di trimester kedua
kehamilan yang selalu pulih di periode postnatal (Robson, 2011).
 Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi (hipertensi),
pembengkakan jaringan (edema), dan ditemukannya protein dalam urin (proteinuria) yang
timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan,
tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Sering tidak diketahui atau
diperhatikan oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu
singkat preeklampsia berat bahkan dapat menjadi eklampsia yaitu dengan tambahan
gejala kejang-kejang dan atau koma (Rozikhan, 2007).
2. EKLAMSIA

 Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma


(prawirohardjo, 2009).
3. Hipertensi essensial

 Hipertensi essensial adalah peningkatan tekanan darah yang belum bisa diketahui secara
pasti penyebabnya. Golongan ini merupakan hipertensi paling umum karna sekitar 90%
diantara kasus seluruh hipertensi termasuk hipertensi priemier.
4. NEFRITIS KRONIS

 Nefritis kronis asdalah penyakit yang ditandai peradangan ginjal. Selain jantung, ginjal
adalah ssalah satu organ tubuh yang paling giat bekerja. Setiap harinya, ginjal menyaring
sekitar 50 galon darah 5 galon diantaranya adalah kotoran yang di keluarkan dari tubuh
melalui urine.
TANDA & GEJALA
Tanda dan gejala

 Tekanan darah
Peningkatan tekanan darah merupakan tanda peningkatan awal yang penting pada preeklamsia. Tekanan
diastolik adalah tanda prognostik yang lebih andal dibandingkan dengan tekanan sistolik. Pada tekanan
diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih yang terjadi terus-menerus menunjukkan keadaan abnormal.
 Kenaikan berat badan
Peningkatan berat badan yang tiba-tiba mendahului serangan preeklamsia serta bahkan kenaikan berat badan
(BB) yang berlebihan adalah tanda pertama preeklamsia pada sebagian wanita. Peningkatan berat badan
normal ialah 0,5 kg perminggu. Apabila 1 kg dalam seminggu, maka kemungkinan terjadinya
preeklamsiaharus dicurigai. Peningkatan berat badan terutama disebabkan karena retensi cairan serta selalu
dapat ditemukan sebelum timbulnya gejala edema yang tampak jelas seperti kelopak mata yang bengkak atau
jaringan tangan yang membesar.
Lanjutan…

 Proteinuria
Pada preeklamsia ringan, proteinuria hanya minimal positif satu, positif dua, atau tidak sama
sekali. Pada kasus berat proteinuria dapat ditemukan serta dapat mencapai 10 g/dL.
Proteinuria hampir selalu timbul kemudian dibandingkanhipertensi serta kenaikan berat badan
(BB) yang berlebihan.
Gejala subjektif lainnya

 Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, namun akan sering terjadi pada kasus- kasus berat. Nyeri kepala
sering terjadi pada daerah frontal dan oksipital, dan tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa.
 Nyeri epigastrium
Adalah keluhan yang sering ditemukan pada preeklamsia berat. Keluhan ini disebabkan oleh tekanan
pada kapsula hepar akibat edema atau perdarahan.
 Gangguan penglihatan
Keluhan penglihatan yang tertentu dapat disebabkan oleh spasme arterial, iskemia, serta edema retina
serta pada kasus-kasus yang langka disebabkan oleh ablasio retina. Pada preeklamsia ringan tidak
ditemukan tanda-tanda subjektif.
ETIOLOGI
 Peran faktor imunologis
Bebrapa studi juga mendapatkan adanya aktivasi sistem komplemen pada preeklampsia/eklampsia biasanya pada primigravida terutama
primigravida yang berusia muda
 Peran faktor genetik/familial
Terdapatnya kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklampsia/eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsia/eklampsia kecendrungan meningkatnya frekuensi preeklampsia/eklampsia dan anak serta cucu ibu hamil dengan riwayat
preeclampsia/eklampsia.
 Faktor predisposisi :
1) Mola hidatidosa
2) Diabetes mellitus
3) Kehamilan ganda
4) Hidrops fetalis
5) Obesitas
6) Umur yang lebih dari 35 tahun
PATOFISIOLOGI
TATA LAKSANA
 Rawat jalan
ibu dianjurkan banyak istirahat (berbaring tidur/miring), diet: cukup protein, rendah
karbohidrat, lemak dan garam; pemberian sedatif ringan: tablet phenobarbital 3x30 mg atau
diazepam 3x2 mg peroral selama 7 hari (atas intruksi dokter); kunjungan ulang setiap 1
minggu; pemeriksaan laboratorium: hemoglobin, hemotokrit, trombosit, urin lengkap, asam
urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal;
 Rawat tinggal
setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala-
gejala preeklampsia; kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih perminggu selama 2 kali
berturut-turut (2 minggu); timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklampsia
berat
KOMPLIKASI
 Preeklampsia
 Eklampsia
 Perdarahan serebrovaskular
 Masalah liver dan koagulasi
 Gagal ginjal
 Edema Paru
 Kematian maternal
Konsep Asuhan
Keperawatan
Pengkajian

 Identitas  riwayat penyakit dahulu,


 Keluhan utama,  riwayat penyakit keluarga,
 Riwayat penyakit sekarang,  pola fungsi kesehatan, pemeriksaan fisik
(TTV dan head to toe),
 Upaya yang telah dilakukan,
 pemeriksaan penunjang/ laboratorium,
 Terapi yang diberikan,
Diagnosa keperawatan

1. Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energy d/d dispenia, pola nafas abnormal ( mius,takipnea,
bradipnea ), tekanan ekspirasi menurun.
2. Intolenrasi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh sangat lelah atau mudah lelah saat
beraktivitas, merasa lemas, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, merasa lemah.
3. Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penglihatan d/d distori sensori,
mendengar suara bisikan atau melihat bayangan, respon tidak sesuai.
Intervensi Keperawatan

1. Dx. 1 : Pola nafas tidak efektif b/d penurunan energy d/d dispenia, pola nafas abnormal
( mius,takipnea, bradipnea ), tekanan ekspirasi menurun.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola nafas membaik
Kriteria hasil:
1) Dispeniea menurun
2) Freukuiensi membaik
3) Pemanjangan fase ekspirasi menuru
Intervensi utama :Manajemen jalan napas
Observasi
 Molnitor pola nafas ( frekuensi, kedalaman, ussaha nafas)
 Monitor bunyi nafas tambahan (mis, gurgling, mengi, wezhing, ronchi kering)
 Monitor sputum ( jujmlah warna, aroma)
Terapeutik
 Petrtahankan kepatenan jalan nafas dengan head-lift dan chin-lift (jaw trusht jika curiga trauma
serfikal)
 Posisikan semi fowler atas fowler
 Berikan minuman hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari jika tidak kontra indikasi
 Ajarkan tehnik batuk efektif Kolaborasi
 Pemberian bronkodilator ekspektoran, mokolitik, jika perlu
Intervensi Keperawatan

2. Dx. 2 : Intolenrasi aktivitas b/d kelemahan d/d mengeluh sangat lelah atau mudah lelah saat
beraktivitas, merasa lemas, tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, merasa lemah.
Tujuan: Setelah dilakukan pemekrisaan keperawatan diharapkan intoleransi aktivitas
meningkat.
Kriteria hasil:
1) Mengeluh sangat lelah atau mudah lelah saat beraktivitas meningkat
2) Merasa lemas meningkat
3) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat memberuk
Intervensi utama :Manajemen energi
Observasi
 Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
 Monitor pola tidur
 Monitor lokasi dan ketidak nyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (ms.cahaya suara)
 Lakukan latihan rentak gerak pasif dana tau aktif
 Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitas duduk diisi tempat tidur jika dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
 Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
 Anjurkan mengubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak berkurang
 Anjurkan strategi koping untuk mengurangi cara meningkatkan asupan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makan
Intervensi Keperawatan

3. Dx. 3 :Gangguan persepsi sensori penglihatan b/d gangguan penglihatan d/d distori
sensori, mendengar suara bisikan atau melihat bayangan, respon tidak sesuai
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan persepsi sensori penglihatan
membaik
Kriteria hasil:
1) Respon sesuai stimulus membaik
2) Konsentrasi membaik
3) Orientasi membaik
Intervensi utama : Edukasi Perawatan diri
Observasi
 Identifikasi pengetahuan tentang perawatan diri
 Identifikasi kemampuan membaca, stgatus kognitif, fsikologistingkat kecemasan dan budaya
 Identifikasi masalah dan hambatan perawatan diri yang di alami
 Identifikasi metode dan pembelajaran yang sesuai
Terapeutik
 Rencanakan strategi edukasi, termasuk tujuan yang realistis
 Jadwalakan waktu dan intensitas pembelajaran sesuai penyakit
 Sediakan lingkungan yang kondusif pembelajaran yang optimal ( mis, ruang terapi yang kosong
 Ciptakan edukasi interaktif untuk memicu partisipasi aktif selama edukasi
Edukasi
 Ajarakan perawatan diri, praktek perawatan diri dan aktifitas kehidupan sehari hari
 Anjurkan mendemonstrasikan praktik perawatan diri sesuai kemampuan
 Anjurkan mengulang kembali informasi edukasi tentang perawatan mandiri
Implementasi Keperawatan

 Berisi serangkaian kegiatan perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan
yang diharapkan dan menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan.
 Implementasi adalah realisasi tindakan yang telah ditetapkan oleh parawat
Evaluasi Keperawatan

 Berisi kegiatan terus menerus untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan
bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan merevisi atau menghentikan rencana
keperawatan.

Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai